Mohon tunggu...
Siti Andriana
Siti Andriana Mohon Tunggu... Guru - Guru / Enterpreneur / Penulis

Dunia Sementara, Akhirat Selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lubuk Rindu

15 Mei 2024   11:08 Diperbarui: 15 Mei 2024   12:02 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bersabarlah ayah, ibu. Kita akan bertemu saat liburan nanti. Terima kasih atas seluruh semangat dan pembimbing setiaku kemanapun melangkah. Terima kasih telah mengajarkan Bintang mengenal siapa Allah swt. Karena hidup dan mati kita semata-mata hanya menjalankan ibadah kepadanyA.

Semoga ayah dan ibu selalu sehat, panjang umur dan selalu mencintai Bintang.

Salam rindu dan kecupan sayang dari ananda 'Ukhibbu fillah Umi Abi'.

Bintang Rahmadayanti,

Di Surabaya

Beberapa surat juga pernah kuterima dari ayah dan ibu melalui pak pos. Semakin kita ulas kenangan bersama ayah dan ibu, maka semakin melekat pula rasa rindu yang sudah menggunung dalam hatiku. Kalau saja jarak tak sejauh ini, aku sudah tergiur ingin segera pulang. Untuk kesekian kalinya, aku beristigfar dan mengucap "sabar" dan mengelus hatiku.

Jika rindu tak pernah Allah ciptakan, barangkali sampai hari ini kita tak pernah memiliki rasa rindu dan kasih sayang dengan orang-orang terdekat kita. Sungguh karunia Allah maha besar untuk hamba-hambanyA yang senantiasa bertakwa, bersyukur dan saling memaafkan sesama insan di dunia.

Tepat pada liburan semester genap tiba, aku pulang ke kampung halaman di Selasih, Kalimantan Barat. Kepulanganku tidak sekedar untuk berlibur saja, aku ingin melepas rindu yang kubendung selama setahun. Jauhnya perjalanan membuatku harus lebih memahami bahwa ayah dan ibu sulit mengunjungiku. Aku menikmati liburan dengan bahagia, aku membantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah, ikut ayah pergi ke sawah meskipun ayah terus berusaha melarangku. Aku juga ikut membantu paman Yadi dan bibi Patinah memanen semangka di kebun, berkunjung ke rumah sahabat-sahabatku di Selasih meski untuk sekedar melepas rindu dan sharing. Tapi, aku sangat menikmati liburan ini.

Setelah dua minggu berada di rumah, tiba saatnya aku harus mengayun langkahku ke Surabaya. Meski berat, kukalahkan jua rasa berat hati ini. Tepat pada hari minggu, aku berangkat ke Surabaya dengan transportasi pesawat. Pemerintah sudah memberikan akomodasi untuk liburan semester genap. Akupun memanfaatkan beasiswaku sebaik mungkin agar aku juga bisa belajar menjadi anak yang tidak boros.

Tiga tahun tidak terasa waktu terus melaju dengan cepat, aku tumbuh menjadi gadis yang memiliki postur badan besar tinggi. Berat badanku 60 kg dan tinggiku 170 cm. Aku ikut perawakan keluarga ayah. Meski demikian, aku tidak pernah melepas hijabku. Alhamdulillah... aku masih ingat pesan ayah dan ibu untuk tidak melepas hijab dan tidak membuka auratku. Meskipun berjauhan, ayah rajin mengirimkan pesan dan nasehat islami kepadaku. Tentu saja, ini semakin membuat aku rindu pada ayah dan ibu di Selasih.

"ketika sholat kita menutup aurat, setelah sholat kembali membuka aurat. Lalu, apakah menurutmu Allah hanya ADA ketika sholat saja? Dan setelah sholat, Allah tidak melihatmu anakku?hingga dengan tenang engkau perlihatkan auratmu kepada yang bukan mahrom?" pesan singkat ayah selalu menjadi suplemen dasyat hari-hariku di Surabaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun