Mohon tunggu...
siti Aniroh
siti Aniroh Mohon Tunggu... -

Seorang pengidap kanker payudara yang kini aktif mendampingi pasien pasien kanker di yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Cancer Club CISC Yogyakarta

14 Mei 2010   09:41 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:13 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hobby saya menulis masih saya tuangkan dalam selembar kertas yang kemudian saya fotocopy dan saya bagikan pada siapa saja yang saya temui.Jika tinta printer saya habis, tulisan tangan saya cukup narsis untuk tetap saya publish. Sederhana. Tamanya tentang bahaya rokok, bahaya pemakaian ponsel, bahaya minuman bersoda, deteksi dini, bahaya sex bebas, pentingnya makanan organik, dsb.dsb.

Inbox email saya pun selalu berderet pertanyaan, bahkan banyak sekali pertanyaan yang membuat saya sungguh berarti buat sebagian kecil orang.

Beberapa kali saya memberikan training kesehatan di beberapa tempat. Dengan senyum keikhlasan mereka mengoleh-olehi saya buah-buahan segar.

Memang, yang saya lakoni adalah hal-hal yang sangat kecil dan tak terlihat mata.Remeh-temeh dan sepele. Tapi sungguh saya belajar sangat banyak dari yang sepele itu. Saya belajar banyak sekali jenis kanker hingga filsafat. So?

Mungkin yang saya tuliskan ini mampu menjawab pertanyaan seorang CISC-er.

Pertanyaan selanjutnya adalah : Mengapa tidak menggandeng rumah sakit ?

Jika saya menjawab secara pribadi. ”Untuk apa?” ha ha ha. Bukan saya meremehkan peran rumah sakit, bukan juga saya membenci rumah sakit berikut atributnya, bukan juga saya menganut aliran pengobatan alternatif. BUKAN.

CISC adalah kependekan dari Cancer Information & Support Center. Pusat informasi. Termasuk saya bingung menjawab pertanyaan beberapa teman tentang ”Mengapa obat leukimia sulit didapat? Mengapa obat ablasi untuk kaker tyroid nggak kunjung datang?” Dan itu semua tidak terjawab hingga saat ini. Sementara teman-teman terlanjur basah melakukan treatment medis harus berhenti di tengah jalan. Lalu industri kesehatan mengatakan bahwa pengobatan dapat ditolerir hingga jangka waktu sekian, sekian dan sekian. Omong kosong macam apa?

Sungguh dilematis ketika saya harus berteriak  ”Ayo pasien kita berobat di jalur yang benar! Jangan menunda-nunda pengobatan!” Sementara kenyataan yang saya jumpai sungguh mengenaskan. Dan saya tidak memiliki jawaban yang pas ketika seorang penyintas kanker mengatakan begini :”Tau obatnya gak jelas ketersediaannya,mendingan nggak berobat mba, nyesel saya!”

Saya menitikkan air mata saat mereka begitu panik menanyakan pertanyaan yang tak mampu saya jawab. Sungguh.

Saya tidak mau menutup mata dan telinga bahwa kenyataan yang selama ini tidak pernah terungkap bahwa urutan kematian dari yang tertinggi adalah :

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun