Resesi dalam dunia keuangan dipahami sebagai kondisi yang buruk untuk berbisnis. Ibarat pepatah, maju kena mundur juga kena. Begitulah situasi yang kelak terjadi pada tahun mendatang. Kita akan dihadapkan pada gelombang inflasi dan kenaikan suku bunga kredit bank dimana-mana.
Lantas, bagaimana resesi ekonomi dapat mempengaruhi seseorang dalam kehidupan seksual??Â
Kalian pasti mengenal kutipan ini:
"Ada uang abang disayang,Â
Tak ada uang abang ditendang."
Klise memang, tapi begitulah adanya. Di zaman yang serba cepat ini, banyak tuntutan seketika muncul menjadi keinginan. Banyaknya keinginan yang tak terbendung lantas berkamuflase seolah menjadi kebutuhan.Â
Sebut saja, rekreasi setiap minggu, belanja sandang terbaru, memiliki papan tempat bernaung adalah segelintir kebutuhan yang menjelma dari keinginan atas tuntutan sosial yang muncul.
Misalnya, kita hanya punya dana untuk memiliki rumah di pinggiran kota yang aksesnya jauh dari tempat kerja. Akan tetapi, karena adanya tuntutan untuk bekerja lembur setiap harinya, mau tidak mau kita membeli rumah yang dekat dengan tempat kerja, tentu saja harganya pun lebih mahal.Â
Kenapa kita tidak mengontrak saja?Â
Tentunya orientasi setiap orang dalam memenuhi tuntutan akan berbeda. Hal ini dipengaruhi oleh motivasi yang muncul dan sentimen-sentimen lain yang dapat memengaruhi keputusan kita dalam mengatur keuangan.Â
Hal ini selaras dengan bagaimana kita memilih pasangan hidup dan melihat kehidupan pernikahan sebagai jaminan atas hidup bahagia, atau justru gerbang neraka yang baru terbuka.Â