Mohon tunggu...
Siti Khusnul Khotimah
Siti Khusnul Khotimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Penulis buku A Good Change: sebuah penerapan filosofi Kaizen bagi yang sedang berada di titik terendah. Menulis seputar Self-Improvement, Growth Mindset, dan Tips Penunjang Karir. Yuk berkawan di IG dan TT @sitikus.nl ✨ Salam Bertumbuh 🌻🔥

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menuju 2023: Resesi Seks atau Takut Menikah?

21 Desember 2022   12:28 Diperbarui: 21 Desember 2022   13:15 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang 2023 sudah muncul banyak istilah baru yang kian membuat khawatir. Resesi, misalnya. Belakangan ini jagad maya kita dipenuhi berita seputar keterpurukan ekonomi dunia, hingga tahun 2023 yang diprediksi akan "gelap gulita" dari sektor finansial. 

Belum selesai mempersiapkan resesi, kita juga perlu bersiap menghadapi intensitas hujan yang meningkat menuju penghabisan tahun 2022. Tentunya, ancaman secara fisik dan moral dalam menghadapi "curah hujan tahunan" tidak membuat kita absen untuk melingkari kalender dan membuat rencana perayaan tahun baru. 

2023, tahun baru untuk jiwa yang baru. 

Seperti biasa, menjelang pergantian tahun kita sibuk memeriksa kembali pencapaian tahun ini yang telah kita buat di tahun sebelumnya.

Apa yang perlu kita upgrade dari diri sendiri?

Kebiasaan apa yang perlu kita pertahankan? 

Resolusi apa yang sesuai untuk diri kita di tahun yang akan datang? 

Semua pertanyaan itu akan terjawab melalui pencapaian kita di tahun ini. Entah dari segi karir, pendidikan, maupun perjalanan asmara. 

Jika resesi di tahun 2023 memberikan kesan pesimis bagi prospek karir dan pendidikan, bagaimana dengan kisah cintamu? 

Apakah akan mengalami resesi yang serupa? 

Resesi dalam dunia keuangan dipahami sebagai kondisi yang buruk untuk berbisnis. Ibarat pepatah, maju kena mundur juga kena. Begitulah situasi yang kelak terjadi pada tahun mendatang. Kita akan dihadapkan pada gelombang inflasi dan kenaikan suku bunga kredit bank dimana-mana.

Lantas, bagaimana resesi ekonomi dapat mempengaruhi seseorang dalam kehidupan seksual?? 

Kalian pasti mengenal kutipan ini:

"Ada uang abang disayang, 

Tak ada uang abang ditendang."

Klise memang, tapi begitulah adanya. Di zaman yang serba cepat ini, banyak tuntutan seketika muncul menjadi keinginan. Banyaknya keinginan yang tak terbendung lantas berkamuflase seolah menjadi kebutuhan. 

Sebut saja, rekreasi setiap minggu, belanja sandang terbaru, memiliki papan tempat bernaung adalah segelintir kebutuhan yang menjelma dari keinginan atas tuntutan sosial yang muncul.

Misalnya, kita hanya punya dana untuk memiliki rumah di pinggiran kota yang aksesnya jauh dari tempat kerja. Akan tetapi, karena adanya tuntutan untuk bekerja lembur setiap harinya, mau tidak mau kita membeli rumah yang dekat dengan tempat kerja, tentu saja harganya pun lebih mahal. 

Kenapa kita tidak mengontrak saja? 

Tentunya orientasi setiap orang dalam memenuhi tuntutan akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dan sentimen-sentimen lain yang dapat memengaruhi keputusan kita dalam mengatur keuangan. 

Hal ini selaras dengan bagaimana kita memilih pasangan hidup dan melihat kehidupan pernikahan sebagai jaminan atas hidup bahagia, atau justru gerbang neraka yang baru terbuka. 

Resesi seks di tahun depan tidak hanya omong kosong belaka. Kegundahan kita dalam menilai orang lain, sebetulnya berasal dari ketidakmampuan kita dalam memenuhi semua ekspektasi. 

Kita yang selalu akrab dengan gawai dan dunia maya, dengan naif menafsirkan bahwa "mapan adalah modal" untuk memulai hubungan asmara. Anggapan-anggapan pesimis yang menilai bahwa diri kita belum pantas bersanding dengan "sang dambaan hati", kian mendorong perasaan kita untuk semakin larut dalam kesepian dan kebahagiaan semu.

Mungkin kita akan dengan mudah memutuskan hangout dimana untuk menghabiskan malam minggu yang sendu. Tetapi akan sulit bagi kita untuk menentukan waktu yang tepat mengajak "si dia" menghabiskan waktu bersama, tanpa perlu berpura-pura memiliki segalanya. 

Jika resesi ekonomi akan menghantam siapapun dengan manajemen keuangan yang kacau, maka resesi seks 2023 akan menenggelamkan siapapun yang tak kunjung siap menjadi diri sendiri. 

Perlu dipahami, bahwa pasangan yang telah menikah pun akan menghadapi krisis seksualitas yang sama. Pasangan suami-istri dengan kesehatan finansial yang buruk adalah target utama gelombang resesi ekonomi mendatang. Perekonomian rumah tangga tentunya berbeda dengan anggaran saat masih bujang. 

Hal ini diperparah dengan harga kebutuhan yang kian meningkat, dan anak-anak harus selalu diberikan gizi yang cukup setiap harinya. Kita tidak akan pernah siap menghadapi resesi manapun, ketika kita tidak mengenali diri kita sendiri. 

Apabila kamu masih sendiri di tahun ini, penting untuk merefleksikan besar pengeluaranmu di tahun ini dan mengalikannya dengan 3, sebagai gambaran beban anggaran yang perlu kamu persiapkan di tahun depan. 

Jangan menunda untuk mulai menabung sekalipun dalam jumlah yang sedikit. Setidaknya, walaupun di tahun depan kamu masih tetap sendiri, kamu bisa lebih tegar menghadapi resesi ekonomi dibandingkan hanya menunggu tanpa persiapan. 

***

Jangan menunda kebaikan walaupun hanya sebesar biji kacang. Apabila bermanfaat, bagikan artikel ini sekarang! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun