I. PENDAHULUAN
Latar belakang keberagaman budaya di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari lebih dari 17.000 pulau dengan populasi mencapai lebih dari 270 juta jiwa ([BPS] Badan Pusat Statistik, 2020). Keberagaman budaya di Indonesia sangatlah kaya dan kompleks. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti, letak geografis yang strategis di antara dua benua, Asia dan Australia, serta dua samudra, Hindia dan Pasifik, menjadikan Indonesia sebagai wilayah yang menjadi jalur perdagangan dan migrasi sejak dahulu kala (Ricklefs, 2008). Kepulauan Indonesia dihuni oleh lebih dari 300 suku bangsa dengan bahasa daerah yang berbeda-beda. Beberapa suku besar antara lain Jawa, Sunda, Batak, Minangkabau, Bugis, Makassar, Dayak, dan Papua (Suryadinata et al., 2016).
Terdapat enam agama besar yang dianut di Indonesia, yaitu Islam, Kristen Protestan, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu, serta kepercayaan lokal yang masih dipegang oleh sebagian masyarakat (RI, 2021). Pengaruh budaya asing seperti Hindu, Buddha, Islam, Portugis, Belanda, dan Cina turut memperkaya keberagaman budaya Indonesia melalui proses akulturasi dan asimilasi. Kondisi geografis kepulauan yang terpisah oleh lautan menyebabkan setiap wilayah mengembangkan kebudayaan yang unik, seperti dalam hal bahasa, seni, tradisi, kuliner, dan kerajinan (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2017).
Tantangan dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman
Tantangan dalam menjaga harmoni di tengah keberagaman di Indonesia merupakan isu yang kompleks dan multidimensi. Salah satu tantangan utama adalah menyeimbangkan pengakuan atas identitas kelompok yang beragam dengan kebutuhan untuk membangun identitas nasional yang inklusif. Perbedaan etnis, agama, dan budaya dapat menjadi sumber kekayaan sekaligus potensi konflik jika tidak dikelola dengan baik. Misalnya, ketimpangan ekonomi dan sosial antar kelompok etnis atau daerah dapat memicu sentimen primordialisme dan separatisme. Selain itu, interpretasi yang sempit atas ajaran agama atau tradisi budaya terkadang dapat menimbulkan intoleransi dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas (Hefner, 2018).
Tantangan lainnya adalah memastikan representasi yang adil dan partisipasi yang setara dari berbagai kelompok dalam proses politik dan pengambilan keputusan. Sistem demokrasi yang masih berkembang di Indonesia terkadang rentan terhadap politisasi identitas yang dapat memecah belah masyarakat. Selain itu, globalisasi dan perkembangan teknologi informasi membawa tantangan baru dalam bentuk penyebaran informasi yang menyesatkan dan ujaran kebencian di media sosial, yang dapat mempertajam perbedaan dan meningkatkan ketegangan antar kelompok. Oleh karena itu, diperlukan upaya berkelanjutan dari pemerintah, masyarakat sipil, dan seluruh elemen bangsa untuk membangun dialog lintas budaya, memperkuat pendidikan multikultural, dan menegakkan hukum secara adil untuk menjaga harmoni dalam keberagaman (Menchik, 2016).
Pentingnya pendidikan multikultural dalam membangun harmoni bangsa
Indonesia, dengan kekayaan budaya dan keberagaman masyarakatnya, menjadikan pendidikan multikultural sebagai pilar penting dalam membangun harmoni bangsa. Pendidikan ini menanamkan pemahaman dan penghargaan terhadap keragaman budaya, etnis, agama, dan bahasa sejak dini kepada generasi muda. Melalui pendidikan multikultural, peserta didik diajarkan untuk Memahami dan menghargai perbedaan, Pendidikan multikultural membantu siswa untuk memahami dan menerima perbedaan budaya, etnis, agama, dan bahasa. Hal ini penting untuk membangun rasa saling menghormati dan toleransi antar kelompok masyarakat. Mengembangkan keterampilan komunikasi antarbudaya, Pendidikan multikultural membekali siswa dengan keterampilan komunikasi antarbudaya yang efektif (Widiatmaka et al., 2022).
Keterampilan ini penting untuk membangun hubungan yang positif dengan orang lain dari berbagai latar belakang. Menyadari prasangka dan diskriminasi, Pendidikan multikultural membantu siswa untuk menyadari prasangka dan diskriminasi yang ada di masyarakat. Kesadaran ini penting untuk melawan prasangka dan diskriminasi dan membangun masyarakat yang lebih adil dan setara. Menyelesaikan konflik secara damai, Pendidikan multikultural membekali siswa dengan keterampilan untuk menyelesaikan konflik secara damai. Keterampilan ini penting untuk membangun masyarakat yang harmonis dan damai. Dengan menerapkan pendidikan multikultural, diharapkan generasi muda Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang toleran, saling menghargai, dan mampu hidup berdampingan secara damai dalam masyarakat yang majemuk (Ambarudin, 2016).
II. PEMBAHASAN
Konsep Pendidikan Multikultural
- Definisi Dan Tujuan Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah pendekatan pendidikan yang mengakui, menghargai, dan memanfaatkan keberagaman budaya, etnis, dan sosial dalam masyarakat. Konsep ini berfokus pada menciptakan lingkungan belajar yang inklusif di mana semua siswa, terlepas dari latar belakang mereka, dapat berkembang dan berpartisipasi secara setara. Pendidikan multikultural tidak hanya mencakup pengajaran tentang berbagai budaya, tetapi juga mengintegrasikan perspektif beragam ke dalam kurikulum dan praktik pengajaran.Pendidikan multikultural juga sebuah pendekatan pendidikan yang menekankan pada penghargaan terhadap keragaman budaya, etnis, suku, dan agama. Tujuannya adalah untuk menumbuhkan generasi yang toleran, saling menghormati, dan memahami perbedaan (Kumparan, 2023).
Tujuan utama pendidikan multikultural adalah untuk mempersiapkan siswa hidup dalam masyarakat yang beragam dan global. Ini meliputi pengembangan kesadaran dan pemahaman tentang keberagaman budaya, pengurangan prasangka dan diskriminasi, peningkatan kesetaraan pendidikan untuk semua kelompok, dan pemberdayaan siswa untuk menjadi warga negara yang aktif dalam masyarakat multikultural. Pendidikan multikultural juga bertujuan untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis siswa tentang isu-isu keadilan sosial dan kesetaraan. Pendidikan ini penting diterapkan di masa kini, di mana dunia semakin terhubung dan masyarakat semakin beragam. Dengan memahami berbagai budaya, generasi muda dapat berkomunikasi secara efektif dengan orang lain dari berbagai latar belakang, menyelesaikan konflik dengan damai, dan berkontribusi pada terciptanya masyarakat yang adil dan inklusif (SMA Dwiwarna (Boarding School), 2023).
- Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural didasarkan pada prinsip kesetaraan dan keadilan bagi semua siswa, terlepas dari latar belakang budaya, etnis, atau sosial mereka. Prinsip utamanya adalah bahwa setiap siswa harus memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai potensi akademik mereka sepenuhnya. Ini melibatkan pengakuan dan penghargaan terhadap keragaman budaya di dalam kelas, serta upaya aktif untuk mengintegrasikan perspektif dan pengalaman yang beragam ke dalam kurikulum dan praktik pengajaran (Teori_teori_Pendidikan_Multikultural_men, n.d.). Prinsip lain yang mendasari pendidikan multikultural adalah pemberdayaan siswa untuk menjadi warga negara yang kritis dan aktif dalam masyarakat yang beragam. Ini mencakup pengembangan keterampilan berpikir kritis tentang isu-isu terkait ras, etnis, dan budaya, serta kemampuan untuk mengenali dan menantang ketidakadilan dan diskriminasi. Pendidikan multikultural juga bertujuan untuk memupuk sikap saling menghormati dan pemahaman lintas budaya, mempersiapkan siswa untuk hidup dan bekerja secara efektif dalam dunia yang semakin global dan beragam (Ali & Maga Sule, 2024).
Prinsip-prinsip dasar pendidikan multikultural bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan menghormati semua budaya, sehingga semua peserta didik dapat mencapai potensi penuh mereka. Beberapa prinsip dasar pendidikan multikultural : Kesetaraan, Semua peserta didik berhak atas pendidikan yang berkualitas, terlepas dari latar belakang budaya, ras, etnis, gender, agama, atau kelas sosial mereka. Saling Menghormati dan Menerima, Pendidikan multikultural menekankan pentingnya saling menghormati dan menerima perbedaan budaya. Peserta didik didorong untuk belajar tentang budaya lain dan menghargai perspektif yang berbeda. Memahami Keragaman Budaya, Pendidikan multikultural membantu peserta didik untuk memahami keragaman budaya yang ada di masyarakat. Mereka belajar tentang sejarah, tradisi, dan nilai-nilai budaya yang berbeda. Keadilan Sosial, Pendidikan multikultural bertujuan untuk menciptakan keadilan sosial bagi semua kelompok masyarakat. Pendidikan ini berusaha untuk menghilangkan prasangka dan diskriminasi, serta mempromosikan kesetaraan dan keadilan. Pengembangan Keterampilan Antarbudaya, Pendidikan multikultural membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan antarbudaya, seperti komunikasi antarbudaya, empati, dan penyelesaian konflik. Keterampilan ini penting untuk hidup dan bekerja di masyarakat yang beragam. Prinsip-prinsip dasar pendidikan multikultural ini penting untuk diterapkan di semua tingkatan pendidikan, mulai dari prasekolah hingga perguruan tinggi. Dengan menerapkan prinsip-prinsip ini, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih adil dan inklusif, di mana semua peserta didik dapat belajar dan berkembang (Suharsono, 2017).
- Pendekatan Pedagogis Dalam Pendidikan Multikultural
Pendekatan pedagogis dalam pendidikan multikultural berfokus pada menciptakan lingkungan belajar yang inklusif dan menghargai keberagaman. Para pendidik yang menerapkan pendekatan ini berupaya untuk mengintegrasikan perspektif dan pengalaman dari berbagai kelompok budaya ke dalam kurikulum dan metode pengajaran. Tujuannya adalah untuk membantu siswa mengembangkan pemahaman dan apresiasi terhadap keragaman budaya, serta keterampilan untuk berinteraksi secara efektif dalam masyarakat yang beragam (Indonesia, 2023). Salah satu strategi kunci dalam pendekatan ini adalah penggunaan materi pembelajaran yang mencerminkan keragaman budaya siswa. Pendidik juga didorong untuk mengadopsi metode pengajaran yang responsif secara budaya, yang mempertimbangkan latar belakang dan gaya belajar yang beragam dari siswa. Selain itu, pendekatan ini menekankan pentingnya dialog antar budaya di kelas, mendorong siswa untuk berbagi pengalaman mereka dan belajar dari perspektif satu sama lain.Pendidikan multikultural bertujuan untuk menumbuhkan rasa saling menghormati dan penghargaan terhadap keragaman budaya di antara peserta didik (Mappiasse, 2019).
Untuk mencapai tujuan ini, diperlukan pendekatan pedagogis yang tepat. Pendekatan pedagogis dalam pendidikan multikultural haruslah, Berpusat pada peserta didik, Pendekatan ini menekankan pentingnya memahami latar belakang budaya, pengalaman, dan kebutuhan belajar masing-masing peserta didik. Guru harus menciptakan ruang kelas yang inklusif dan aman bagi semua peserta didik untuk mengekspresikan diri dan belajar dari satu sama lain. Memanfaatkan keragaman, Keragaman budaya di kelas dapat menjadi sumber daya yang kaya untuk pembelajaran. Guru dapat menggunakan berbagai strategi pembelajaran yang mengintegrasikan budaya yang berbeda, seperti pembelajaran kooperatif, studi kasus, dan proyek penelitian. Mengembangkan kompetensi budaya, Peserta didik perlu mengembangkan kompetensi budaya agar dapat memahami dan berinteraksi dengan budaya lain secara efektif. Kompetensi budaya meliputi pengetahuan tentang budaya yang berbeda, keterampilan komunikasi antar budaya, dan kemampuan untuk berempati dengan orang lain. Mendorong refleksi diri, Guru dan peserta didik perlu secara konsisten merefleksikan keyakinan, nilai, dan asumsi mereka sendiri tentang budaya. Refleksi diri ini dapat membantu mereka untuk menjadi lebih sadar akan bias budaya dan mengembangkan pemahaman yang lebih dalam tentang keragaman budaya (Kurikulum et al., n.d.).
Pendidikan Multikultural Berwawasan Inklusif
- Konsep Inklusivitas Dalam Pendidikan
Konsep inklusivitas dalam pendidikan merujuk pada pendekatan yang bertujuan untuk menciptakan sistem pendidikan yang dapat mengakomodasi kebutuhan belajar semua peserta didik, terlepas dari kemampuan, latar belakang, atau kondisi mereka. Pendidikan inklusif berupaya untuk menghilangkan hambatan-hambatan yang mungkin menghalangi partisipasi dan pembelajaran efektif bagi setiap siswa. Ini melibatkan adaptasi lingkungan belajar, kurikulum, dan metode pengajaran untuk memastikan bahwa semua peserta didik, termasuk mereka dengan kebutuhan khusus atau dari kelompok marjinal, dapat berpartisipasi penuh dalam proses pendidikan. Implementasi pendidikan inklusif memerlukan perubahan sistemik dalam cara sekolah dan sistem pendidikan beroperasi. Ini mencakup pengembangan kebijakan yang mendukung inklusivitas, pelatihan guru untuk menangani keragaman di kelas, penyediaan sumber daya yang diperlukan, dan menciptakan budaya sekolah yang menghargai perbedaan. Pendidikan inklusif tidak hanya berfokus pada penyertaan fisik siswa dengan berbagai kemampuan dalam satu kelas, tetapi juga pada menciptakan lingkungan belajar yang responsif terhadap kebutuhan individual setiap siswa, mendorong partisipasi aktif, dan memastikan hasil belajar yang bermakna bagi semua.
Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem pendidikan yang terbuka bagi semua peserta didik, termasuk anak berkebutuhan khusus (ABK). Dalam pendidikan inklusif, ABK belajar bersama dengan anak-anak pada umumnya di dalam satu kelas yang sama. Konsep ini menekankan pada kesetaraan kesempatan bagi semua peserta didik untuk belajar, berpartisipasi, dan berkembang sesuai dengan potensinya masing-masing. Pendidikan inklusif memiliki beberapa prinsip dasar, yaitu : Nilai setiap individu, Setiap individu memiliki nilai dan potensi yang unik, terlepas dari latar belakang, kemampuan, atau karakteristiknya. Partisipasi penuh, Semua peserta didik berhak untuk berpartisipasi penuh dalam kegiatan belajar mengajar dan kehidupan sekolah. Dukungan yang beragam, Setiap peserta didik membutuhkan dukungan yang berbeda-beda untuk mencapai potensi penuhnya. Kolaborasi, Semua pihak yang terlibat dalam pendidikan, termasuk guru, orang tua, dan masyarakat, harus bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif (Yogyakarta, 2015).
- Strategi Untuk Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Inklusif
Strategi untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif melibatkan beberapa pendekatan yang saling terkait. Pertama, penting untuk mengembangkan kurikulum yang fleksibel dan dapat diakses oleh semua siswa. Ini meliputi penyediaan materi pembelajaran dalam berbagai format (misalnya visual, audio, taktil) dan penggunaan teknologi asistif jika diperlukan. Selain itu, pendidik perlu menerapkan metode pengajaran yang beragam untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar dan kemampuan. Strategi seperti pembelajaran kooperatif, pengajaran berbasis proyek, dan diferensiasi instruksional dapat membantu memastikan bahwa setiap siswa dapat berpartisipasi dan belajar secara efektif. Kedua, menciptakan budaya sekolah yang inklusif dan mendukung sangat penting. Ini melibatkan pengembangan kebijakan anti-diskriminasi yang jelas, mendorong interaksi positif antara semua siswa, dan merayakan keragaman sebagai kekuatan. Pelatihan staf secara berkelanjutan tentang praktik inklusif dan kesadaran akan keragaman juga merupakan komponen kunci. Selain itu, melibatkan keluarga dan komunitas dalam proses pendidikan dapat membantu menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan mendukung. Penting juga untuk secara teratur mengevaluasi dan meningkatkan praktik inklusif di sekolah, dengan mempertimbangkan umpan balik dari siswa, staf, dan keluarga. Menciptakan lingkungan belajar yang inklusif berarti memastikan bahwa semua peserta didik merasa diterima, dihormati, dan didukung untuk mencapai potensi penuh mereka (Weiss, 2018).
- Peran Guru Dan Kurikulum Dalam Pendidikan Multikultural Inklusif
Dalam konteks pendidikan multikultural inklusif, peran guru sangat penting dan multifaset. Guru berperan sebagai fasilitator yang menciptakan lingkungan belajar yang menghargai keberagaman dan mendorong partisipasi aktif dari semua siswa. Mereka harus mampu mengadaptasi metode pengajaran mereka untuk mengakomodasi berbagai gaya belajar dan latar belakang budaya siswa. Guru juga bertindak sebagai model peran dalam mendemonstrasikan sikap inklusif dan menghargai perbedaan. Selain itu, mereka perlu memiliki pemahaman yang mendalam tentang isu-isu keragaman dan keadilan sosial, serta keterampilan untuk menangani situasi yang sensitif terkait perbedaan budaya di kelas. Sementara itu, kurikulum dalam pendidikan multikultural inklusif harus dirancang untuk mencerminkan keragaman masyarakat dan pengalaman semua kelompok siswa. Ini melibatkan pengintegrasian perspektif beragam ke dalam materi pembelajaran, penggunaan sumber daya yang mewakili berbagai budaya, dan pengembangan konten yang relevan secara budaya. Kurikulum juga harus fleksibel untuk memungkinkan adaptasi sesuai kebutuhan individu siswa. Penting juga bahwa kurikulum mendorong pemikiran kritis tentang isu-isu keragaman dan keadilan, serta mengembangkan keterampilan untuk hidup dan bekerja dalam masyarakat yang beragam. Guru memainkan peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang multikultural dan inklusif. Mereka harus memiliki pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang budaya yang berbeda, serta mampu menerapkan strategi pembelajaran yang sesuai untuk semua peserta didik. Guru juga harus menjadi teladan bagi peserta didik dalam menunjukkan rasa hormat dan penghargaan terhadap keragaman. Kurikulum juga harus dirancang untuk mencerminkan keragaman budaya dan pengalaman peserta didik. Kurikulum harus mencakup berbagai perspektif dan suara, serta memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk belajar tentang budaya mereka sendiri dan budaya orang lain. Kurikulum yang inklusif juga harus fleksibel dan dapat diadaptasi untuk memenuhi kebutuhan individu peserta didik (Mishra & Kumar, 2014).
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
pendekatan ini memiliki peran penting dalam menciptakan masyarakat yang kohesif dan saling menghargai. Pendidikan multikultural yang inklusif bertujuan untuk mengembangkan pemahaman dan apresiasi terhadap keragaman budaya, sekaligus memastikan partisipasi dan akses yang setara bagi semua peserta didik. Melalui integrasi perspektif beragam dalam kurikulum, penggunaan metode pengajaran yang responsif secara budaya, dan penciptaan lingkungan belajar yang inklusif, pendekatan ini membantu siswa mengembangkan keterampilan untuk hidup harmonis dalam masyarakat yang beragam. Peran guru dan kurikulum sangat krusial dalam implementasi pendidikan multikultural yang inklusif. Guru bertindak sebagai fasilitator dan model peran, menciptakan ruang yang aman untuk dialog antar budaya dan mendorong pemikiran kritis tentang isu-isu keragaman. Sementara itu, kurikulum yang dirancang dengan perspektif multikultural dan inklusif membantu merefleksikan realitas masyarakat yang beragam dan mempersiapkan siswa untuk menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab dalam dunia yang semakin terhubung. Dengan demikian, pendidikan multikultural yang berwawasan inklusif tidak hanya berkontribusi pada pengembangan individu, tetapi juga pada pembangunan harmoni sosial dan persatuan bangsa secara keseluruhan.
Saran
Pertama, penting bagi pemerintah dan institusi pendidikan untuk mengembangkan kebijakan yang secara eksplisit mendukung dan mempromosikan pendidikan multikultural inklusif. Ini termasuk merevisi kurikulum nasional untuk lebih mencerminkan keragaman budaya dan perspektif, serta menyediakan pelatihan yang komprehensif bagi guru tentang praktik pengajaran inklusif dan pendidikan multikultural. Selain itu, alokasi sumber daya yang memadai untuk mendukung implementasi program-program ini sangat diperlukan, termasuk penyediaan materi pembelajaran yang beragam dan teknologi yang mendukung aksesibilitas. Kedua, perlu ada upaya kolaboratif antara sekolah, keluarga, dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan yang mendukung pendidikan multikultural inklusif. Sekolah dapat mengorganisir program-program yang melibatkan orang tua dan anggota masyarakat dari berbagai latar belakang budaya untuk berbagi pengalaman dan perspektif mereka. Selain itu, evaluasi berkala terhadap efektivitas program pendidikan multikultural inklusif perlu dilakukan, dengan melibatkan umpan balik dari semua pemangku kepentingan. Penting juga untuk mendorong penelitian lebih lanjut tentang praktik terbaik dalam pendidikan multikultural inklusif yang sesuai dengan konteks lokal dan nasional.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, B., & Maga Sule, M. (2024). The Evolution of Ethical Standards in Health Research: An Islamic Overview. Multicultural Islamic Education Review, 2(1), 1--18. https://doi.org/10.23917/mier.v2i1.4279
Ambarudin, R. I. (2016). Pendidikan multikultural untuk membangun bangsa yang nasionalis religius. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 13(1). https://doi.org/10.21831/civics.v13i1.11075
[BPS] Badan Pusat Statistik. (2020). Berita Resmi Statistik Hasil Sensus Penduduk 2020. Bps.Go.Id, 27, 1--52.
Hefner, R. W. (2018). Routledge Handbook Of Contemporary Indonesia (1st ed.). Routledge; 1st edition (January 9, 2018).
Indonesia, U. P. (2023). Kajian Pedagogik Tentang Pendidikan Multikultural Pada Materi PPKn Untuk Meningkatkan Nasionalisme Siswa Rahman Wahid *, Juntika Nuihsan , Pupun Nuryani. 7(2), 1519--1525.
Kumparan, P. (2023). Pengertian, Tujuan, Dan Fungsi Pendidikan Multikultural. Kumparan.Com. https://kumparan.com/berita-terkini/pengertian-tujuan-dan-fungsi-pendidikan-multikultural-204cXIMDkjz/3
Kurikulum, P., Indonesia, P., & Multikultural, D. P. (n.d.). A l y s. 2, 303--312.
Mappiasse, S. (2019). Multiculturalism and Transdisciplanarity: an Epistemological Proposal for Iain Manado'S Multiculturalism. Potret Pemikiran, 23(2), 87. https://doi.org/10.30984/pp.v23i2.1000
Menchik, J. (2016). Islam And Democracy In Indonesia: Tolerance Without Liberalism. Library Of Congress Catalonging In Publication data.
Mishra, S., & Kumar, C. B. (2014). Understanding Diversity: A Multicultural Perspective. IOSR Journal of Humanities and Social Science, 19(9), 62--66. https://doi.org/10.9790/0837-19946266
RI, K. A. (2021). Statistik Keagamaan Tahun 2021. Jakarta: Badan Litbang Dan Diklat Kementerian Agama RI. balitbangdiklat.kemenag.go.id
Ricklefs, M. C. (2008). Sejarah Indonesia Modern 1200 - 2008 / M.C. Ricklefs. Jakarta: Kencana, 2008.
SMA Dwiwarna (Boarding School). (2023). Pendidikan Multikultural: Definisi, Fungsi, Dan Tujuannya. Blog SMA Dwiwarna (Boarding School). https://www.smadwiwarna.sch.id/pendidikan-multikultural-adalah/
Suharsono, S. (2017). Pendidikan Multikultural. In EDUSIANA: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam (Vol. 4, Issue 1, pp. 13--23). https://doi.org/10.30957/edusiana.v4i1.3
Suryadinata, L., Arifin, E. N., & Ananta, A. (2016). BOOK Review by Riwanto on Indonesia ' s Population: Ethnicity and Religion in a Changing Political Landscape. June.
Teori_teori_Pendidikan_Multikultural_men. (n.d.).
Weiss, M. P. (2018). How to Review for TEACHING Exceptional Children. Teaching Exceptional Children, 50(3), 123--129. https://doi.org/10.1177/0040059917743480
Widiatmaka, P., Hidayat, M. Y., Yapandi, & Rahnang. (2022). Pendidikan Multikultural dan Pembangunan Karakter Toleransi. Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Indonesia, 09(02), 119--133.
Yogyakarta, U. N. (2015). Ilmu Pendidikan Dan Paradigma Pendidikan Inklusif Yang Berkualitas. Universitas Negeri Yogyakarta. https://www.uny.ac.id/id/node/1496
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H