Mohon tunggu...
Siti Andriana
Siti Andriana Mohon Tunggu... Guru - Guru / Enterpreneur / Penulis

Dunia Sementara, Akhirat Selamanya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Lubuk Rindu

15 Mei 2024   11:08 Diperbarui: 15 Mei 2024   12:02 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ku tuliskan kebekuan dalam setiap momentum perjalanan. Perjalanan yang kurasakan usang dan terkadang menyematkan harapan masa depan. Aku sendiripun belum bisa memahami sepenuhnya ujian demi ujian Allah hadirkan untukku. Aku bukan orang kaya, aku juga bukan anak saudagar kaya, penampilanku biasa saja, aku juga tidak terbiasa belanja mahal ala putri raja. Aku orang biasa.

Terlahir karena keberuntungan, tepatnya itu adalah nasibku. Saudari kembarku yang terlahir selang beberapa menit sebelum aku, harus pergi mendahuluiku ke pangkuan illahi. Ibu melahirkan kami dalam kondisi persalinan yang prematur. Aku juga harus dirawat intensif dalam inkubator di rumah sakit. Beruntung Allah masih memberiku jatah kehidupan untuk melihat dunia dan orang-orang di sekitarku. Ayah dan ibu sangat mencintaiku.

Ayahku seorang guru ngaji dan berkebun di sawah. Sedangkan, ibuku hanyalah seorang ibu rumah tangga biasa layaknya ibu-ibu yang lain pada umumnya. Kehidupan kami sangat harmonis. Alhamdulillah segala kebutuhan terbilang cukup dan tidak pernah kurang.  Sebut saja namaku Bintang Rahmadayanti dan almarhum kakakku Bulan Rahmadayanti.

Masa kecil kuhabiskan dengan masa tomboy, ya dengan potongan rambut ala polisi wanita. Poni sebelah kiri sebatas alis dan panjang rambut sebatas leher. Hobiku berbeda dengan teman-teman perempuan yang sebaya denganku. Jika mereka suka rambutnya dikepang, pakai rok mini, naik sepeda yang pakai keranjang. Itu jauh dari apa yang ku inginkan. Hobiku adalah balapan lari, balapan sepeda dan main bola kasti. Aku juga memiliki wajah sangar waktu kecil, karenanya aku sering punya banyak kawan laki-laki untuk adu energi alias bertengkar di sekolah.

SDN 020 Selasih, Kalimantan Barat adalah tempatku menimba ilmu waktu sekolah. Usiaku masih 5 tahun sudah didaftarkan oleh ibuku. Aku tentu mau, karena aku yang merengek pada ayah dan ibu untuk didaftarkan sekolah. Padahal, intensitas potensiku belum pandai menulis sedikitpun. Oh, nekat sekali gayaku saat itu ! Hal ini berawal ketika aku naik sepeda dan berhenti di rumah Meli siang itu untuk membeli es batu. Karena ibu meli berjualan kebutuhan sehari-hari. Percakapan Meli dan ibunya yang cerewet, membuatku mengerem sepedaku dengan cepat.

"Meliiiii....."Ibu Meli mencari Meli mondar-mandir ke samping rumahnya.

"Iya bu, kenapa?"jawab Meli ngos-ngosan karena lari-lari dari samping rumah habis main masak-masakan dengan Jinar tetangganya.

"Hari senin kamu udah bisa masuk sekolah, nanti sore ikut ibu kerumah bude Salamah. Biar dipotong rambutmu yang gimbal dan jarang disisir itu."seru ibu Meli sambil menggeram melihat pakaian Meli belepotan lumpur karena main masak-masakan di samping rumahnya.

Mendengar pemberitahuan itu, segera kuputar arah sepedaku. Tidak jadi membeli es batu untuk ayah yang akan dibawa ke sawah. Kupacu pedal sepeda dengan cepat agar sampai rumah. Sesampainya aku di rumah, aku merengek pada ayah dan ibu. Kalau aku harus sekolah hari senin. Benar saja ayah dan ibu melongo sambil tersenyum padaku. Bagaimana bisa mengajukan permintaan sekolah, tapi belum bisa menulis dan membaca. Akupun bersikukuh akan sekolah hari senin.

Ibuku yang sabar, ayahku yang selalu memotivasiku. Akhirnya mengizinkan langkahku memulai perjalanan panjang ini. Perjalanan yang kutapaki ujiannya sampai hari ini. Hari senin ibu meminta izin kepada kepala sekolah untuk dapat menerimaku di sekolah, meski umurku masih 5 tahun dan ini merupakan proses pertama aku belajar. Kepala sekolah mengizinkannya dan memperbolehkan aku masuk sekolah hari itu.

Benar saja, satu tahun kulewati dengan indah. Aku juara 3 di kelas ketika semester genap. Ibupun baru menyerahkan berkas pendaftaranku ketika aku dipastikan naik ke kelas 2. Wah.. senangnya. Selama 6 tahun perjalanan sekolah di masa kecilku yang kulalui dengan indah dan lulus dengan predikat kelulusan terbaik. Hal ini cukup membanggakan ayah dan ibu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun