Mohon tunggu...
Siti Fatimah
Siti Fatimah Mohon Tunggu... Guru - Guru

menggeluti profesi guru TK / PAUD merupakan do'a dan cita-cita saya sejak dulu. dikarenakan mengajar di TK merupakan ajang saya mencari keberkahan ilmu dan menjadi hiburan bagi saya bisa bermain bersama anak-anak setiap hari. walaupun gaji yang saya dapat tidak seberapa tapi semoga saya bisa ikhlas dan sabar menjalaninya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Best Practice "Meningkatkan Kemampuan Menyimak dengan Media Wayang Centong"

9 Desember 2022   20:58 Diperbarui: 9 Desember 2022   21:16 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita Praktik Baik (Best Practice)  Menggunakan Metode Star (Situasi, Tantangan, Aksi, Refleksi Hasil Dan Dampak)

Terkait Pengalaman Mengatasi Permasalahan Siswa Dalam Pembelajaran

Lokasi

TK Islam Nurul Hidayah Trimulyo

Lingkup Pendidikan

Pendidikan Anak Usia Dini

Tujuan yang ingin dicapai

Meningkatkan  kemampuan bahasa reseptif (menyimak) anak kelompok B dengan metode bercerita melalui media wayang centong

Penulis

Siti Fatimah, S.Pd.

Tanggal

Kamis, 13 Oktober 2022



SITUASI 

Hal yang melatar belakangi guru menyusun best practice ini adalah pengalaman guru setelah mengamati selama kurang lebih 2 bulan pembelajaran dari masa kenaikan kelas, anak TK B sebagian besar masih kurang berkembang kemampuan menyimaknya. Khususnya kemampuan menyimak cerita yang guru sampaikan. Hal tersebut terlihat dari jumlah 9 siswa, hanya ada 3-4 siswa yang bersedia menyimak dengan vokus dan seksama sehingga ketika kegiatan menceritakan kembali cerita yang telah didengarkan hanya  4 anak tersebut yang mampu menceritakannya sesuai harapan. Sedangkan anak yang lain lebih suka bercanda dan sibuk sendiri dengan permainannya. Bahkan cenderung mengganggu temannya yang ingin vokus/minat untuk mendengarkan cerita. Sehingga kegiatan bercerita di hari itu sangat tidak efektif.

Berdasarkan atas hasil eksplorasi penyebab masalah dari literasi dan wawancara dari berbagai sumber, maka penyebab masalah perkembangan anak kelompok B TK Islam Nurul Hidayah dalam menyimak masih belum berkembang sesuai harapan adalah sebagai berikut:

  • Motivasi anak masih lemah: ketika kegiatan menyimak cerita, motivasi atau minat anak dalam menyimak cerita belum kuat sehingga anak masih suka bergurau atau mengobrol ketika dibacakan cerita. Karena kebanyakan mengobrol maka vokus perhatiannya terpecah sehingga pesan yang terkandung di dalam cerita tersebut belum secara optimal diserap oleh anak.
  • Stimulus visual/ media yang di berikan masih belum menarik : media yang pernah  digunakan guru yaitu buku cerita dan perangkat laptop & speeker . Adapun stimulus tentang kesepakatan awal sebelum menyimak cerita belum diberikan guru. Dikarenakan media / alat peraga yang kurang inovasi maka minat anak untuk menyimak cerita kurang dan akhirnya memilih untuk mengobrol atau bergurau dengan temannya. Ketika menggunakan media perangkat laptop & speeker, awalnya mereka mau menyimak cerita dengan vokus tetapi dikarenakan alur dan durasi ceritanya yang panjang sehingga mereka merasa bosan dan memilih untuk bermain perangkat laptop & speeker yang menurut mereka merupakan teknologi yang baru mereka lihat. 
  • Kurangnya kemampuan guru dalam membacakan cerita :   cara  guru mengkomunikasikan pesan / cerita belum maksaimal,  tidak gerakan (gesture), ekspresi wajah, bahasa tubuh dan pharafrase yang berbeda serta Penggunaan pronounchation dan penekanan belum muncul dalam pembacaan cerita. Guru juga kurang persiapan sebelum menyampaikan cerita di kelas.
  • Cerita atau tema tidak menarik anak; selama kurang lebih 2 bulan ini cerita yang dibacakan guru yaitu cerita nabi dan cerita-cerita karakter dalam buku cerita yang bergambar animasi.adapun ketika menyimak dari media perangkat laptop & speeker, tema ceritanya adalah hari kemerdekaan dengan durasi 30 menit.
  • Setting tempat kurang nyaman bagi anak: ketika menyimak guru mengatur tempat duduk yang dijadikan satu deret. Mungkin karena mereka kurang nyaman duduknya sehingga seringnya mereka rebutan posisi duduk saat menyimak cerita. Selain itu suasana kelas juga mempengaruhi masalah tersebut apakah ruangannya panas atau sejuk, bising atau tenang. Dan menurut guru ruangan kelas yang digunakan cukup sejuk karena ada kipasnya, dan cukup tenang dikarenakan berada agak jauh dari jalan raya.
  • Anak terpengaruh dengan temannya yang mengajaknya bermain. Masalah inilah yang sering terjadi ketika proses pembelajaran di kelas, sehingga sangat mengganggu apalagi bagi anak yang ingin menyimak cerita.
  • Kesepakatan main yang disampaikan guru diawal pembelajaran belum kuat. Hal tersebut juga berpengaruh atas belum berkembangnya kemampuan menyimak anak dikarenakan ketika anak diajak merumuskan kesepakatan dalam pembelajaran, anak akan mengingatnya sebagai janji mereka saat pembelajaran, sehingga ketika ada anak yang melanggar, guru bisa mengingatkan anak tersebut atas kesepakatan yang di buat tadi.

Praktik ini perlu guru ceritakan kepada para pembaca, khususnya bagi guru PAUD, Karena kemungkinan masalah yang dihadapi guru mengenai kurangnya kemampuan menyimak anak juga pembaca alami di lembaganya. Sehingga pengalaman baik ini dapat menjadi referensi untuk mengatasi masalah tersebut.

Sebagai seorang pendidik yang profesional harus selalu peka akan masalah yang terjadi di lembaganya dan bertanggungjawab mencari solusi yang terbaik untuk menyelesaikan masalah tersebut dikarenakan peran guru tidak hanya sebagai pengajar dan pemberi motivator saja namun juga sebagai penilai dan peneliti dalam pembelajaran yang dipimpinnya. Sehingga apabila terdapat masalah dalam proses pembelajarannya maka harus segera memperbaikinya dengan berbagai inovasi-inovasi yang kreatif. Salah satunya dengan media wayang centong untuk meningkatkan keampuan menyimak anak kelompok B.

TANTANGAN

Ada beberapa kendala dan tantangan yang harus guru hadapi untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak kelompok B di TK Islam Nurul Hidayah diantaranya (1) Sarpras: gedung yang guru tempati untuk mengajar merupakan gedung berlantai dua milik yayasan yang diperuntukkan untuk tiga lembaga secara bergantian yaitu pagi untuk TK dan siangnya untuk TPQ dan MADIN, sehingga di satu kelas terdapat banyak meja dan kursi panjang layaknya sekolah dasar. Juga setting ruangannya berbentuk seperti model clasikal (terdiri dari kursi & bangku, kursi & bangku serta meja guru ada di depan) sehingga ketika guru mau menerapkan model area harus direpotkan dengan geser menggeser meja bangku setiap hari dan harus menggembalikan seperti semula seusai pelajaran TK usai. Mainan/media main anak juga tidak dapat selalu ditempatkan pada kelas karena dikhawatirkan akan banyak yang hilang/rusak ketika tidak disimpan di lemari yang berkunci. Hiasan kelas/ labeling layaknya yang ada di taman kanak-kanak pun selalu hilang / dirobek ketika sudah terpasang rapi. (2)  Media: media yang guru gunakan untuk meningkatkan literasi khususnya kemampuan menyimak anak masih minim, hanya ada beberapa buku yang ditepatkan di satu ruangan, sedangkan alat peraga seperti boneka tangan, wayang, dan alat peraga lainnya masih sangat minim, dulunya ada namun banyak yang rusak dan tak terawat. Sehingga perlu adanya inovasi-inovasi media yang dapat meningkatkan kemampuan literasi anak.

Ada bebrapa pihak yang ikut terlibat dalam proses perbaikan diantaranya yaitu Kepala sekolah, teman sejawat dan guru. Kepala Sekolah berperan sebagai pembimbing para guru, pengawas dan penilai terhadap masalah teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan. Misalnya mendisiplinkan guru, mencari informasi kedinasan, mengevaluasi kinerja guru, dan sebagainya.

Adapun para guru berperan dan bertugas sebagai pendidik, mengajar, membimbing, memotivasi dan menilai peserta didik di dalam proses pembelajaran. Merekalah yang setiap hari bercengkrama dengan anak dan sebagai model yang akan ditiru oleh anak. Sehingga harus berupaya menampilkan perilaku dan sikap baik dihadapan anak.AKSI

Beberapa tantangan di atas, memberikan motivasi terhadap guru untuk membenahi masalah kebahasaan (menyimak) yang guru rasakan. Langkah-langkah yang guru ambil yaitu dengan melakukan kajian literatur dari berbagai sumber, melakukan wawancara dengan kepala sekolah dan teman sejawat, merumuskan solusi hipotetik, membuat rencana aksi, merumuskan rencana pembelajaran dan rencana penilaian & evaluasi.

Strategi yang guru gunakan untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak yaitu dengan model problem based learning (pembelajaran berbasis masalah) adalah model pembelajaran yang menyajikan masalah sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Model pembelajaran ini dapat memberikan kondisi belajar aktif kepada siswa dimana siswa terlibat untuk memecahkan masalah secara ilmiyah.

Metode yang guru terapkan adalah metode bercerita, gerak dan lagu, bermain peran, bercakap-cakap/tanya jawab, dan pemberian tugas. Media yang saya gunakan adalah wayang centong. Teknik penilaiannya menggunakan observasi, ceklis, anekdot dan hasil karya.

Wayang centong adalah media/alat peraga yang terbuat dari centong nasi berbahan kayu yang diberi aksesoris-aksesoris/gambar, sehingga dapat digunakan sebagai pemeran/tokoh dalam sebuah cerita. Cara pembuatan wayang centong yaitu dengan di buat dengan alat dan bahan sebagai berikut : Alat lem tembak, gunting, spidol/pensil lem tembak, centong, benang wol, kain flanel, mata-mata, kain perca, kertas lipat, kancing, pita, tusuk sate. Dan cara membuatnya yaitu 

  • membuat pola rambut dari kain flanel dan benang wol disesuaikan dengan karakternya
  • di pasangi mata 
  • di gambari hidung dan mulut
  • di beri baju dari kain perca
  • dan di kasih tangan dari pita  yang dikaitkan dengan tusuk sate yang sudah ditumpulkan.

 

Gambar 1 : wayang centong dan panggung wayang

Guru juga dapat melengkapi media wayang centong dengan panggung wayangnya yang terbuat dari kardus bekas sebagai tempat pertunjukan dan tempat sandarannya.

Langkah-langkah pembelajaran diawali dengan kegiatan pembuka; berbaris dihalaman, salam pembuka, menanya kabar anak, presensi kehadiran, apersepsi yang dikuatkan dengan kegiatan menonton video. Dilanjutkan dengan kegiatan inti yaitu dengan guru menjelaskan satu persatu permainan yang akan dimainkan, anak mengamatinya, guru mendiskusikan aturan main dengan anak, dan anak memilih mainan yang akan dimainkan dan membereskannya setelah bermain, guru memberi motivasi.

Kegiatan main terdiri dari tiga permainan, yaitu (1) menyimak cerita dengan wayang centong dan panggung wayang. (2) membedakan besar dan kecil ikan. (3) menggambar macam-macam ikan.

Langkah-langkah penerapan media wayang centong pada pertemuan pertama yaitu (1) Guru mengatur tempat duduk anak. (2) Guru mengawali cerita dengan tepuk ikan (3) Guru menyiapkan media wayang centong (4) Guru membacakan cerita ( Gemari ) dengan media wayang centong (5) Guru memberikan tanya jawab seputar cerita (6) Anak-anak menyimpulkan isi cerita (7) Guru mengapresiasi anak.

Pada pertemuan kedua, langkah-langkahnya yaitu (1) Guru mengatur tempat duduk anak (2) Guru mengawali cerita dengan bernyanyi "kalau kau senang hati" (3) Guru menyiapkan media wayang centong dengan panggung dari kardus. (4) Guru membacakan cerita " icha anak mandiri (makan ikan sendiri). (5) Anak-anak menyimpulkan isi cerita. (6) Guru mengapresiasi anak.


Gambar aksi pertemuan 1

wayang-perte-2-png-63933c5308a8b5280549fa24.png
wayang-perte-2-png-63933c5308a8b5280549fa24.png

Gambar aksi pertemuan 2

Pembelajaran disela dengan istirahat yang diisi dengan berdo'a sebelum dan sesudah makan, mencuci tangan, makan jajan dan bermain diluar. Selanjutnya ditutup dengan kegiatan recalling, menanya perasaan main, ice breaking , pemberian pekerjaan rumah dengan keluarga dan pesan moral, dan terakhir berdo'a sesudah kegiatan dan salam penutup.

Aksi yang guru lakukan didukung oleh beberapa pihak diantaranya adalah kepala sekolah yang mendukung dan memberikan ijin untuk guru melakukan aksi perbaikan melalui 2 siklus, teman sejawat yang telah memberikan masukan dan arahan, serta kameramen yang ikut serta bersabar menghadapi tingkah laku anak yang aktif dan wali murid yang telah menjemput dan menunggu anaknya yang pulangnya agak telat dikarenakan proses pembelajaran yang sedikit agak lama. Serta tukang kebun yang selalu guru mintai tolong untuk membukakan pintu kelas guna guru setting dan persiapkan untuk pembelajaran aksi ini.

Alat yang guru gunakan untuk aksi perbaikan adalah laptop, speeker, penjepit ikan, timbangan, celemek, wadah, pensil, spidol, pensil warna, krayon, wraiting tablet. Adapun bahan yang digunakan adalah video yang guru ambil dari https://www.youtube.com/watch?v=vmFa6aAbbfs Video ice breaking  https://www.youtube.com/watch?v=XqZsoesa55w Uang-uangan, ikan bandeng, ikan udang dan ikan lundu, pembungkus dari plastik, dan LKPD.REFLEKSI HASIL DAN DAMPAK 

Dampak setelah dilaksanakannya aksi perbaikan menggunakan media wayang centong adalah adanya peningkatan kemampuan menyimak anak, dari sebelum aksi hanya 44,4% setelah perbaikan pertemuan pertama menjadi 66,6% dan pertemuan kedua 88,8%. Sehingga bisa dikatakan aksi perbaikan yang guru lakukan hasilnya efektif. Hal ini terlihat ketika anak menyimak cerita dengan menggunakan media wayang centong yang dipadukan dengan panggung wayangnya anak sangat antusias dan sangat tertarik dengan cerita yang diceritakan. Dan anak dapat menceritakan kembali dengan runtut.  

Respon kepala sekolah terkait media wayang centong yang guru terapkan untuk meningkatkan kemampuan menyimak anak sangat baik, beliau menyarankan kepada guru lain untuk membuat beberapa wayang centong dengan berbagai karakter sehingga nanti bisa dipakai untuk bercerita.

Faktor keberhasilan bercerita dengan media wayang centong adalah (a) faktor penyimak; dalam hal ini motivasi anak dalam menyimak harus kuat sehingga anak dapat memahami pesan yang terkandung dari yang disimaknya. (b) faktor situasi; berkaitan erat dalam lingkungan sekitar anak dan stimulus visual/media yang diberikan/digunakan. (c) faktor pembicara; guru berperan penting dalam kegiatan menyimak pada anak. Guru perlu mengkomunikasikan pesan dengan berbagai cara baik dengan memberikan gerakan (gesture), ekspresi wajah, bahasa tubuh dan pharafrase yang berbeda. Penggunaan pronounchation dan penekanan juga sangat berpengaruh dan mendukung ketepatan menerima pesan yang disampaikan.

Pembelajaran dari keseluruhan proses tersebut adalah bercerita tanpa menggunakan media/alat peraga akan menjadikan anak jenuh dan tidak tertarik, namun apabila kegiatan bercerita tersebut dibantu dengan alat peraga semisal wayang centong akan menarik minat anak untuk menyimak dengan seksama.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun