Mohon tunggu...
Siti Fatmawati
Siti Fatmawati Mohon Tunggu... Mahasiswa - STIKes Mitra Keluarga

Mahasiswa STIKes Mitra Keluarga

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kenali Osteoporosis Pada Lansia!

21 Januari 2023   20:13 Diperbarui: 21 Januari 2023   20:14 132
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nama : Siti Fatmawati 

Nim : 201905084

S1 Keperawatan Stikes Mitra Keluarga

Lanjut usia atau lansia adalah sebuah fase terakhir dari kehidupan. Berdasarkan World Health Organization (WHO), seseorang dikatan lanjut usia apabila sudah berada di usia 60 tahun keatas. Dimana, pada usia 60 tahun keatas, lansia sudah atau sedang dalam proses fase penuaan. Fase penuaan merupakan sebuah proses dimana mulai menghilangnya kemampuan tubuh dalam regulasi perbaikan jaringan tubuh dan fungsinya dalam melawan infeksi ataupun kerusakan organ. Dengan terjadinya proses penuaan ini, maka munculah beberapa kemunduran kesehatan pada tubuh lansia seperti perubahan fisik, mental, dan secara psikososialnya (Toto Sudargo et al., 2021). Masalah fisik yang terjadi pada lansia adalah masalah yang paling utama mengganggu kehidupan lansia. Beberapa masalah fisik yang sering dijumpai pada lansia adalah masalah pada kesehatan tulang. Semakin bertambahnya usia, maka Kesehatan pada tulang kian menurun, salah satunya pada penyakit osteoporosis.

Menurut World Health Organization (WHO) terdapat sekiranya 200 juta jiwa terkena penyakit osteoporosis dan diperkirakan akan meningkatnya patah tulang panggul akibat osteoporosis dengan faktor risiko 2 kali lipat lebih banyak terjadi pada wanita dan 3 kali lipat lebih banyak terjadi pada pria (Umi Partan et al., 2021). Sedangkan pada Indonesia sendiri, berdasarkan data yang didapatkan oleh Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI) sebanyak 41,8% pria dan 90% wanita sudah menunjukkan gejala terjadinya osteoporosis, dan sebanyak 28,8% pria dan 32,2% wanita sudah terdiagnosa osteoporosis. Beberapa kasus dengan lansia usia 80 tahun di Indonesia, satu dari tiga lansia wanita dan satu dari lima lansia pria mengalami risiko patah tulang panggul akibat osteoporosis (Ginting et al., n.d.).

APA ITU OSTEOPOROSIS?

Osteoporosis merupakan suatu kelainan metabolisme pada tulang yang terjadi akibat adanya penurunan masa pada tulang tanpa disertai adanya matriks tulang (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015). Osteoporosis juga didefinisikan sebagai penyakit tulang keropos yang diakibatkan oleh kurangnya konsumsi vitamin D atau kalsium dalam tempo waktu yang lama. Hal ini akhirnya mengakibatkan tulang mengalami penurunan masa dan mudah patah. Selain itu, osteoporosis juga didefinisikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan karena adanya penurunan hormon estrogen. Sehingga, beberapa kasus osteoporosis terjadi pada wanita yang telah mengalami menopause (Siti Utami Dewi et al., 2021).

APA PENYEBAB SPESIFIK OSTEOPOROSIS?

Osteoporosis pada lansia umumnya tidak terlepas jauh karena lansia pernah mengkonsumsi obat glukokortikoid. Obat glukokortikoid merupakan obat yang bekerja untuk mengurangi peradangan tubuh dan menekan sistem imun. Namun, obat ini memiliki efek terhadap kerusakan tulang karena obat ini mengganggu penyerapan kalsium di usus, sehingga tulang tidak mendapatkan kalsium secara adekuat. Selain faktor dari obat, terdapat beberapa faktor risiko yang mempengaruhi terjadinya osteoporosis yakni (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015):

  • Usia lanjut
  • Genetik, yaitu faktor keturunan. Dimana mungkin seseorang memiliki riwayat keluarga dengan osteoporosis
  • Adanya kondisi kelemahan pada kerangka tubuh dan adanya kondisi penyakit bawaan tulang seperti skoliosis. Hal ini kerap terjadi pada Wanita yang berumur rentang 50-60 tahun dengan keadaan densitas tulang yang rendah.
  • Kurangnya aktivitas fisik
  • Wanita yang belum pernah melahirkan
  • Wanita dengan riwayat menopause dini, yaitu pada usia 46 tahun
  • Kondisi gizi yang tidak adekuat, misalnya kekurangan protein dan kalsium pada saat usia anak-anak atau remaja
  • Masalah hormonal, seperti kadar estrogen plasma yang kurang
  • Obat-obatan yang dikonsumsi seperti glukokortikoid atau kortikosteroid
  • Adanya kondisi kerusakan tulang akibat kelelahan fisik

KLASIFIKASI OSTEOPOROSIS

Klasifikasi pada osteoporosis yakni (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015):

Osteoporosis Primer pada osteoporosis jenis ini, terbagi menjadi 2 tipe yaitu:

  • Tipe 1, yaitu tipe yang terjadi pada wanita dengan pasca menopause
  • Tipe 2, yaitu tipe yang umum terjadi pada pria maupun wanita usia lanjut

Osteoporosis Sekunder

  • Pada osteoporosis sekunder, disebabkan karena penyakit-penyakit erosive tulang seperti myeloma atau penyakit tiroid, dan diakibatkan pula oleh obat-obatan yang toksik (glukokortikoid).

BAGAIMANA TANDA DAN GEJALANYA?

Beberapa tanda dan gejala khas dari osteoporosis yakni (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015):

  • Penurunan tinggi badan
  • Nyeri pada tulang, terutama tulang belakang yang umumnya terjadi pada area belakang dan intensitasnya meningkat ketika malam hari
  • Perubahan bentuk pada tulang belakang
  • Terdapatnya tanda McConkey, yaitu benjolan tumpul pada bagian perut

PEMERIKSAAN OSTEOPOROSIS

Pemeriksaan klinis yang dilakukan untuk mendukung diagnostic osteoporosis antara lain (Amin Huda Nurarif & Hardhi Kusuma, 2015):

  • Melakukan foto rontgen polos
  • Melakukan pemeriksaan CT-Scan guna mengetahui ukuran densitas tulang yang menunjang diagnostik dari osteoporosis
  • Melakukan pemeriksaan DEXA, pemeriksaan ini berfungsi mengetahui densitas tulang dan mengukur jumlah kehilangan tulang ringan hingga sedang (osteopenia) dan kehilangan tulang berat atau (osteoporosis)
  • Pemeriksaan laboratorium
  • Mengetahui kadar kalsium, fosfor, dan fosfat alkali untuk mengetahui apakah ada kelainan nyata pada tulang
  • Kadar HPT (dilakukan pada wanita dengan kondisi pascamenopause, terjadinya peningkatan kadar HPT) dan Ct yang merangsang penurunan hormone ekstrogen
  • Kadar 1,25-(OH) 2-D3, dengan situasi kadar kalsium yang menurun
  • Mengetahui adanya gangguan pada ekskresi fosfat dan hidroksipolin, sehingga kedua kadarnya meningkat

APA KOMPLIKASI YANG DAPAT TERJADI?

Komplikasi yang dapat terjadi apabila osteoporosis tidak segera ditangani adalah tulang akan menjadi panas serta rapuh. Beberapa kasus terdapat pula kondisi tulang patah dibeberapa bagian seperti tulang belakang, paha, pinggang, pergelangan, dan sebagainya (Yanti Anggraini & Hasian Leniwita, 2019).

BAGAIMANA PENGOBATANNYA?

Terapi pengobatan pada osteoporosis adalah bertujuan untuk meningkatkan kepadatan pada tulang. Beberapa diantaranya adalah dengan mengkonsumsi kalsium dan juga vitamin D yang baik untuk kesehatan tulang. Selain itu terdapat pula terapi hormon dan non hormonal, yakni (Yanti Anggraini & Hasian Leniwita, 2019):

Terapi hormon

  • Terapi hormon ini dikhususkan untuk lansia wanita yang telah mengalami menopause, dengan diberikannya terapi hormone estrogen serta progesteron yang dapat memperlambat atau bahkan menghentikan terjadinya proses osteoporosis

Terapi non hormonal

  • Mengkonsumsi obat bisfosfonat
  • Fungsi pokok dari obat jenis ini adalah menghancurkan sel-sel yang mampu merusak tulang, sehingga kerusakan dan penurunan masa otot tidak akan terjadi.

Etidronat

  • Obat jenis ini merupakan preparate dari obat jenis bisfosfonat. Obat ini berfungsi untuk mengatasi osteoporosis.

Alendronat

  • Obat jenis ini merupakan obat yang kerap kali diresepkan untuk wanita lansia pascamenopause yang mengalami osteoporosis. Namun, obat ini memiliki banyak efek samping terutama pada saluran pencernaan, sehingga harus dibutuhkan keputusan dokter untuk konsumsi obat jenis ini.

Kalsitriol

  • Fungsi obat jenis ini adalah mencegah terjadinya penurunan masa tulang dan mencegah tulang patah akibat osteoporosis.

REFERENSI

Amin Huda Nurarif, & Hardhi Kusuma. (2015). APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC. Mediaction.

Ginting, N., Aritonang, L. A., Program, D., D3, S., Stikes, K., Medan, S. E., & Program, M. (n.d.). SISTEMATIC RIVIEW GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS TAHUN 2020.

Siti Utami Dewi, Dian Yuniar Syanti Rahayu, Anis Laela Megasari, Rosnancy Renolita Sinaga, Jeni Rante Tasik, Dewi Damayanti, Devin Prihar Ninuk, Mukhamad Rajin, Kurniawati, Sujiah, Pujiani, Nova Nurwinda Sari, Sedia Simbolon, & Annisa Febriana. (2021). Asuhan keperawatan Gerontik. Yayasan Kita Menulis.

Toto Sudargo, Tira Aristasari, Aulia Afifah, Atika Anif Prameswari, Fitria Aninda Ratri, & Sheila Rosmala Putri. (2021). Asuhan Gizi Pada Lanjut Usia. UGM Press.

Umi Partan, R., Reagan, M., Hermansyah, H., Darma, S., Muthia, P., Mediarty, M., Indrajaya, T., Kurniati, N., Riviati, N., & Yuniza, Y. (2021). Faktor risiko dan gejala osteoporosis pada komunitas dewasa di Desa Ibul Besar Pemulutan Ogan Ilir Sumatera Selatan. Jurnal Pengabdian Masyarakat: Humanity and Medicine, 2(3), 144--155. https://doi.org/10.32539/hummed.v2i3.68

Yanti Anggraini, & Hasian Leniwita. (2019). MODUL KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH II. Universitas Kristen Indonesia.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun