Mohon tunggu...
Siti Amaliah
Siti Amaliah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Lambung Mangkurat

Social Addict

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Membangun Harmoni Bangsa melalui Pendidikan Multikultural yang Berwawasan Inklusif

21 Juni 2024   13:47 Diperbarui: 21 Juni 2024   13:48 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam konteks pendidikan multikultural inklusif, peran guru sangat penting dan multifaset. Guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan lingkungan belajar yang menghargai keberagaman dan mendorong partisipasi aktif dari semua siswa. Mereka harus mampu mengadaptasi metode pengajaran mereka untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar dan latar belakang budaya siswa. Guru juga bertindak sebagai model peran dalam mendemonstrasikan sikap inklusif dan menghargai perbedaan. Selain itu, mereka perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu keragaman dan keadilan sosial, serta keterampilan untuk menangani situasi yang sensitif terkait perbedaan budaya di kelas. Sementara itu, kurikulum dalam pendidikan multikultural inklusif harus dirancang untuk mencerminkan keragaman masyarakat dan pengalaman semua kelompok siswa. Ini melibatkan pengintegrasian perspektif beragam ke dalam materi pembelajaran, penggunaan sumber daya yang mewakili berbagai budaya, dan pengembangan konten yang relevan secara budaya. Kurikulum juga harus fleksibel untuk memungkinkan adaptasi sesuai kebutuhan individu siswa. Penting juga bahwa kurikulum mendorong pemikiran kritis tentang isu-isu keragaman dan keadilan, serta mengembangkan keterampilan untuk hidup dan bekerja dalam masyarakat yang beragam. Guru memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang multikultural dan inklusif. Mereka harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang budaya yang berbeda, serta mampu menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai untuk semua peserta didik. Guru juga harus menjadi teladan bagi peserta didik dalam menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap keragaman. Kurikulum juga harus dirancang untuk mencerminkan keragaman budaya dan pengalaman peserta didik. Kurikulum harus mencakup berbagai perspektif dan suara, serta memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar tentang budaya mereka sendiri dan budaya orang lain. Kurikulum yang inklusif juga harus fleksibel dan dapat diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan individu peserta didik (Mishra & Kumar, 2014).

III. KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

pendekatan ini memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang kohesif dan saling menghargai. Pendidikan multikultural yang inklusif bertujuan untuk mengembangkan pemahaman dan apresiasi terhadap keragaman budaya, sekaligus memastikan partisipasi dan akses yang setara bagi semua peserta didik. Melalui integrasi perspektif beragam dalam kurikulum, penggunaan metode pengajaran yang responsif secara budaya, dan penciptaan lingkungan belajar yang inklusif, pendekatan ini membantu siswa mengembangkan keterampilan untuk hidup harmonis dalam masyarakat yang beragam. Peran guru dan kurikulum sangat krusial dalam implementasi pendidikan multikultural yang inklusif. Guru bertindak sebagai fasilitator dan model peran, menciptakan ruang yang aman untuk dialog antar budaya dan mendorong pemikiran kritis tentang isu-isu keragaman. Sementara itu, kurikulum yang dirancang dengan perspektif multikultural dan inklusif membantu merefleksikan realitas masyarakat yang beragam dan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab dalam dunia yang semakin terhubung. Dengan demikian, pendidikan multikultural yang berwawasan inklusif tidak hanya berkontribusi pada pengembangan individu, tetapi juga pada pembangunan harmoni sosial dan persatuan bangsa secara keseluruhan.

Saran

Pertama, penting bagi pemerintah dan institusi pendidikan untuk mengembangkan kebijakan yang secara eksplisit mendukung dan mempromosikan pendidikan multikultural inklusif. Ini termasuk merevisi kurikulum nasional untuk lebih mencerminkan keragaman budaya dan perspektif, serta menyediakan pelatihan yang komprehensif bagi guru tentang praktik pengajaran inklusif dan pendidikan multikultural. Selain itu, alokasi sumber daya yang memadai untuk mendukung implementasi program-program ini sangat diperlukan, termasuk penyediaan materi pembelajaran yang beragam dan teknologi yang mendukung aksesibilitas. Kedua, perlu ada upaya kolaboratif antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan multikultural inklusif. Sekolah dapat mengorganisir program-program yang melibatkan orang tua dan anggota masyarakat dari berbagai latar belakang budaya untuk berbagi pengalaman dan perspektif mereka. Selain itu, evaluasi berkala terhadap efektivitas program pendidikan multikultural inklusif perlu dilakukan, dengan melibatkan umpan balik dari semua pemangku kepentingan. Penting juga untuk mendorong penelitian lebih lanjut tentang praktik terbaik dalam pendidikan multikultural inklusif yang sesuai dengan konteks lokal dan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, B., & Maga Sule, M. (2024). The Evolution of Ethical Standards in Health Research: An Islamic Overview. Multicultural Islamic Education Review, 2(1), 1--18. https://doi.org/10.23917/mier.v2i1.4279

Ambarudin, R. I. (2016). Pendidikan multikultural untuk membangun bangsa yang nasionalis religius. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 13(1). https://doi.org/10.21831/civics.v13i1.11075

[BPS] Badan Pusat Statistik. (2020). Berita Resmi Statistik Hasil Sensus Penduduk 2020. Bps.Go.Id, 27, 1--52.

Hefner, R. W. (2018). Routledge Handbook Of Contemporary Indonesia (1st ed.). Routledge; 1st edition (January 9, 2018).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun