Apabila peran-peran dalam rumah tangga belum dipahami dengan baik, maka rentan terjadi perselisihan pada pasangan yang baru menikah. Ironisnya, perselisihan kecil sering dianggap hal sepele yang dapat diselesaikan dengan "makan bareng" atau "liburan bersama".
Baca Juga: Kampoeng Kita Bekasi: Alternatif Wisata di Kota Industri
Padahal, tidak semua masalah bisa diselesaikan dengan cara bersenang-senang. Dalam rumah tangga terdapat dua insan yang saling bertumbuh dan mempengaruhi satu dengan lainnya.
Bagaimana istri bersikap tentunya dipengaruhi peran suami. Begitupula sebaliknya.
Sehingga, permasalahan internal antara suami dan istri harus menjadi perbincangan yang serius dan diselesaikan dengan cara yang bijaksana.
Misalnya, istri ingin bekerja setelah menikah. Menurut suami, sebaiknya istri di rumah saja mengurus anak dan menyelesaikan pekerjaan domestik.
Itu bukanlah solusi yang tepat.
Meskipun istri pada akhirnya mengikuti kehendak suami, namun keinginan untuk berkarir dan memiliki relasi sosial yang profesional tetap menjadi impian istri.
Tekanan untuk berkarya dan mendapat apresiasi menjadi beban ganda yang harus dijalani istri.
Di rumah, sepanjang mengerjakan pekerjaan domestik (mencuci, menyapu, memasak, dll) istri tidak mendapat apresiasi apapun. Seolah pekerjaan yang tiada habisnya di rumah merupakan tanggungjawabnya seorang.
Kok rumah masih berantakan?
Jam segini belum ada makanan?
Pertanyaan-pertanyaan yang seakan menghakimi itu memenuhi batin istri.