"Jangan khawatir ibu akan selalu mendoakanmu, jaga dirimu baik-baik ibu sangat menyayangimu" ucap ibu sambil menahan tangis. Aku pun memeluk ibu dan mencium tangannya. Setelah berpamitan aku dan ayah berangkat ke Surabaya. Setelah 3 jam perjalanan akhirnya sampai di surabaya dan aku segera menuju ke asmara yang akan ku tempati, setelah sampai aku pun berpamitan kepada ayah, setelah berpamitan ayah kembali kerumah dan aku berdoa semoga ayah selamat sampai di rumah.
Hari demi hari aku jalani aku pun berkuliah dengan sungguh-sungguh, aku tidak ingin mengecewakan kedua orang tuaku. Mereka mengeluarkan banyak uang untuk biaya kuliahku, apapun yang aku inginkan mereka akan mengabulkannya. Aku merasa nyaman disini karena banyak teman yang selalu suport aku. Malam pun tiba, aku sedang bersantai di asrama, tiba- tiba aku merindukan kedua orang tuaku, aku ingin menelepon mereka tapi Aku takut mengganggu waktu istirahat mereka akhirnya Aku pun langsung beristirahat. Keesokan harinya aku berkuliah seperti biasa, saat aku pulang ke asrama aku kaget karena ayah, ibu dan adikku datang untuk menjengukku. Aku pun menghampiri mereka dan mengajak untuk masuk ke asrama aku pun bertanya kepada mereka,
"Ayah ibu kenapa tidak memberitahuku kalau mau datang kesini aku bisa pulang lebih awal?" Tanyaku kepada ayah dan ibu
"Ayah dan ibu ingin memberi surprise kepadamu, kita sangat merindukanmu nak, mangkanya kita datang kesini" jawab ayah sambil tersenyum.Â
Aku merasa senang akhirnya rasa rinduku terobati, aku pun mengajak mereka jalan-jalan berkeliling di Surabaya. Aku sangat bahagia hingga tak terasa sudah sehari penuh kita berjalan -jalan. Akhirnya kita kembali ke asrama, aku menyuruh kedua orang tuaku untuk menginap karena hari sudah malam. Aku pun menghabiskan waktu bersama mereka. Keesokan harinya kedua orang berpamitan untuk pulang, aku mengantar mereka ke terminal. Aku pun memeluk mereka, sebelum pulang ayah berpesan kepadaku
" Kamu adalah kebanggaan ayah dan ibu tetaplah menjadi anak yang kuat dan jangan pernah menyerah sesulit apapun itu dan jangan lupa sholat dan berdoa kepada Allah, ayah akan selalu Ada dihatimu nak" ucap ayah
"Baiklah ayah aku akan selalu mengingat pesan ayah, aku berharap ayah dan ibu akan selalu menemaniku" ucapku
"ayah dan ibu akan selalu mendukungmu nak selagi itu yang terbaik dan kamu harus ingat kita tidak akan selamanya bisa menemaniku nak ayah harap kamu selalu menjadi yang terbaik" ucap ayah. Aku merasa sedih tapi apa yang di katakan ayah memang benar mereka tidak bisa menemaniku selamanya. Setelah ayah dan ibu menaiki bus aku pun kembali ke asrama, aku pun melakukan aktivitasku seperti biasa.
Waktu terasa begitu cepat sudah 3 bulan aku berada jauh dengan orang tuaku. Aku selalu melakukan aktivitasku seperti biasa walaupun terkadang Aku merasa lelah tapi aku selalu mengingat pesan ayah untuk tidak menyerah. Hingga suatu hari aku mendapat kabar dari adikku bahwa ayah sedang sakit, aku kaget dan merasa sedih aku berpikir ayah mungkin capek bekerja untuk menafkahi keluarga tanpa memperdulikan kesehatannya. Aku ingin pulang tapi ayah melarangku untuk pulang karena ayah tahu kalau aku sedang ujian. Ayah ingin aku tidak mengkhawatirkannya, akhirnya aku menuruti perintah ayah untuk tidak pulang. Hingga suatu hari aku merasa gelisah, aku selalu memikirkan ayah aku sangat merindukan mereka. Hingga saat aku kuliah ibu menelepon memberi kabar bahwa ayah meninggal dunia, aku kaget dan tidak percaya hingga aku menangis histeris, duniaku terasa hancur karena kepergian ayah aku tidak menyangka ayah akan pergi secepat ini. Aku pun izin untuk pulang, aku di antar temanku sampai di terminal. Sesampainya di rumah aku langsung menghampiri ibu dan menangis
"Ibu kenapa ayah pergi secepat ini....kenapa ayah tidak menungguku sampai aku sukses ibu, tapi kenapa ayah harus pergi" ucapku sambil menangis sesenggukan, aku tidak kuat menerima ini
"Nak ikhlaskan ayahmu pergi, ayah sudah tenang di surga nak kamu harus tetap semangat ingat pesan ayahmu nak sekarang kita antar ayah ke tempat peristirahatan terakhirnya.... Kita harus selalu mendoakannya nak..." Ucap ibu sambil menghiburku. Aku tahu ibu hanya ingin aku terlihat kuat. Setelah proses pemakaman selesai dan para tamu berpamitan pulang aku pun kembali ke kamar dan menumpahkan semua kesedihanku, aku merasa terpukul karena harus kehilangan salah satu penyemangat hidupku. Tapi aku sadar semua ini sudah takdir Allah.