Mohon tunggu...
Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Demi Masa: Sesungguhnya Kita Berpacu dengan Waktu

12 Maret 2024   09:41 Diperbarui: 12 Maret 2024   10:37 622
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi manusia berpacu dengan waktu (sumber: pexels.com/Amit-Pal)

Oleh: @sitikus.nl

Demi masa..

Sesungguhnya manusia kerugian

Melainkan yang beriman

Dan yang beramal saleh

Penggalan lirik lagu Demi Masa yang dipopulerkan oleh Raihan menjadi paragraf pembuka dalam artikel bertema "Targetku untuk Ramadan 2024". Puasa hari pertama membuat setiap muslim mempersiapkan diri agar maksimal beribadah. Waktu yang biasanya dihabiskan dalam canda tawa dan pergunjingan, kini berganti ibadah yang disesuaikan dengan kebutuhan tiap insan. 

Sebagai pekerja di ibu kota, tidak ada kata libur meski hari pertama berpuasa.

Setiap orang bergerak memadati stasiun seperti biasanya. Langkah-langkah kecil para pencari nafkah saling memburu kereta yang baru saja tiba. Demi masa, setiap detik menjadi berharga. Setiap nafas adalah ibadah.

Laju kereta yang melambat karena pergantian jalur, tidak mengubah raut wajah para penumpang yang fokus mendalami kitab suci Al Qur'an. Beberapa penumpang lain terlihat merapal dalam bisiknya, atau larut dalam zikir senyap di hatinya. Matahari semakin tergelincir dari ufuk timur, waktu kian bergulir.

Baca juga: Berprasangka Baik Pada-Nya, Semua Akan Baik-baik Saja

Pemandangan yang syahdu dimana setiap orang tampak lebih tabah dalam mengatasi konflik yang rentan memacu emosi. Puasa di minggu pertama seolah mengajarkan setiap individu untuk beradaptasi dengan kondisi. Tuntutan pekerjaan, lamanya perjalanan pulang-pergi, masalah yang ditinggalkan di rumah seakan tidak lagi berarti.

Hal yang menjadi fokus kita semua di minggu pertama ialah meningkatkan ibadah yang selama ini selalu keteteran.

Ibadah yang di hari biasa akan kalah prioritasnya dengan waktu makan siang. Ibadah yang membuat kita terburu-buru ingin selesai karena urusan rumah terbengkalai. Ibadah yang menunggu saat kita lapang, bukan yang disegerakan supaya hati kita tenang. 

Demi masa..

Gunakan kesempatan yang masih diberi

Moga kita tak kan menyesal

Masa usia kita jangan disiakan

Karna ia tak kan kembali 

Lantas, apa yang membedakan beribadah di bulan puasa dan beribadah di bulan lainnya? Apakah berkah Ramadan menuntun kita menjadi pribadi yang taat karena ganjaran pahalanya berlimpah? Apakah kesadaran diri mulai terbentuk karena melihat orang lain sibuk mengejar akhirat?

Apakah karena datangnya bulan suci, kita kembali mawas diri agar tetap dalam naungan ridho-Nya?

Alasan utamanya, karena kita tidak bisa memutar waktu.

Mau sekaya apapun, kita tidak bisa membeli waktu yang terbuang karena kelalaian di masa lalu. Mau setinggi apapun jabatan, kita tidak bisa meminta waktu tunduk dan mengoreksi kesalahan yang lalu. Mau bagaimanapun latar belakang kita atau sehebat apapun yang telah kita lakukan di dunia, waktu akan tetap bergulir. Mencatat keburukan dan kebaikan yang kita lakukan selama kita masih bernafas.

Setiap bulan suci menjelang, kita sibuk berbenah. Menyambut datangnya bulan penuh berkah dengan kondisi diri yang paling prima. Persiapan menu sahur yang seimbang. Pasang alarm untuk jam tidur yang cukup. Olahraga setelah subuh berjamaah di masjid. Kita selalu bersukacita mengisi minggu pertama dengan senyum sumringah.

Namun ingatlah, kita sejatinya berpacu dengan waktu.

Ada kalanya, hari-hari di tempat kerja menumpuk beban berat di pundak. Ada masanya, anak-anak di rumah tantrum tanpa bisa dikendalikan. Ada saatnya, kita kelelahan sedangkan saat berpuasa dianjurkan memperbanyak ibadah. Kita mengalami dilema karena merasa dikejar waktu. Target yang sudah kita susun seolah menggulung kita dalam gelombang "masih ada waktu kok". Semakin menuju akhir perjuangan, kita justru lupa dengan rencana indah yang sudah kita rancang.

Ramadan adalah masa yang tepat untuk kita melakukan refleksi diri.

Buatlah target ibadah yang realistis dan seimbang antara pekerjaan juga waktu istirahat. Anggaplah, kita tidak lagi punya banyak waktu selain melakukan yang terbaik, dan bukan yang terbanyak. Maka, ibadah sama halnya dengan bekerja, perlu kekhusyukan dalam melangitkan harapan. Jadilah pribadi yang lebih baik, sebagai alumni Ramadan tahun ini.

Semoga kita semua selalu istiqomah dalam meraih ridho-Nya.

Baca juga: Berprasangka Baik Pada-Nya, Semua Akan Baik-baik Saja

***

Terima kasih sudah membaca sampai akhir :)

Tinggalkan jejak yuk boleh like, komen, dan share yaa~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun