Keluarga single father di pedesaan cenderung mengatur dan memanajemen stress dengan cara deep talk dan meluangkan waktu secara eksklusif untuk menceritakan permasalahannya dengan anggota keluarganya. Hal ini sesuai dengan prinsip problem focused coping. Selain itu, anak pada keluarga single father cenderung lebih terbuka dan hal ini dapat dipengaruhi oleh sifat keterbukaan yang telah ditanamkan dalam pribadi sampel selama di keluarganya.  Anak dan ayah pada keluarga single father juga cenderung lebih proaktif dan lebih rajin dan mandiri.Â
Kemandirian yang telah melekat pada anggota keluarga, mengakibatkan pola proses manajemen stress pada orang tersebut lebih sederhana.Â
Latihan dan pengetahuan mengenai manajemen emosi menjadi sangat penting bagi keluarga single father di pedesaan guna menciptakan suasana keluarga yang harmonis, terutama karena tidak adanya peran ibu sebagai penengah. Fakta bahwa anggota keluarga single father terdiri atas ayah dan anak menuntut kerja sama yang baik untuk membentuk keluarga yang sehat dan meminimalisir stres. Stres dapat mempengaruhi ansietas dengan berbagai tingkat yang bervariasi, mulai dari rendah hingga tinggi.Â
Alini dan Meisyalla (2021) melakukan penelitian dan menyebutkan bahwa manajemen stres dan ansietas di pedesaan harus dilakukan dengan cara yang mudah namun berdampak besar. Manajemen stres di wilayah pedesaan, khususnya bagi keluarga single father, dapat dilakukan dengan melakukan latihan pernapasan, latihan relaksasi otot progresif, pemahaman mengenai pengelolaan emosi, dan membangun spiritualitas yang positif. Cara-cara sederhana ini diharapkan dapat dilakukan oleh masyarakat ketika mereka sedang mengalami stres dan ansietas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H