Mohon tunggu...
siti habibah
siti habibah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Nama saya Siti habibah, hobi saya membaca, saya suka nonton konten makanan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kasih Sayang Abadi

30 Desember 2024   08:17 Diperbarui: 30 Desember 2024   08:17 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku Ruby, aku berumur 17 tahun, aku seorang gadis kelas 12 di SMA Nusa Bangsa. Aku adalah gadis yang ceria dan pintar. Aku tinggal bersama ayah, ibu, dan adikku. 

Ayahku bekerja di sebuah kantor untuk menafkahi keluarga, ibukku sebagai ibu rumah tangga dan adikku bernama Dita yang sekarang menduduki kelas 2 smp. Aku ingin menjadi seorang Guru. Ayahku bekerja keras untuk membiayai pendidikanku dan juga adikku hingga Aku dan adikku bisa menggapai cita-cita dan menjadi orang sukses. Aku selalu belajar dengan giat agar aku tidak mengecewakan kedua orang tuaku.Waktu terasa begitu cepat lusa adalah hari kelulusanku.

Di pagi yang cerah, di desa kecil dengan sawah-sawah yang hijau dan air sungai yang jernih membelahnya. Aku dan keluargaku berkumpul di ruang tamu kami mengobrol bersama,

" Ayah apakah besok bisa menghadiri acara hari kelulusanku?" Tanyaku kepada ayah

"Insya Allah ayah akan usahakan izin di kantor untuk acara besok" ucap ayah sambil tersenyum. Aku merasa senang dan juga sedih aku takut ayah tidak mendapatkan izin, aku sangat ingin ayah dan ibu menghadiri bersama. Ibu yang melihat ada raut sedih pun berkata, 

"Tidak papa jika ayah tidak datang kan masih ada ibu" ucap ibu, aku merasa senang karena bisa memiliki kedua orang tua yang sangat menyayangiku.

Hari kelulusanku pun tiba, aku bersiap sebaik mungkin untuk ini dan aku merasa senang karena pada akhirnya orang tuaku bisa menghadiri acara wisudaku. Aku mendapatkan nilai terbaik di sekolah, orang tuaku sangat bangga kepadaku, Aku senang kedua orang tuaku selalu mendukung yang terbaik untukku, aku berharap mereka akan menemaniku sampai sukses. hingga acara selesai aku dan kedua orang tuaku pun foto bersama sebagai kenangan. Malam pun tiba aku dan keluargaku berkumpul di ruang tamu dan mengobrol bersama, hingga ayah berpesan kepadaku dan adikku,

"Nak ingat jangan pernah berhenti belajar karena pendidikan adalah kunci kesuksesan, teruslah berjuang dan mengejar mimpi, kalian adalah kebanggaan ayah, ayah akan selalu menyayangi kalian" ucap ayah 

"Baik yah, kami akan selalu mengingat pesan ayah kami sangat menyayangi ayah dan ibu" ucapku dan adikku. Kami pun sangat senang dan kita berpelukan.

Waktu berlalu begitu cepat, suatu hari aku mendapat kabar bahwa aku lolos tes dan di terima di universitas impianku. Aku sangat senang karena usahaku tidak sia-sia. Aku mengambil jurusan bahasa dan sastra arab karena aku sangat menyukai bahasa arab. Aku berkuliah di universitas islam negeri surabaya. Mendengar kabar tersebut ayah dan ibuku sangat senang dan bangga kepadaku. Aku pun bertekad untuk bersungguh-sungguh sampai aku bisa menggapai cita-citaku. Hingga hari di mana aku berangkat ke surabaya untuk meneruskan pendidikanku. Aku diantar oleh ayah, ibu dan adikku tidak ikut karena naik bus. Aku berpamitan kepada keluargaku

"Bu aku pamit ya doakan aku semoga bisa menggapai cita-citaku" ucapku kepada ibu sambil menangis.

"Jangan khawatir ibu akan selalu mendoakanmu, jaga dirimu baik-baik ibu sangat menyayangimu" ucap ibu sambil menahan tangis. Aku pun memeluk ibu dan mencium tangannya. Setelah berpamitan aku dan ayah berangkat ke Surabaya. Setelah 3 jam perjalanan akhirnya sampai di surabaya dan aku segera menuju ke asmara yang akan ku tempati, setelah sampai aku pun berpamitan kepada ayah, setelah berpamitan ayah kembali kerumah dan aku berdoa semoga ayah selamat sampai di rumah.

Hari demi hari aku jalani aku pun berkuliah dengan sungguh-sungguh, aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Mereka mengeluarkan banyak uang untuk biaya kuliahku, apapun yang aku inginkan mereka akan mengabulkannya. Aku merasa nyaman disini karena banyak teman yang selalu suport aku. Malam pun tiba, aku sedang bersantai di asrama, tiba- tiba aku merindukan kedua orang tuaku, aku ingin menelepon mereka tapi Aku takut mengganggu waktu istirahat mereka akhirnya Aku pun langsung beristirahat. Keesokan harinya aku berkuliah seperti biasa, saat aku pulang ke asrama aku kaget karena ayah, ibu dan adikku datang untuk menjengukku. Aku pun menghampiri mereka dan mengajak untuk masuk ke asrama aku pun bertanya kepada mereka,

"Ayah ibu kenapa tidak memberitahuku kalau mau datang kesini aku bisa pulang lebih awal?" Tanyaku kepada ayah dan ibu

"Ayah dan ibu ingin memberi surprise kepadamu, kita sangat merindukanmu nak, mangkanya kita datang kesini" jawab ayah sambil tersenyum. 

Aku merasa senang akhirnya rasa rinduku terobati, aku pun mengajak mereka jalan-jalan berkeliling di Surabaya. Aku sangat bahagia hingga tak terasa sudah sehari penuh kita berjalan -jalan. Akhirnya kita kembali ke asrama, aku menyuruh kedua orang tuaku untuk menginap karena hari sudah malam. Aku pun menghabiskan waktu bersama mereka. Keesokan harinya kedua orang berpamitan untuk pulang, aku mengantar mereka ke terminal. Aku pun memeluk mereka, sebelum pulang ayah berpesan kepadaku

" Kamu adalah kebanggaan ayah dan ibu tetaplah menjadi anak yang kuat dan jangan pernah menyerah sesulit apapun itu dan jangan lupa sholat dan berdoa kepada Allah, ayah akan selalu Ada dihatimu nak" ucap ayah

"Baiklah ayah aku akan selalu mengingat pesan ayah, aku berharap ayah dan ibu akan selalu menemaniku" ucapku

"ayah dan ibu akan selalu mendukungmu nak selagi itu yang terbaik dan kamu harus ingat kita tidak akan selamanya bisa menemaniku nak ayah harap kamu selalu menjadi yang terbaik" ucap ayah. Aku merasa sedih tapi apa yang di katakan ayah memang benar mereka tidak bisa menemaniku selamanya. Setelah ayah dan ibu menaiki bus aku pun kembali ke asrama, aku pun melakukan aktivitasku seperti biasa.

Waktu terasa begitu cepat sudah 3 bulan aku berada jauh dengan orang tuaku. Aku selalu melakukan aktivitasku seperti biasa walaupun terkadang Aku merasa lelah tapi aku selalu mengingat pesan ayah untuk tidak menyerah. Hingga suatu hari aku mendapat kabar dari adikku bahwa ayah sedang sakit, aku kaget dan merasa sedih aku berpikir ayah mungkin capek bekerja untuk menafkahi keluarga tanpa memperdulikan kesehatannya. Aku ingin pulang tapi ayah melarangku untuk pulang karena ayah tahu kalau aku sedang ujian. Ayah ingin aku tidak mengkhawatirkannya, akhirnya aku menuruti perintah ayah untuk tidak pulang. Hingga suatu hari aku merasa gelisah, aku selalu memikirkan ayah aku sangat merindukan mereka. Hingga saat aku kuliah ibu menelepon memberi kabar bahwa ayah meninggal dunia, aku kaget dan tidak percaya hingga aku menangis histeris, duniaku terasa hancur karena kepergian ayah aku tidak menyangka ayah akan pergi secepat ini. Aku pun izin untuk pulang, aku di antar temanku sampai di terminal. Sesampainya di rumah aku langsung menghampiri ibu dan menangis

"Ibu kenapa ayah pergi secepat ini....kenapa ayah tidak menungguku sampai aku sukses ibu, tapi kenapa ayah harus pergi" ucapku sambil menangis sesenggukan, aku tidak kuat menerima ini

"Nak ikhlaskan ayahmu pergi, ayah sudah tenang di surga nak kamu harus tetap semangat ingat pesan ayahmu nak sekarang kita antar ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya.... Kita harus selalu mendoakannya nak..." Ucap ibu sambil menghiburku. Aku tahu ibu hanya ingin aku terlihat kuat. Setelah proses pemakaman selesai dan para tamu berpamitan pulang aku pun kembali ke kamar dan menumpahkan semua kesedihanku, aku merasa terpukul karena harus kehilangan salah satu penyemangat hidupku. Tapi aku sadar semua ini sudah takdir Allah.

Sudah satu bulan setelah kepergian ayah, rumah terasa begitu sepi, aku merasa ingin berhenti kuliah karena aku tidak ingin membebani ibu. Tapi ibu tetap menyuruhku untuk kuliah, akhirnya aku pun tetap melanjutkan kuliah karena aku ingat pesan ayah untuk jangan menyerah sesulit apapun keadaan itu. Aku pun tetap bersemangat walaupun terkadang merasa rindu dengan ayah, aku sadar untuk tetap mengejar cita-citaku dan membahagiakan ibu dan adikku, tapi aku yakin walaupun ayah sudah tidak ada pasti ayah akan bangga kepadaku dan kasih sayang kedua orang tua itu akan abadi.

Kahilangan sosok ayah di hidup kita memang membuat kita hancur tapi di balik kehilangan itu ada hikmah yang sudah Allah siapkan untuk hambanya. Kita boleh hancur tapi jangan menyerah banyak impian yang harus di wujudkan dan buat ayahmu bangga di surga sana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun