oleh: @sitikus.nl
Kacang telah dikenal sebagai bahan pangan yang mengandung segudang manfaat bagi kesehatan serta berperan dalam mencegah penyakit. Saat berbelanja di minimarket, kamu pasti menemukan kandungan kacang dalam berbagai jenis produk olahan pangan. Mulai dari produk makanan, minuman, hingga camilan diet-semuanya mengandung kacang.
Secara umum, kandungan gizi dalam kacang mencakup lemak, vitamin, mineral, dan zat antioksidan. Namun, tidak semua jenis kacang memiliki kandungan yang baik bagi kesehatan. Dalam artikel Food Reviews International (2022)Â disebutkan urutan jenis kacang dari kandungan nutrisi yang paling tinggi, diantaranya:
- Kacang kaya protein: kacang tanah, kacang mede, almond, dan pistachio.
- Kacang kaya lemak: kacang Brasil, kacang pinus, dan kenari.
- Kacang kaya lemak tak jenuh: hazelnut, pecan, dan macadamia.
Setiap jenis kacang memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda. Kalau kamu penggemar berat kacang, kamu harus tahu gimana kacang "diproses" selama metabolisme berlangsung.
Apa saja jenis kacang yang harus sering dikonsumsi? Mana saja jenis kacang yang berbahaya bagi tubuh? Berikut pendapat para ahli terhadap konsumsi kacang harian.
Peningkatan Level LDL, HDL, dan Total Kolestrol
Dilansir dari artikel Food Reviews International (2022)Â menyebutkan individu sehat dengan kadar lipid tinggi mengonsumsi 50-100 gram kacang-kacangan. Jenis kacang-kacangan yang dapat menurunkan kadar LDL (kolestrol jahat), yaitu: kacang tanah, almond, kenari, dan pecan. Konsumsi rutin selama lima kali dalam seminggu mampu menurunkan kolestrol jahat secara signifikan.
Penelitian tersebut mengungkapkan bahwa kandungan fitosterol dalam kacang berperan dalam menurunkan kadar LDL. Riset yang sama mencatat kandungan fitosterol tertinggi dapat ditemukan dalam pistachio, kacang pinus, dan almond. Selain itu, mengonsumsi pistachio, kenari, dan hazelnut mampu meningkatkan kadar HDL (kolestrol baik).
Dalam artikel Nutrition and Metabolic Insights (2020) menunjukkan bahwa konsumsi kacang secara rutin dapat menurunkan kadar kolestrol total sebesar 3,75mg/dL serta menurunkan risiko penyakit jantung.
Baca juga: Food Combining ala Wisata Kampoeng Kita
Sebagai Asupan yang Kaya Antioksidan
Kacang, terutama almond, diketahui mengandung flavonoid, yakni senyawa alami dalam bahan pangan nabati. Jenis kacang yang mengandung senyawa flavonoid tidak hanya kaya antioksidan, melainkan juga mampu menangkal radikal bebas. Konsumsi jenis kacang yang mengandung senyawa alami ini dapat menurunkan risiko terkena penyakit jantung.
Dalam kacang-kacangan yang kamu konsumsi, besar kemungkinan mengandung senyawa flavonoid. Khususnya, kacang almond dan kacang mete tercatat mengandung tokoferol dengan jumlah yang signifikan. Tokoferol ialah bentuk vitamin E yang kaya antioksidan serta mampu meminimalisir potensi kanker.
Terhindar dari Potensi ObesitasÂ
Penelitian yang dilakukan oleh Nutrition Research di tahun 2019 menunjukkan pengaruh konsumsi kacang selama lebih dari satu minggu dapat menurunkan risiko terkena obesitas (kelebihan berat badan). Seseorang yang mengonsumsi kacang sebanyak 28 gram (1 ons) per-hari tidak mengalami peningkatan berat badan secara signifikan. Berbeda dengan orang yang tidak memasukkan kacang ke menu harian mereka.
Fenomena ini dapat dijelaskan karena kacang termasuk bahan pangan yang tinggi serat dan protein, sehingga menimbulkan persepsi "kenyang" dengan rutin mengonsumsinya. Meski begitu, mengatur menu diet hanya dengan ngemil kacang tidak lantas menjadikan diet kamu sehat, loohh.. Masih banyak faktor lain yang berperan dalam metabolisme tubuh, seperti porsi makan, faktor keturunan, tingkat aktivitas harian, dan lain sebagainya.
Baca juga: Sahur Gaya Baru: Menu DEBM Tinggi Serat
Buat kamu yang hobi makan kacang, bahkan memasukkan kacang dalam olahan masak sehari-hari, ini yang harus kamu perhatikan. Kacang termasuk bahan pangan nabati yang kaya manfaat. Namun, ketahui juga porsi kacang yang seimbang untuk metabolisme tubuhmu.
Meskipun jenis kacang tertentu dapat menurunkan kadar kolestrol hingga penurunan risiko penyakit jantung, faktor kesehatan lainnya juga turut berperan. Misalnya, faktor keturunan dan tingkat aktivitas harian.Â
Buat kamu yang alergi kacang, bukan masalah besar kok kalau kamu menghindari "kacang" dari segala jenis olahan pangan. Kalau kondisinya kamu alergi kacang tapi suka ngemil kacang, periksakan kesehatanmu secara berkala.
Nah, buat kamu yang berisiko mengidap tekanan darah tinggi dan diabetes (yang merupakan faktor genetis), pilihlah kacang-tanpa-rasa. Ya, kacang rebus lebih baik daripada kacang asin atau kacang yang sudah diolah bersama bahan pangan lain.Â
Buat pecinta kacang, share dong resep olahan kacang favorit kamu di komentar ^^
Referensi:
Food Reviews International (2022)
Nutrition and Metabolic Insights (2020)
Nutrition Research (2019)
***
Terima kasih telah membaca sampai akhir!
Jangan lupa like, komen, dan share ke grup obrolan kamu :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H