Mohon tunggu...
Siti KhodijahDiyanti
Siti KhodijahDiyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PGSD Universitas Negeri Malang

Mahasiswa PGSD dengan minat besar dalam pendidikan. Selain aktif mengeksplorasi dunia pendidikan, saya juga menyukai olahraga, terutama basket, sebagai cara untuk menjaga keseimbangan dan semangat hidup. Mari berbagi ide, pengalaman, dan inspirasi untuk menciptakan perubahan positif

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Peran Guru Dalam Mewujudkan Sekolah Inklusi Zero Bullying Untuk Mendukung Kesehatan Mental Siswa Disablitas di Sekolah Dasar

17 Desember 2024   19:52 Diperbarui: 17 Desember 2024   19:52 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peran guru sangat krusial dalam kesuksesan implementasi kebijakan pendidikan inklusif di sekolah dasar, terutama dalam mewujudkan zero bullying sebagai langkah strategis untuk mendukung kesehatan mental siswa disabilitas. Pembahasan berikut akan menguraikan temuan-temuan penelitian yang menyoroti peran guru dalam menciptakan lingkungan belajar inklusif yang aman, ramah, dan bebas dari bullying, serta strategi yang diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan mental siswa berkebutuhan khusus.

Guru memiliki peran strategis sebagai fasilitator, motivator, mediator, dan pelindung dalam menciptakan lingkungan belajar yang toleran, aman, dan empatik (Iskandar et al., 2024). Dalam konteks pendidikan inklusi, guru tidak hanya bertugas mengajar, tetapi juga memastikan siswa dengan kebutuhan khusus terintegrasi secara sosial dengan siswa reguler, sehingga mereka tidak merasa terisolasi. Untuk mencapai lingkungan bebas bullying, berbagai strategi diterapkan, seperti mengidentifikasi penyebab bullying, memberikan sanksi tegas kepada pelaku, mengedukasi siswa reguler tentang pentingnya menerima keberagaman, menyediakan layanan konseling psikologis, dan menerapkan kebijakan sekolah ramah anak yang anti-diskriminasi. Selain itu, guru memberikan perhatian khusus kepada siswa disabilitas melalui komunikasi aktif dan dukungan emosional yang dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka serta mengurangi dampak negatif bullying terhadap kesehatan mental.

Untuk mencapai zero bullying, guru dan sekolah menerapkan berbagai strategi yang terintegrasi. Strategi tersebut dimulai dengan mengidentifikasi penyebab bullying sejak dini untuk mencegah terjadinya konflik lebih lanjut. Pemberian sanksi tegas kepada pelaku bullying juga menjadi langkah penting dalam menciptakan efek jera dan memastikan lingkungan sekolah tetap aman. Selain itu, edukasi kepada siswa reguler tentang keberagaman dan pentingnya penerimaan menjadi upaya yang krusial untuk menanamkan nilai-nilai toleransi. Bagi korban bullying, penyediaan layanan konseling psikologis menjadi langkah strategis untuk memulihkan kesehatan mental mereka. Semua upaya ini diperkuat dengan penerapan kebijakan sekolah ramah anak yang berfokus pada pembangunan budaya anti-diskriminasi dan inklusivitas di lingkungan sekolah.

Peran guru dalam mendukung kesehatan mental siswa disabilitas sangatlah penting, terutama dalam menciptakan suasana belajar yang aman, ramah, dan inklusif. Guru berperan memberikan perhatian khusus kepada siswa disabilitas dengan memahami kebutuhan individu mereka, menjalin komunikasi aktif yang dapat membangun rasa nyaman, serta menyediakan dukungan emosional untuk membantu mereka menghadapi tantangan yang ada. Dengan pendekatan ini, guru tidak hanya membantu meningkatkan rasa percaya diri siswa disabilitas tetapi juga mengurangi dampak negatif bullying yang dapat mengganggu kesejahteraan psikologis mereka. Selain itu, dukungan yang konsisten dari guru juga dapat memotivasi siswa disabilitas untuk berpartisipasi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga potensi akademik dan sosial mereka dapat berkembang secara optimal (Wulandari et al., 2024).

Guru disarankan untuk memiliki pemahaman yang mendalam mengenai kebutuhan siswa berkebutuhan khusus, sehingga dapat memberikan pendekatan pembelajaran yang tepat dan efektif. Selain itu, guru perlu menyusun rencana pembelajaran yang fleksibel, dengan menyesuaikan metode dan materi sesuai dengan kondisi individu siswa untuk memastikan proses belajar yang optimal. Observasi rutin juga penting dilakukan guna mengidentifikasi tantangan yang dihadapi siswa, sehingga guru dapat memberikan solusi yang sesuai. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, guru juga perlu mengadakan pelatihan bagi siswa reguler sebagai upaya meningkatkan sikap sosial mereka, sehingga tercipta budaya saling menghargai di kelas.

Pendidikan inklusi memberikan manfaat yang luas dan signifikan, baik bagi siswa reguler maupun siswa berkebutuhan khusus. Dengan adanya interaksi yang intensif di dalam kelas, siswa reguler belajar untuk membangun rasa empati yang mendalam dan memahami pentingnya menghargai keberagaman (Khaerunisa dkk, 2023). Mereka dilatih untuk melihat perbedaan sebagai keunikan yang perlu diapresiasi, bukan sebagai hambatan. Bagi siswa berkebutuhan khusus, pendidikan inklusi menjadi peluang berharga untuk bersosialisasi lebih baik dengan teman-teman sebayanya, sehingga dapat mengembangkan keterampilan sosial dan rasa percaya diri. Selain itu, pendekatan ini membantu mengurangi stigma yang sering kali melekat pada siswa berkebutuhan khusus, karena mereka dapat menunjukkan kemampuan dan potensi mereka dalam lingkungan belajar yang mendukung. Melalui pendidikan inklusi, siswa dari berbagai latar belakang belajar untuk hidup berdampingan dengan saling menghormati, menciptakan budaya sekolah yang inklusif dan ramah bagi semua. Hal ini tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga berkontribusi pada pembentukan masyarakat yang lebih toleran dan adil di masa depan.

KESIMPULAN 

Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam mendukung kesuksesan implementasi pendidikan inklusi di sekolah dasar, terutama dalam mewujudkan zero bullying untuk mendukung kesehatan mental siswa disabilitas. Melalui peran sebagai fasilitator, mediator, dan pelindung, guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang aman, inklusif, dan ramah bagi semua siswa. Berbagai strategi yang diterapkan, seperti edukasi keberagaman, penerapan kebijakan sekolah ramah anak, dan penyediaan layanan konseling psikologis, terbukti efektif dalam mengurangi bullying dan dampak negatifnya. Selain itu, pendidikan inklusi memberikan manfaat ganda, baik bagi siswa reguler dalam membangun empati dan sikap sosial, maupun bagi siswa berkebutuhan khusus dalam meningkatkan rasa percaya diri serta keterampilan sosial mereka. Implementasi pendidikan inklusi yang efektif memerlukan kolaborasi antara guru, sekolah, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan yang mendukung keberhasilan akademik dan kesejahteraan psikologis siswa disabilitas.

DAFTAR RUJUKAN

Asbar, A. M. (2022). Strategi Guru Dalam Pengelolaan Kelas (Teori dan Implementasi). Jurnal Program Studi PGMI, 11, 605--623.

Ayu, F., & Muzayin, A. (2021). Peranan Guru Melalui Pendidikan Inklusi dalam Menanamkan Sikap Sosial Siswa di SD Negeri 14 Mulyoharjo Pemalang. Jurnal Bashrah, 1(2), 72--83. https://journal.stitpemalang.ac.id/index.php/bashrah/article/view/316/210

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun