Inkuiri berasal dari kata inquire yang berarti menanyakan, meminta keterangan atau penyelidikan. Siswa diprogramkan agar selalu aktif secara mental maupun fisik. Pengajaran berbasis inkuiri adalah model pengajaran lain yang telah dikembangkan untuk tujuan mengajarkan siswa cara berpikir. Menurut Sanjaya Surakhmad, pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri  jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Tujuan utama pembelajaran inkuiri adalah menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dan mendapatkan jawaban atas dasar rasa ingin tahu mereka.
Pengajaran inkuiri dipopulerkan dengan sitilah "inquiry-based lesson" dengan enam fase pengajarannya, yaitu; a) mempersiapkan pembelajaran dan menjelaskan proses inkuiri, b) mempresentasikan situasi permasalahan. c) mendorong pebelajar memformulasikan hipotesis, d) mengumpulkan data untuk menguji hipotesis, e) merumuskan penjelasan dan atau kesimpulan, dan f) refleksi proses pembelajaran.
Sebelum melakukan penagajaran berbasis inkuiri, langkah yang dilakukan pertama kali yakni melakukan perencanaan. Di dalam tahap perencanaan, hal yang perlu dipikirkan yakni menentukan tujuan pengajaran berbasis inkuiri, langkah kedua yakni menentukan dan mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan inkuiri, baik dari segi proses atau langkah-langkah yang akan dilakukan dalam proses pengajaran inkuiri ini. Berikut akan saya jabarkan masing-masing tahap perencanaan.
Tujuan pelaksanaan inkuiri
Jadi, tujuan pelaksanaan inkuiri ini yakni guru menginginkan siswa mendapatkan pengetahuan baru yang terkait dengan inkuiri di dalam pengajaran tersebut. Baik dari proses-proses inkuiri khususnya inkuiri ilmiah, serta mengembangkan disposisi positif terhadap inkuiri dan proses yang digunakan untuk menyelidiki dunia sosial dan fisik.
Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan inkuiri
Guru dapat mendorong siswa untuk mengaitkan masalah dengan inkuiri. Misalnya, dalam melakukan suatu percobaan ilmiah. "Mengapa balon yang belum ditiup dipasang pada tutup botol yang dicelupkan kedalam panci berisi air panas dapat mengembang?". Nah, guru dapat mendorong siswa untuk bertanya mengenai fenomena tersebut, mengenai hipotesis, bahkan menguji hipotesis tersebut. Guru juga dapat mengaitkan dengan peristiwa yang tidak sesuai dengan masalah.
Bagaimana pelaksanaan pengajaran berbasis inkuiri?
Ada beberapa tahap dalam menerapkan pengajaran berbasis inkuiri:
1. Memperoleh atensi dan menjelaskan proses inkuiri (Gain attention and explain the inquiry process)
Memperoleh atensi ini sangat bermanfaat dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan belajar mengajar. Guru perlu menjelaskan kepada muridnya tentang metode pembelajaran yang akan digunakan. Mereka perlu mengetahui apa saja yang akan dipelajari, metode apa yang akan digunakan, proses-proses apa yang akan mereka lewati.
2. Menyajikan masalah inkuiri atau peristiwa yang tidak sesuai (Present the inquiry problem or discrepant event)
Guru dapat menyajikan beberapa situasi masalah atau peristiwa yang tidak sesuai, baik melalui video-video atu media lain yang menyangkut materi pembelajaran. Hal ini dilakukan agar membangkitkan pemikiran siswa.
3. Membantu siswa memformulasikan hipotesis untuk menjelaskan situasi bermasalah (Help student formulate hypotheses to explain the problem or event)
Pada tahap ini, siswa dipancing atau didorong untuk aktif bertanya dan membentuk suatu hipotesis-hipotesis yang ada dalam penelitian suatu permasalahan yang kemudian dapat didiskusikan mengapa hal itu bisa terjadi.
4. Mendorong siswa dalam mengumpulkan data untuk menguji hipotesis (Encourage students to collect data to test the hypothesis)
Pada tahap ini, siswa melakukan eksperimen serta mengumpulkan segala data yang telah diperoleh. Kemudian, di dalam eksperimen itu tidak hanya melakukan satu percobaan, namun, siswa dapat melakukan percobaan lain. Contoh di dalam suatu eksperimen pengujian katrol, siswa dapat memvariasikan panjang tali, atau berat beban, mengubah bentuk katrol, dan sebagainya.
5. Memformulasikan penjelasan (Formulate explanations and/or conclusions)
Tahap inilah inkuiri berjalan. Siswa harus memberikan penjelasan dan kesimpulan berdasarkan hasil eksperimen yang telah didapat. Namun, pada tahap ini siswa harus mampu mengolah jawabannya, misalnya, apabila dibandingkan dengan percobaan lain apakah berhasil, atau dipengaruhi dengan pemikiran lain. Siswa harus mampu menguatkan atau yakin terhadap jawaban yang telah diperoleh.
6. Merefleksikan situasi bermasalah dan proses-proses pemikiran (Reflect on the problem situation and the thinking processes used to inquire into it)
Tahap ini merupakan tahap terpenting dalam pengajaran inkuiri. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu merealisasikan apa yang telah mereka analisis dan pikirkan. Guru dapat menanyakan kepada siswa tentang hipotesis yang telah ada apakah sudah akurat dengan hasil eksperimen yang telah dilakukan, atau apakah ada perubahan terhadap hasil eksperimen yang didapat?
Permasalahannya bagaimana cara mengembangkan siswa agar pemikirannya lebih terlihat?
Alasan sebab sulitnya mengajarakan siswa berpikir yakni factor dari perilaku kognitif yang terkait dengan pemikiran itu tidak terlihat. Jadi, keberhasilan dalam mengajarkan siswa cara berpikir yakni melalui strategi untuk melakukan pemikiran terlihat. Misalnya, untuk membuat pemikiran terlihat melalui lingkungan fisik kelas atau pengenalan kelas.
Memamerkan dan menamai produk pemikiran siswa, seperti esai, video, dan/atau portofolio, selama kelas berlangsung menarik perhatian ke pemikiran siswa, sebagaimana gambar-gambar tadi menunjukkan orang-orang yang terlibat dalam kegiatan berpikir. Tidak hanya itu saja, bahasa guru juga mempengaruhi cara siswa berpikir terlihat.
Guru dapat menjelaskan penyebab fenomena itu terjadi dengan hipotesis yang ada dan beberapa bukti yang mendukung yang menjawab sebab fenomena itu terjadi dengan menggunakan bahasa yang jelas dan mudah dipahami. Jika bahasa yang digunakan asing maka siswa tidak dapat memahami dengan baik. Guru juga dapat menggunakan istilah khusus, seperti menganalisis, membandingkan, menggolongkan, mencari kaitannya, dan istilah khusus lain yang dapat membantu mengembangkan keterampilan berpikir terlihat.
Lalu, bagaimana menilai keterampilan berpikir siswa?
Guru meminta siswa untuk melakukan lebih dari sekedar mendefinisikan konsep dengan kata-kata. Demikian pula, menyuruh siswa mendefinisikan proses kognitif bukan berarti mereka memahami proses dan bahwa mereka dapat menggunakannya secara efektif. Meminta siswa menggunakan konsep atau keterampilan berpikir dalam sebuah situasi baru memberikan guru informasi berharga dalam hal pemahaman siswa.
Guru dapat menggunakan beberapa soal-soal pilihan untuk menguji pengetahuan, perkembangan konsep, serta proses inkuiri dan berpikir siswa. Yang terpenting yakni guru harus mempertimbangkan terlebih dahulu beberapa prinsip ketika membuat soal untuk mengukur perkembangan konseptual siswa dan/ atau keterampilan berpikir. Soal-soal tersebut harus menyangkut contoh-contoh yang mengukur kemampuan siswa dengan menggunakan format benar-salah, pilihan ganda, menjodohkan, jawaban singkat, dan cara lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H