Mohon tunggu...
Siti Humairo
Siti Humairo Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ 2019

Mahasiswa Pendidikan Sosiologi FIS UNJ 2019

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kemiskinan sebagai Permasalahan Sosial yang Tidak Pernah Hilang Mempengaruhi Keberlanjutan Pendidikan Anak

25 Mei 2022   17:00 Diperbarui: 25 Mei 2022   17:06 10992
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menurut Prawoto (2009) mengutip dari (Sahdan, 2005) Indikator kemiskinan yang dikeluarkan oleh BAPPENAS mempunyai makna yang relatif luas, yaitu dari berbagai sisi kebutuhan kehidupan, antara lain adalah; (1) terbatasnya kecukupan dan mutu pangan; (2) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan kese hatan; 

(3) terbatasnya akses dan rendahnya mutu layanan pendidikan; (4) terbatasnya kesempatan kerja dan berusaha; (5) lemahnya perlindungan terhadap aset usaha, dan perbedaan upah; (6) terbatasnya akses layanan perumahan dan sanitasi; (7) terba tasnya akses terhadap air bersih; (8) lemah nya kepastian kepemilikan dan penguasaan tanah; 

(9) memburuknya kondisi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, serta terbatas nya akses masyarakat terhadap sumber daya alam; (10) lemahnya jaminan rasa aman; (11) lemahnya partisipasi; (12) besarnya beban kependudukan yang disebabkan oleh besar nya tanggungan keluarga; 

(13) tata kelola pemerintahan yang buruk yang menyebab kan inefisiensi dan inefektivitas dalam pelayanan publik, meluasnya korupsi dan rendahnya jaminan sosial terhadap masyarakat.

Karakteristik masyarakat miskin pada umumnya adalah lemah dalam berbagai aspek kehidupan sehingga mereka tertinggal dari masyarakat lainnya yang  memiliki potensi lebih tinggi. Kemiskinan terbagi menjadi empat bentuk yaitu kemiskinan absolut yaitu masyarakat yang tidak dapat memenuhi kebutuhan kebutuhan primernya seperti sandang pangan dan papan. 

Kedua kemiskinan relative yaitu kemiskinan yang diakibatkan oleh belum meratanya kebijakan pembangunan sehingga menyebabkan ketimpangan penghasilan. 

Ketiga kemiskinan kultural yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh perilaku atau budaya dari masyarakatnya yanga malas, boros dan tidak kreatif, dan ke empat adalah kemiskinan struktural yaitu kemiskinan yang disebabkan oleh rendahnya akses sumber daya yang ada di masyarakat baik itu dari struktur budaya,dan sosial politik justru menyebabkan suburnya kemiskinan.

Kemiskinan dapat diartikan sebagai lingkaran setan karena itu permasalahannya tidak pernah terputus. Masyarakat yang miskin tentunya memililiki daya beli dan akses yang rendah kepada pendidikan sehingga banyak masyrakat miskin yang putus sekolah. 

Padahal kita tahu bahwa pendidikanlah yang dapat menjadi jalan terjadinya mobilisasi vertikal masyrakat miskin meningkatkan kesejahteraanya. Namun karena ketidakmampuannya tersebutakhirnya justru dari kemiskinan akan menimbulkan berbagai permasalahan baru seperti penyimpangan, kriminalitas, kenakalan remaja dan meningkatnya jumlah anak putus sekolah.

Angka Putus Sekolah

Modal dasar dari kemajuan suatu bangsa adalah Pendidikan, namun menjadi tugas besar bagi negara dengan tingkat kemiskinan yang masih tinggi seperti Indonesia ini bahwa fenomena putus sekolah masih banyak terjadi karena salah satunya adalah faktor kemiskinan yang mempengaruhi, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun