Mohon tunggu...
Siti Hafsoh
Siti Hafsoh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi Universitas Lambung Mangkurat

Memiliki hobi olahraga dan memasak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Menganalisis Siklus Hidrologi di Kabupaten Murung Raya Kalteng

5 April 2023   09:41 Diperbarui: 5 April 2023   09:47 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

A. Pengertian Siklus Hidrologi 

   Siklus hidrologi atau siklus air merupakan cabang ilmu geografi yang secara spesifik membahas pergerakan air atau siklus air. Kata hidrologi sendiri berasal dari bahasa Yunani, yang berarti ilmu tentang air. Siklus hidrologi adalah proses secara terus menerus molekul air dari bumi ke atmosfer dan kemudian kembali lagi ke bumi.

Secara sederhana, proses siklus air akan melalui tahap pertama yaitu air mengalami penguapan ke atmosfer. Kemudian, air dalam bentuk gas tersebut akan membentuk awan. Setelah itu, air dalam bentuk awan akan kembali turun ke bumi, dimana kita mengenalnya sebagai hujan, baik berbentuk hujan air, hujan salju atau hujan es. Setelah air kembali ke bumi, maka air akan masuk atau meresap ke dalam tanah dengan arah vertikal maupun horisontal. Dilanjutkan dengan kembali munculnya air ke permukaan, seperti sungai atau danau.

a). Siklus hidrologi memiliki 9 tahapan, yaitu sebagai berikut :

1. Evaporasi

Siklus air yang pertama dimulai dengan proses evaporasi atau pengupan. 

2. Transpirasi

Transpirasi merupakan proses penguapan dari tumbuhan dan hewan. 

3. Evapotranspirasi

Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut evapotranspirasi. Jadi, evepotranspirasi adalah penguapan air yang terjadi di permukaan bumi.

4. Sublimasi

Di wilayah kutub, baik kutub utara dan selatan, serta wilayah yang banyak terdapat lapisan es akan mengalami proses sublimasi. Sublimasi ialah peristiwa berubahnya es menjadi uap air tanpa menjadi zat cair terlebih dahulu.

5. Kondensasi

Kondensasi adalah proses berubahnya uap air menjadi cairan. Fase ini terjadi apabila uap air yang naik menuju atmosfer berada pada titik tertentu, kemudian berubah menjadi titik-titik air. Titik-titik air inilah yang menjadi awan jika berkumpul di udara. Semakin banyak kumpulan titik-titik air, maka akan menyebabkan awan tebal dan hitam.

6. Adveksi

Adveksi ini adalah proses berpindahnya awan, adveksi menjadikan awan-awan menyebar dan berpindah tempat. Misalnya awan di wilayah lautan berpindah ke wilayah daratan.

7. Presipitasi

Presipitasi adalah proses turunnya hujan atau proses mencairnya awan akibat suhu udara yang tinggi. 

8. Run Off

Peristiwa hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan terjadi di wilayah dataran tinggi, misalnya hujan di daerah hulu sungai. Akan menyebabkan air mengalir ke daratan yang lebih rendah, sehingga proses Run Off dapat diartikan adalah proses bergeraknya air.

9. Infiltrasi

Air hujan yang jatuh ke permukaan bumi tidak seluruhnya langsung menuju ke danau, sungai, dan lautan. Maka dari itu, air yang masuk ke dalam pori-pori tanah dan menjadi air tanah ini disebut fase infiltrasi. Kemudian setelah itu, air akan kembali ke siklus awal hidrologi yaitu evaporasi dan seterusnya.

10. Konduksi merupakan pemanasan dengan cara bersinggungan langsung dengan suatu objek.

b). Terdapat tiga jenis siklus air/siklus hidrologi, antara lain sebagi berikut :

1. Siklus Hidrologi Pendek 

Siklus hidrologi pendek terjadi tanpa adanya tahap adveksi atau perpindahan awan. Siklus ini diawali dari evaporasi air laut yang menuju ke atmosfer bumi. Lalu di ketinggian tertentu, pada uap air akan terjadi kondensasi dan membentuk awan. Awan yang tak mampu menahan beban air akan mengalami presipitasi lalu terjadinya yang namanya air hujan. Air hujan yang turun akan jatuh lagi kembali ke laut. 

2. Siklus Hidrologi Sedang 

Siklus sedang terjadi ketika air laut menguap. Uap air akan terbawa oleh angin menuju daratan. Pada ketinggian tertentu, uap air akan melewati fase kondensasi dan berubah menjadi awan. Lalu, awan akan berubah menjadi hujan yang jatuh pada daratan, akan terjadi resapan ke dalam tanah dan sebagian akan terserap oleh akar tumbuhan, kemudian sebagian lagi akan dibawa aliran air seperti selokan, dan sungai. Air akan melewati beragam saluran air yang akan membawa kembali dan berakhir ke laut. 

3. Siklus Hidrologi Panjang 

Siklus hidrologi panjang biasanya terjadi di wilayah pegunungan atau wilayah dengan iklim sub tropis. Ciri pada siklus panjang yaitu peristiwa air pada awan yang tidak akan langsung menjadi hujan. Siklus ini diawali dengan fase evaporasi (penguapan) yang terjadi di lautan, air berubah menjadi molekul-molekul gas. Setelah itu akan melewati tahap sublimasi. Pembentukan awan yang di dalamnya terkandung kristal es, selanjutnya dengan tahap advekasi saat awan akan berpindah.

Dalam tahap advekasi, awan yang di dalamnya terkandung kristal es akan ke daratan dan melewati fase presipitasi. Setelah itu, awan akan berubah menjadi hujan. Namun hujan yang turun berbentuk salju dan terakumulasi membentuk gletser. Gletser yang berada di daratan tersebut akan mencair karena pengaruh peningkatan suhu dan tekanan. Gletser yang mencair akan menuju aliran sungai dan mengarah ke lautan. Kemudian siklus hidrologi panjang akan terulang kembali.

B. Kabupaten Murung Raya 

Kabupaten Murung Raya adalah sebuah wilayah kabupaten yang terletak di Provinsi Kalimantan Tengah, Indonesia. Ibu kotanya adalah Puruk Cahu. Kabupaten ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Barito Utara pada tahun 2002 dengan luas wilayah 23.700 km² dan berpenduduk sebanyak 111.500 jiwa (2021).

Potensi hidrologi Kabupaten Murung Raya cukup besar, terutama adanya aliran beberapa sungai antara lain Sungai Barito, Sungai Murung, Sungai Busang, Sungai Laung, Sungai Tuhup, dan beberapa sungai kecil lainnya. Sungai terbesar yang berada di Kabupaten Murung Raya adalah Sungai Barito yang sejalur dengan Kabupaten Barito Utara dan Kabupaten Barito Selatan dengan panjang sungai lebih kurang 900 km dan lebar rata-rata 650 m dengan kedalaman rata-rata 8 m yang bermuara di Laut Jawa.

Kabupaten ini juga merupakan wilayah hulu daerah aliran sungai (DAS) Barito yaitu Sungai Julai dan Sungai Murung. Sebagai tempat terdapatnya sumber air hulu sungai Barito, kabupaten ini terletak di dalam Daerah Aliran Sungai (DAS) Barito. Air dari Sungai Barito sebagai sungai utama maupun anak-anak sungainya dimanfaatkan penduduk untuk MCK (mandi, cuci, kakus, sumber air minum dan prasarana perangkutan air serta sumber pengairan untuk persawahan yang memiliki luas 2,1 % dari keseluruhan wilayah. Kedalaman air tanah di wilayah ini mencapai sekitar satu meter sampai tujuh meter yang terdapat di sistem lahan dataran. Air tanah digunakan di semua wilayah berbukit di Kabupaten Murung raya. Kedalaman air tanah yang relatif cukup dangkal ini dipengaruhi pula dengan besarnya curah hujan, faktor geologi, serta sistem lahan yang ada.

Berikut adalah framing teks yang berisikan berita-berita mengenai sungai-sungai yang mengaliri di Kabupaten Murung Raya Kalimantan Tengah.

screenshot-20230405-102901-642cdd6b08a8b51e3c6af062.png
screenshot-20230405-102901-642cdd6b08a8b51e3c6af062.png
screenshot-20230405-102922-642cdd7b4addee328d1ffd32.png
screenshot-20230405-102922-642cdd7b4addee328d1ffd32.png
screenshot-20230405-102937-642cdd9608a8b572f75dde85.png
screenshot-20230405-102937-642cdd9608a8b572f75dde85.png
screenshot-20230405-103019-642cdda3d500f65a4a0e6032.png
screenshot-20230405-103019-642cdda3d500f65a4a0e6032.png
Dari isi framing teks diatas, dapat dipahami terjadinya banjir dan peluapan sungai di Murung Raya dikarenakan terganggunya siklus hidrologi/ siklus air serta vegetasi pada Kawasan tersebut. Siklus hidrologi memerlukan vegetasi sebagai agen penahan aliran air. Terjadinya banjir di Kabupaten Murung Raya karena tingginya curah hujan, sehingga presipitasi air terjadi dengan intensitas yang tinggi. Air yang turun melalui proses presipitasi akan mengalami infiltrasi atau perkolasi dan sebagiannya lagi akan mengalir di permukaan (run off). Vegetasi memiliki kemampuan menyerap air melalui perbedaan tekanan osmotik akar dengan tanah, sehingga air yang terdapat dalam pori-pori tanah sebagian masuk ke dalam perakaran vegetasi. Ketiadaan vegetasi dalam siklus air dapat menyebabkan genangan permukaan (banjir). Genangan permukaan terjadi karena pori-pori tanah telah mencapai titik jenuh untuk menampung air akibat infiltrasi air dalam jumlah besar saat musim penghujan. Alih fungsi lahan hutan serta penggundulan hutan menjadi salah satu factor penyebab terjadinya banjir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun