Mau sekaya apapun, kita tidak bisa membeli waktu yang terbuang karena kelalaian di masa lalu. Mau setinggi apapun jabatan, kita tidak bisa meminta waktu tunduk dan mengoreksi kesalahan yang lalu. Mau bagaimanapun latar belakang kita atau sehebat apapun yang telah kita lakukan di dunia, waktu akan tetap bergulir. Mencatat keburukan dan kebaikan yang kita lakukan selama kita masih bernafas.
Setiap bulan suci menjelang, kita sibuk berbenah. Menyambut datangnya bulan penuh berkah dengan kondisi diri yang paling prima. Persiapan menu sahur yang seimbang. Pasang alarm untuk jam tidur yang cukup. Olahraga setelah subuh berjamaah di masjid. Kita selalu bersukacita mengisi minggu pertama dengan senyum sumringah.
Namun ingatlah, kita sejatinya berpacu dengan waktu.
Ada kalanya, hari-hari di tempat kerja menumpuk beban berat di pundak. Ada masanya, anak-anak di rumah tantrum tanpa bisa dikendalikan. Ada saatnya, kita kelelahan sedangkan saat berpuasa dianjurkan memperbanyak ibadah. Kita mengalami dilema karena merasa dikejar waktu. Target yang sudah kita susun seolah menggulung kita dalam gelombang "masih ada waktu kok". Semakin menuju akhir perjuangan, kita justru lupa dengan rencana indah yang sudah kita rancang.
Ramadan adalah masa yang tepat untuk kita melakukan refleksi diri.
Buatlah target ibadah yang realistis dan seimbang antara pekerjaan juga waktu istirahat. Anggaplah, kita tidak lagi punya banyak waktu selain melakukan yang terbaik, dan bukan yang terbanyak. Maka, ibadah sama halnya dengan bekerja, perlu kekhusyukan dalam melangitkan harapan. Jadilah pribadi yang lebih baik, sebagai alumni Ramadan tahun ini.
Semoga kita semua selalu istiqomah dalam meraih ridho-Nya.
Baca juga:Â Berprasangka Baik Pada-Nya, Semua Akan Baik-baik Saja
***
Terima kasih sudah membaca sampai akhir :)
Tinggalkan jejak yuk boleh like, komen, dan share yaa~