Sebaliknya, di Prancis, sistem pengendalian manajemen lebih terpusat dan hierarkis. Perusahaan-perusahaan Prancis sering kali memiliki struktur organisasi yang lebih kaku, di mana keputusan strategis diambil oleh manajemen puncak. Ini dapat mengakibatkan kurangnya keterlibatan karyawan dalam proses pengendalian, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi motivasi dan kinerja mereka (Hofstede, 2001).
Dampak regulasi dan kebijakan pemerintah juga memainkan peran penting dalam perbedaan praktik ini. Di Jerman, regulasi ketenagakerjaan yang ketat memberikan perlindungan bagi pekerja dan mendorong perusahaan untuk mengadopsi praktik pengendalian yang lebih adil dan transparan. Sebaliknya, di Prancis, kebijakan pemerintah yang lebih restriktif dapat menghambat fleksibilitas perusahaan dalam mengimplementasikan sistem pengendalian yang inovatif.
IV. Perbandingan dan Analisis
A. Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Praktik
Perbedaan praktik sistem pengendalian manajemen di berbagai negara dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor, termasuk budaya, ekonomi, dan regulasi. Budaya memiliki dampak yang signifikan terhadap cara perusahaan mengelola dan mengendalikan kinerja mereka. Misalnya, negara-negara dengan budaya yang lebih kolektif, seperti Jepang, cenderung mengadopsi sistem pengendalian yang lebih kolaboratif, sementara negara-negara dengan budaya individualis, seperti AS, lebih fokus pada pencapaian individu dan hasil (Hofstede, 2001).
Faktor ekonomi juga berperan dalam menentukan praktik pengendalian manajemen. Negara-negara dengan ekonomi yang lebih maju sering memiliki akses yang lebih baik terhadap teknologi dan sumber daya, memungkinkan mereka untuk menerapkan sistem pengendalian yang lebih canggih. Sementara itu, negara-negara berkembang mungkin menghadapi tantangan dalam hal infrastruktur dan pendidikan, yang dapat membatasi kemampuan mereka untuk mengadopsi praktik terbaik dalam pengendalian manajemen (World Bank, 2020).
Regulasi pemerintah juga dapat memengaruhi cara perusahaan mengimplementasikan sistem pengendalian manajemen. Di negara-negara dengan regulasi yang ketat, perusahaan mungkin merasa terpaksa untuk mematuhi standar tertentu, yang dapat membatasi fleksibilitas mereka dalam mengadaptasi sistem pengendalian sesuai kebutuhan lokal. Sebaliknya, negara dengan regulasi yang lebih longgar mungkin memberikan lebih banyak ruang bagi perusahaan untuk berinovasi dan bereksperimen dengan praktik pengendalian yang berbeda.
B. Keunggulan dan Kelemahan Masing-Masing Praktik
Setiap praktik sistem pengendalian manajemen memiliki keunggulan dan kelemahan yang berbeda. Misalnya, pendekatan berbasis hasil di AS mungkin memberikan keuntungan dalam hal akuntabilitas dan pengukuran kinerja, tetapi juga dapat menyebabkan tekanan yang berlebihan pada karyawan dan mengabaikan aspek-aspek jangka panjang dari pertumbuhan organisasi. Di sisi lain, pendekatan kolaboratif di Jerman dapat meningkatkan keterlibatan karyawan dan inovasi, tetapi mungkin juga menghadapi tantangan dalam hal pengambilan keputusan yang efisien (Brewster et al., 2003).
Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats) dapat digunakan untuk mengevaluasi keunggulan dan kelemahan masing-masing praktik. Misalnya, dalam konteks Amerika Serikat, kekuatan sistem pengendalian berbasis hasil adalah kemampuannya untuk memberikan umpan balik yang cepat dan akurat, tetapi kelemahannya adalah risiko burnout dan pengabaian inovasi. Di Jerman, kekuatan pendekatan kolaboratif adalah partisipasi karyawan yang tinggi, sedangkan kelemahannya adalah potensi pengambilan keputusan yang lambat.
 V. Studi Kasus