Apa itu Manajemen Sumberdaya Keluarga?
Manajemen sumber daya keluarga merupakan suatu proses penting dalam keluarga untuk merencanakan dan melaksanakan pemanfaatan sumber daya yang tersedia guna mencapai tujuan yang diinginkan. Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), sumber daya keluarga tidak hanya terdapat di dalam keluarga itu sendiri, tetapi juga di lingkungan sekitar keluarga. Kondisi sumber daya dalam keluarga dapat mendorong atau menghambat pencapaian tujuan keluarga, dan perubahan pada salah satu sumber daya dapat berdampak pada sumber daya lainnya dalam sistem keluarga.
Manajemen sumber daya keluarga dapat diterapkan dalam berbagai aspek, seperti manajemen keuangan, manajemen waktu dan pekerjaan, serta strategi koping. Gross et al. (1980) menyebutkan bahwa manajemen sumber daya keluarga sangat penting dalam mencapai tujuan keluarga. Keberhasilan manajemen sumber daya keluarga tergantung pada peran anggota keluarga dalam mengelola sumber daya dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Bagaimana jika Manajemen Sumberdaya Keluarga tidak dikelola dengan baik?
Jika manajemen sumber daya keluarga tidak dilakukan dengan baik, maka dapat menyebabkan stres. Stres adalah kondisi gangguan fisik dan mental yang muncul akibat desakan perubahan dalam kehidupan manusia. Kondisi ini muncul ketika tubuh tidak mampu menyesuaikan diri dengan desakan dan perubahan yang berada di luar kendali. Respon terhadap stres berbeda-beda pada setiap individu, sehingga penanganan stres juga berbeda-beda.
Lingkungan keluarga adalah salah satu lingkup kehidupan manusia yang tidak bisa terhindar dari kondisi stres. Orang tua yang bekerja, pertikaian antar pasangan, kenakalan anak, hubungan komunikasi yang buruk antara anak dan orang tua, serta kondisi lingkungan tempat tinggal yang tidak memadai, dapat menjadi pemicu stres. Kondisi stres yang terjadi pada anggota keluarga harus diantisipasi agar tidak menimbulkan masalah yang lebih besar dan tetap mempertahankan keharmonisan keluarga.
Dalam konteks ini, hasil wawancara dengan narasumber yang merupakan seorang ayah tunggal yang tinggal di pedesaan menunjukkan bahwa peran ayah sebagai orang tua tunggal memiliki tantangan tersendiri dalam keluarga. Sebagai pengganti sosok ibu yang sudah tiada, single father harus mampu mengelola sumber daya keluarga dengan baik dan melakukan manajemen stress secara efektif guna menjaga kesejahteraan keluarga. Ayah tunggal memiliki pola asuh yang berbeda. Anak yang diasuh oleh ayah tunggal memiliki karakteristik sebagai pemecah masalah, teman bermain, penuntun dan persiapan ke kehidupan nyata.Â
Dalam keluarga pedesaan, pengambilan keputusan biasanya dilakukan oleh ayah dengan bantuan ibu. Namun, pada keluarga single father, situasinya berbeda karena tidak ada sosok ibu yang dapat membantu dalam mengambil keputusan. Saat ini, baik ayah maupun ibu dapat mengambil peran sebagai pengambil keputusan dalam keluarga karena isu kesetaraan gender semakin ditekankan, bahkan di pedesaan. Perempuan juga dapat membantu laki-laki dalam hal finansial dalam keluarga, meskipun masih menjadi pengelola keuangan utama karena dianggap lebih pandai mengatur.
Menurut beberapa narasumber, tidak adanya ibu dalam keluarga dapat sedikit menghambat pengelolaan keuangan karena ayah harus memikul beban ganda sebagai pencari dan pengelola keuangan. Namun, ada juga yang mengatakan bahwa ayah dapat mengambil keputusan dengan lebih sederhana dan fokus pada anak. Ayah juga tetap memiliki peran pendukung dalam pengambilan keputusan penting bagi anak, seperti dalam kasus narasumber yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi dan didukung penuh oleh ayahnya.
Namun, masih ada peran yang tertinggal karena tidak adanya ibu dalam keluarga, terutama di pedesaan. Selain masalah finansial, fungsi dan tugas yang diemban antara ayah dan ibu berbeda. Ayah bertindak sebagai pelindung, sedangkan ibu bertindak sebagai pengasuh. Pola ini berpengaruh pada pengambilan keputusan dalam keluarga. Pada keluarga dengan single father, peran pengasuhan ini berkurang sehingga pola pengambilan keputusan menjadi sedikit berbeda. Anak dalam keluarga tersebut dididik untuk lebih mandiri, disiplin, dan percaya pada diri sendiri untuk mengatasi masalah.
Bagaimana cara mengelola stress dalam lingkup keluarga?
 Keluarga single father di pedesaan cenderung mengatur dan memanajemen stress dengan cara deep talk dan meluangkan waktu secara eksklusif untuk menceritakan permasalahannya dengan anggota keluarganya. Hal ini sesuai dengan prinsip problem focused coping. Selain itu, anak pada keluarga single father cenderung lebih terbuka dan hal ini dapat dipengaruhi oleh sifat keterbukaan yang telah ditanamkan dalam pribadi sampel selama di keluarganya.  Anak dan ayah pada keluarga single father juga cenderung lebih proaktif dan lebih rajin dan mandiri.Â
Kemandirian yang telah melekat pada anggota keluarga, mengakibatkan pola proses manajemen stress pada orang tersebut lebih sederhana.Â
Latihan dan pengetahuan mengenai manajemen emosi menjadi sangat penting bagi keluarga single father di pedesaan guna menciptakan suasana keluarga yang harmonis, terutama karena tidak adanya peran ibu sebagai penengah. Fakta bahwa anggota keluarga single father terdiri atas ayah dan anak menuntut kerja sama yang baik untuk membentuk keluarga yang sehat dan meminimalisir stres. Stres dapat mempengaruhi ansietas dengan berbagai tingkat yang bervariasi, mulai dari rendah hingga tinggi.Â
Alini dan Meisyalla (2021) melakukan penelitian dan menyebutkan bahwa manajemen stres dan ansietas di pedesaan harus dilakukan dengan cara yang mudah namun berdampak besar. Manajemen stres di wilayah pedesaan, khususnya bagi keluarga single father, dapat dilakukan dengan melakukan latihan pernapasan, latihan relaksasi otot progresif, pemahaman mengenai pengelolaan emosi, dan membangun spiritualitas yang positif. Cara-cara sederhana ini diharapkan dapat dilakukan oleh masyarakat ketika mereka sedang mengalami stres dan ansietas.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI