Mohon tunggu...
siti chosiah
siti chosiah Mohon Tunggu... Guru - guru SMPN 1 Jabon

saya seorang guru yang mendidik si Sekolah Menengah Pertama, dan ini pertama kalinya saya bergabung ke kompasiana karena sangat mudah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Pemanfaatan Alat Digital dalam Pengembangan Kurikulum Abad 21

28 Oktober 2023   21:41 Diperbarui: 28 Oktober 2023   21:56 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kompetensi digital pendidik erat kaitannya dengan keterampilan pendidik dalam menggunakan teknologi informasi dan komunikasi berdasarkan prinsip pedagogi dengan kesadaran makna metode pendidikan. Tetyana Blyznyuk membagi kompetensi digital pendidik ke dalam beberapa bentuk yaitu: informasi, komunikasi, pembuatan konten pendidikan, keamanan, pemecahan masalah pendidikan (Blyznyuk, 2018). Information, pendidik mamiliki kemampuan literasi data (kemampuan mencari, memilih, memilah, mengevaluasi, mengelola informasi yang cocok untuk pembelajaran). Communication, yaitu keterampilan untuk berinteraksi, terlibat, berbagi, dan kerja sa-ma melalui teknologi digital. Educational content creation, yaitu kemampuan pendidik untuk dapat menciptakan konten pembelajaran digital (program aplikasi pembelajaran, presentasi interaktif, animasi pembelajaran, dan sebagainya). Security, pendidik mem-iliki kemampuan untuk menjamin perlindungan terhadap dampak produk teknologi bagi anak didik dalam proses pembelajaran. Educational problem solving, memecahkan masalah dan mengatasi persoalan teknis, dapat mengidentifikasi respond dan kebutuhan teknologi yang diperlukan dalam pembelajaran, mampu mengidentifikasi kelemahan-kelamahan tekonologi digital dalam pembelajaran, dan kreativitas dalam memanfaatkan produk teknologi dalam pembelajaran secara positif.

E. Metode Pembelajaran Abad 21

1. Strategi Pembelajaran

Istilah strategi mula-mula digunakan di kalangan militer dan diartikan sebagai seni perencanaan (operasi) perang, terutama strategi yang berkaitan erat dengan pergerakan pasukan dan navigasi ke posisi perang. Yang paling menguntungkan untuk mencapai kemenangan (Hornby, A.S. 1973: 997). Secara umum, strategi dimaksudkan untuk menguraikan arah tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam kaitannya dengan belajar mengajar, strategi dapat dipahami sebagai model umum kegiatan guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Strategi yang digunakan untuk mendukung pendidikan abad 21 adalah:

Pembelajaran berbasis proyek Pembelajaran berbasis proyek yang memunculkan kreativitas dalam berpikir, pemecahan masalah dan interaksi, serta mendukung penelitian yang mengarah pada pemecahan permasalahan dunia nyata (Thomas, 1999). Singkatnya, pembelajaran berbasis proyek adalah pengajaran yang mencoba menghubungkan teknologi dengan masalah sehari-hari yang akrab bagi siswa atau proyek sekolah berbasis proyek. Pembelajaran berbasis proyek merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada teori pembelajaran konstruktivis. Strategi pembelajaran yang menonjol dalam pembelajaran konstruktivis antara lain strategi pembelajaran kooperatif yang mengutamakan aktivitas siswa dibandingkan aktivitas guru. Strategi pengajaran untuk mendemonstrasikan pembelajaran berbasis proyek dapat dilaksanakan melalui kegiatan laboratorium, eksperimen lapangan, studi kasus, pemecahan masalah, diskusi, dan motivasi, otak dan simulasi. Annie Malville dalam artikelnya mengatakan bahwa pembelajaran berbasis proyek, jika dilakukan dengan benar, maka menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi siswa. "Bila dilakukan dengan baik, pembelajaran berbasis proyek, atau PBL, dapat membuat pembelajaran menjadi menarik dengan meningkatkan pemahaman yang lebih dalam, mendorong pembacaan lebih lanjut, dan memberikan nilai yang lebih besar pada retensi informasi dengan menjadikan pengalaman nyata bagi siswa saat mereka memutuskan arah, melakukan penelitian, dan memecahkan masalah. Masalah tersebut terselesaikan di sepanjang jalan. PBL menginspirasi siswa untuk terhubung dengan dunianya, memicu rasa ingin tahu; mereka mengingat yang mereka pelajari karena jalannya masuk akal bagi mereka" (Malville). 2. Pembelajaran berbasis masalah Pembelajaran berbasis masalah mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis, serta menemukan dan menggunakan sumber belajar yang tepat. Sebagai langkah pendidikan, pada awal perkuliahan, siswa dihadapkan pada permasalahan dalam konteks kehidupan nyata yang mempunyai kaitan langsung dengan kehidupannya. Kemudian, siswa diajak untuk menganalisis permasalahan yang diajukan bersama-sama. Proses pembelajaran ini mendorong siswa untuk memecahkan masalah dengan kemampuan terbaiknya sambil mencari informasi baru yang relevan. 3. Pembelajaran Kooperatif Menurut Slavin yang ditulis oleh Isjoni, "Dalam pembelajaran kooperatif, siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang awalnya disampaikan oleh guru." Hal ini menegaskan makna bahwa pembelajaran kooperatif atau pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran yang sistemnya belajar dan bekerja dalam kelompok kecil beranggotakan 4 sampai 6 orang secara kooperatif yang dapat merangsang semangat siswa agar lebih cinta dalam belajar (Isjoni, 2011).

Model pembelajaran seperti ini tentunya akan menunjang keterampilan kerja dan kolaborasi siswa. Selanjutnya model pembelajaran kolaboratif edukatif dapat dilaksanakan dengan menggunakan metode pembelajaran yang umum, misalnya: (1) kuis; (2) NHT (Angka pertama bersama-sama); (3) STAD (Departemen Kesuksesan Tim Mahasiswa); (4) TAI (individualisasi berbantuan kelompok atau pengajaran kelompok dipercepat); (5) Berpikir-Berpasangan-Berbagi; (6) Gambar dan gambar; (7) menimbulkan masalah; (8) Pemecahan masalah; (9) Turnamen permainan beregu (TGT); (10) Membaca dan Menulis Kolaboratif (CIRC); (11) Siklus pembelajaran; (12) Skenario kerjasama (CS).

F. Analisis Koherensi

  • Berdasarkan pengertian koherensi, makna adalah susunan suatu uraian atau sudut pandang sedemikian rupa sehingga bagian-bagiannya saling berkaitan. Kemudian, melalui analisis ini, Anda akan dapat melihat keselarasan yang mendalam antara bentuk dan isi serta hubungan logis antara kerangka yang digariskan. Dalam hal ini, setelah mempertimbangkan gambaran keterampilan abad 21, khususnya terkait pendidik abad 21, keterampilan digital pendidik abad 21, dan desain pembelajaran abad 21, maka dapat dilakukan analisis yang koheren antara bagian-bagian tersebut. Profil pendidik abad 21 yang pertama adalah pengetahuan, khususnya kemampuan intelektual yang dimiliki seorang pendidik meliputi penguasaan mata pelajaran, pengetahuan cara mengajar, pengetahuan tentang pembelajaran dan perilaku pribadi, pengetahuan tentang bimbingan dan konseling, pengetahuan tentang masyarakat dan pengetahuan. Budaya Umum. . Bagaimana seharusnya pendidik mengutamakan penguasaan ilmu yang diajarkan sebagai bagian penting dalam proses transfer ilmu. Pengetahuan di bidang tersebut saat ini harus dilengkapi dengan penguasaan teknologi digital, yang terpenting adalah informasi. Informasi tersebut kemudian menjadi bahan utama yang disajikan kepada anak untuk mengembangkan cara berpikirnya, berperilaku, dan belajar. Hal yang utama adalah mengantisipasi keterlambatan akses informasi oleh para pendidik, yang pada akhirnya akan berdampak signifikan terhadap perkembangan siswa di kelas. Selain itu, profil kriteria kinerja erat kaitannya dengan kapasitas mengajar (keterampilan dan perilaku) pendidik, secara spesifik kapasitas pendidik meliputi keterampilan mengajar, membimbing, mengevaluasi, menggunakan materi pedagogi, bersosialisasi, berkomunikasi dengan peserta didik dan mempersiapkan pelajaran. keterampilan untuk mengajar. atau merencanakan pelajaran. Kompetensi para pendidik tersebut selaras dengan dua faktor penting terkait kompetensi digital, yaitu model komunikasi dan konten pembelajaran. Pola komunikasi antara guru dan siswa kini dimudahkan dengan tersedianya teknologi digital. memungkinkan interaksi pembelajaran terjadi di ruang digital. Oleh karena itu, ketidakmampuan beradaptasi akan berakibat pada ketidakmampuan penyampaian materi pendidikan dan proses belajar siswa menjadi tidak maksimal. Saat itu, selain komunikasi, pembuatan konten pembelajaran digital (program aplikasi pembelajaran, presentasi interaktif, animasi pembelajaran...) juga menjadi bagian yang penting dan harmonis. Kemampuan tersebut akan memberikan dampak yang sangat besar dan maksimal terhadap proses belajar siswa, karena mereka sudah praktis hidup dengan teknologi sejak kecil dan mempunyai kebutuhan/ketertarikan dasar yang tinggi terhadap bidang digital. Berikutnya, kriteria produk berkaitan dengan bagaimana pendidik mengukur prestasi siswa dalam pembelajaran abad 21. Proses ini selaras dengan seberapa kompeten siswa secara teknologi dan seberapa efektif mereka menggunakan teknologi. Ini juga dapat membantu siswa memecahkan masalah numerik dan/atau menghasilkan solusi numerik. Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mengadaptasi profil dan keterampilan digital selama proses pembelajaran. Desain pembelajaran abad 21 saat ini adalah berbasis produk dan pemecahan masalah. Oleh karena itu, kolaborasi aktif antar mahasiswa sangat diperlukan terutama untuk menciptakan dan berinovasi produk kreatif bernilai tinggi yang dapat menyelesaikan permasalahan secara sistematis dan mudah. Jadi, melalui profil pendidik abad ke-21 dan hubungannya dengan kompetensi digital, kemudian berupaya melatih kreativitas produk dan pemecahan masalah, sangat mudah memberikan metode pembelajaran terbaik dengan menghadirkan keterampilan praktis siswa abad ke-21. adalah bagan yang menganalisis keterlibatan pendidik abad ke-21 dengan kompetensi digital dan desain pembelajaran.
  • Tabel: Analisis Kohesif
  • Pendidikan abada 21
  • Kompetensi Digital
  • Desain pembelajaran
  • Knowledge
  • Information (literasi data)

  • Permormance criteria
  • (perilaku dan keterampilan)
  • Communication ( interaksi melalui teknologi digital)
  • Learning content
  • Product based learning
  • Problem based learning
  • Cooperative learning
  • Product criteria (pengukuran hasil belajar)
  • Safety Problem Solving

  • G. Kesimpulan
  • Pembelajaran abad 21 bertujuan untuk mengembangkan kemampuan siswa sejalan dengan perkembangan digital saat ini. Pemanfaatan perangkat digital tidak hanya sekedar mainan tetapi juga dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran di sekolah antara siswa dan guru. Peserta didik yang menggunakan alat digital dapat menggunakan metode dan strategi yang mendukung proses pembelajaran.

  • H. Referensi

Zubaidah, S. (2019). Pendidikan karakter terintegrasi keterampilan abad Ke-21. ... Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan .... https://journal-center.litpam.com/index.php/e-Saintika/article/view/125


(Zubaidah, 2019)Zubaidah, S. (2019). Pendidikan karakter terintegrasi keterampilan abad Ke-21. ... Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan .... https://journal-center.litpam.com/index.php/e-Saintika/article/view/125

Isjoni. 2011. Cooperative Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok. Bandung: Alfabeta. Katie Martin, "I". diakses dari I Jumat, 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun