Mohon tunggu...
Siti Humairo
Siti Humairo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ 2019

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan sebagai Permasalahan Sosial yang Tidak Pernah Hilang Mempengaruhi Keberlanjutan Pendidikan Anak

25 Mei 2022   17:00 Diperbarui: 25 Mei 2022   17:06 10992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

dari kemisinan tersebut orangtua kurang memperhatikan pendidikan, menganggap pendidikan tidak terlalu penting karena berfikir bahwa anak lebih baik membantu orangtuanya bekerja serta faktor kurangnya motivasi dari dalam diri anak.

 Dilansir dari databoks yang bersumber pula dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek),2022 menyatakan bahwa jumlah anak putus sekolah pada tahun 2021 berjulah 75.303 anak putus sekolah dengan yang terbanyak terdapat pada tingkat sekolah dasar SD sebanyak 38.716 anak. 

Pada jenjang SMP mengalami peningkatan jumlah anak putus sekolah di tahun 2021 sebanyak 32,20% dengan jumlah angka putus sekolah di jenjang SMP sebanyak 15.042 anak, di tingkat SMK atau Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak 12.063 dan SMA sebanyak 10.022 anak. Dalam tiga tahun berturut-turut angka putus sekolah siswa sekolah dasar SD terdolong pada tingkat yang paling tinggi.

Akibat Anak Putus Sekolah

Sekolah sebagai sarana pendidikan memiliki peran dalam kehidupan masyarakat, anak dapat diajarkan untuk bersosialiasi dengan sesama. Pendidikan dapat mengangkat status sosial di masyarakat, semakin tinggi maka seseorang dapat memiliki status sosial yang tinggi pula. 

Sekolah merupakan tempat untuk tumbuh dan berkembangnya anak, memperdalam pengetahuan, memperkokoh karakter, sikap, dan perilaku diharapkan agar siswa dapat mempermudah kehidupannya saat dewasa kelak. 

Namun dengan adanya anak yang putus sekolah tentu menjadi suatu permasalahan sosial yang baru sebab anak yang putus sekolah belum memiliki keterampilan yang mencukupi, belum memiliki pengetahuan yang mumpuni. Berikut merupakan akibat yang ditimbulkan dari anak yang putus sekolah:

Anak putus sekolah dapat membuat naiknya angka pengangguran dan tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak terlatih.

Anak yang putus sekolah dapat menambah angka pengangguran di Indonesia, sebab mereka tidak dapat memenuhi kualifikasi yang ada dalam perusahaan karena sebuah perusahaan besar memiliki kualifikasi tamat sekolah adalah SMA. Jika terdapat anak yang putus sekolah saat SMA maka tidak dapat memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut. 

Anak yang putus sekolah belum membekali diri dengan penegetahuan dan keterampilan yang cukup sehingga dapat menjadi tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak terlatih hingga akhitnya timbul banyak pengangguran. Tenaga kerja yang tidak terdidik dan tidak terlatih adalah tenaga kerja kasar yang hanya mengandalkan tenaga saja, sebab kurang dalam pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman.

Kemiskinan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun