Mohon tunggu...
Siti Andriana
Siti Andriana Mohon Tunggu... Guru - Guru / Enterpreneur / Penulis

Dunia Sementara, Akhirat Selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lubuk Rindu

15 Mei 2024   11:08 Diperbarui: 15 Mei 2024   12:02 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu berjalan dengan cepat, aku mulai menjejakkan langkahku ke sekolah pesantren di Malang. Di sana ada pakde yang bisa mengontrolku di pondok. Segala kejanggalan dan transformasi sikapku yang mulai menginjak remaja dengan masa-masa pubertas ku lalui di sini. Aku menikmati dengan tanpa ragu untuk melangkah. Waktu liburan yang harus kutempuh untuk menemui ayah dan ibu adalah satu tahun sekali juga kujalani. Meski masih kukuh rinduku terus menggerogoti nyaliku. Aku tetap bertahan dengan styleku yang mulai berubah sedikit demi sedikit lebih feminim. Ustad dan ustazah juga sangat baik di sana memperlakukan kami sebagai murid-muridnya yang jauh merantau demi menutut ilmu.

Selama 3 tahun pesantren di sana, banyak hal yang kualami dan menjadi pelajaran tersendiri bagiku. Aku mulai terbiasa mandiri dan jauh dari ayah dan ibu. Aku paham dengan jarak yang jauh membuat diriku harus lebih bersabar dengan kerinduan ini. Rindu yang selalu kubendung, agar curah hujan tak membasahi wajahku. Suatu hari sebelum masuk ke sekolah Negeri melanjutkan jenjang Sekolah Menengah Atas, ibu memberiku nasehat.

"Anakku, jangan pernah patah semangat melanjutkan sekolahmu. Ibu percaya Bintang bisa menjaga diri dengan baik." Sambil mengelus kerudungku.

"iya bu, aku akan jaga diri dengan baik." Sahutku merintih.

Bak rindu menghujam pilu, sendu kepiluan memukau dari arah yang berlawanan memandangku. Ialah ujian bertubi-tubi menghadapiku. Aku pilu pada nyeri tulang sendiku. Ah, keluhanku sama dengan godaan yang menyesatkan cita-cita dan harapanku. Pikirku saat itu.

Tepat tahun 2009 aku masuk SMAN 2 Surabaya, lagi-lagi... aku kembali merantau di negeri orang. Aku mendapatkan beasiswa sebagai siswi berprestasi untuk melanjutkan jenjang pendidikanku. Benar saja, ini sangat membantu ekonomi keluargaku. Meski paman dan bibi ada di Surabaya. Tapi, paman jarang mengunjungiku. Beliau sibuk bekerja dan bibi juga demikian, mereka bekerja di salah satu perusahaan interior di Surabaya. Aku mengikuti sistem asrama yang ada di sekolah. Ya, kehidupan sebagaimana dalam jejaring lingkungan yang penuh peraturan. Aku harus siap menghadapinya.

Hari-hari kulalui dengan masa perkenalan dengan teman-teman di sekolah. Aku mengikuti pelajaran dengan baik tanpa ada masalah selama sekolah di Surabaya. Fasilitas yang memadai dan teman-teman yang ramah membuatku betah tinggal di sini. Aku hanya bisa menanyakan kabar ibu melalui telepon sekolah setiap 1 bulan sekali. Kedisiplinan yang paling diprioritaskan di sekolah ini. Tak jarang, bagi teman-teman yang melanggar peraturan harus terkena sanksi dari pihak asrama dan sekolah.

Aku hanya mampu mencurahkan isi hatiku melalui diary kecil yang biasa kuisi dengan tulisan dan tangisan serta kebahagiaanku. Ini adalah salah satu suratku yang pernah kukirimkan pada ayah dan ibu lewat pak pos.

"Assalamualaikum ayah, ibu. Bagaimana kabar ayah dan ibu? Semoga ayah dan ibu selalu sehat di sana. Ibu, ayah... bintang sangat rindu pada ayah dan ibu. Bintang betah tinggal di sini. Teman-teman sangat ramah dan sangat baik kepadaku. Ibu, sekolah ini begitu ketat dalam memberikan peraturan dan sanksi bagi yang melanggarnya.

Bintang mengucapkan ribuan terima kasih, karena sampai hari ini ayah dan ibu masih bersemangat menyekolahkanku, mendidikku, memberikan fasilitas belajar untukku. Bintang akan berusaha sebaik mungkin belajar dengan baik di sini. Bintang akan selalu ingat pesan ayah dan ibu. Bintang sangat merindukan ayah dan ibu.

Ibu, ingin rasanya bintang beritahu betapa kebahagiaan yang kita miliki dengan keluarga itu sangat mahal harganya untuk digantikan dengan yang lain. Tapi apalah daya bintang saat ini, Bintang ingin mejaga ayah dan ibu di rumah. Bintang ingin kita bisa segera berkumpul di rumah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun