Mohon tunggu...
Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

You are (Not) Alone: Menemukan (Kembali) Harapan untuk Hidup

11 September 2024   12:42 Diperbarui: 11 September 2024   12:44 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menuliskan harapan (via pexels.com/Yelena Odintsova)

oleh: @sitikus.nl

Kemarin, tepatnya tanggal 10 September diperingati sebagai Hari Pencegahan Bunuh Diri Sedunia. Dilansir dari laman Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia menunjukkan jumlah kasus bunuh diri resmi pada tahun 2020 sebanyak 670 kasus. Tingkat underreporting (peristiwa yang tidak dilaporkan) sebanyak 303% mengingat rata-rata dunia untuk pelaporan bunuh diri berkisar antara 0-50% . 

Faktor yang menyebabkan tidak dilaporkannya kasus kematian sebagai bunuh diri di antaranya:

  • Faktor sosial, masyarakat kerap melekatkan stigma pada anggota keluarga yang melakukan bunuh diri.
  • Faktor internal, keluarga berperan dalam melakukan perlindungan privasi terhadap anggota keluarga yang bunuh diri.
  • Faktor administratif, belum ada sistem registrasi kematian dalam negeri yang merekam bahkan mencegah tindakan bunuh diri.

Melansir artikel dari Dataindonesia.id menyebutkan tingkat harapan hidup masyarakat Indonesia mencapai 73,5 tahun pada 2021. Tren peningkatan Angka Harapan Hidup (AHH) tidak hanya dipengaruhi oleh faktor sosial dan internal keluarga. Data dari Asosiasi Pencegahan Bunuh Diri Indonesia juga mencatat penyebab seseorang melakukan bunuh diri dapat dipengaruhi oleh terbatasnya akses ke perawatan psikologis.

Baca juga: Seimbangkan Work, Life, Ibadah: Emang Bisa?

Tentunya kamu tidak bisa menebak isi kepala seseorang, meskipun ia orang yang kamu sayangi. Beberapa orang juga tidak menyampaikan 'suicidal thoughts' secara blak-blakan. Hal ini dipengaruhi karena stigma yang melekat pada orang dengan kondisi kejiwaan tertentu yang kerap dikaitkan dengan kurangnya keimanan.

Cukup sulit mendeteksi apakah orang yang kamu cintai sedang berpikir untuk mati, karena gejala tersebut tidak selalu terlihat. Orang yang biasanya ceria bukan berarti tidak menyimpan kesedihan. Begitu pula dengan pikiran untuk mengakhiri hidup. Adanya masalah kecil atau besar tidak membuat orang lantas ingin pergi dari dunia ini.

Tuntutan dan tekanan bertubi-tubi yang hanya dapat dirasakan secara personal dapat meningkatkan risiko mengakhiri hidup. Meskipun terdengar subyektif, namun munculnya 'suicidal thoughts' dapat diidentifikasi dengan mengamati 'common warning signs'. Dilansir dari laman Psychology Today berikut gejala umum yang dapat diamati:

  • Terus-menerus mengatakan terjebak dalam situasi yang membuatnya tidak berdaya. 
  • Berupaya mendapatkan obat-obatan terlarang atau berusaha melukai diri sendiri (self-harm).
  • Terjadi perubahan perilaku yang ekstrem, misalnya mengidap gangguan tidur.
  • Pernah mengalami kejadian buruk di masa lalu, seperti kehilangan orang yang dicintai atau peristiwa traumatis lainnya.

Baca juga: Berprasangka Baik pada-Nya, Semua akan Baik-baik Saja

Lalu, apa yang bisa kamu lakukan jika orang terdekatmu memiliki keinginan bunuh diri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun