Mohon tunggu...
Siti Amaliah
Siti Amaliah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Hobi membaca dan melukis

Selanjutnya

Tutup

Diary

Jejak spiritual di Makam Ki Gede Sebayu: Berziarah dan menghormati sejarah

18 Desember 2024   15:02 Diperbarui: 18 Desember 2024   15:02 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

11 Agustus 2024, di siang hari yang sangat cerah saya pergi makam Ki Gede Sebayu, melewati hamparan sawah hijau membentang sejauh mata memandang. Pemandangan ini sungguh menenangkan, dengan petani yang bekerja di bawah sinar matahari pagi. Suara gemericik air dari irigasi menambah kesan damai, menciptakan ritme kehidupan yang tenang dan stabil. saya melihat banyak masyarakat melakukan aktifitas sekitar aliran irigasi seperti mandi, mencuci pakai dan sebaginya.

pak Amin juru kunci makam Ki Gede Sebayu
pak Amin juru kunci makam Ki Gede Sebayu

Di makam ini saya berbincang bincang bersama juru kunci makam Ki Gede Sebayu yang bernama bapak Nur Amin dan beliau dengan sukarela menjelaskan tentang Ki Gede Sebayu yang dimana makam ini merupakan situs bersejarah dan sakral yang memiliki daya tarik tersendiri. Ki Gede Sebayu merupakan pendiri sekaligus bupati pertama kota Tegal. Makam Ki Gede Sebayu yang dikelilingi oleh tembok putih menjadi ikon penting bagi Desa Danawarih. Makam ini tidak hanya merupakan situs bersejarah, tetapi juga simbol warisan budaya dan spiritual yang memiliki makna mendalam bagi masyarakat setempat. Ki Gede Sebayu, yang nama aslinya adalah Raden Atmo Arsantika, merupakan tokoh penting dalam sejarah Tegal, sekaligus keturunan dari Sunan Onje, seorang ulama yang memiliki peran besar dalam penyebaran agama Islam di Jawa. Saat dewasa, Ki Gede Sebayu sering menjadi panglima perang, namun kemudian menyadari bahwa konflik yang dihadapinya adalah perang saudara. Karena itu, ia memutuskan untuk meninggalkan Ponorogo dan pindah ke arah barat, tiba di Tegal pada tahun 600 M. Di Tegal, Ki Gede Sebayu mulai menyebarkan agama Islam secara bertahap dan bertepatan itu juga diangkat sebagai bupati pertama Tegal. Ia fokus pada peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui pengembangan pertanian, dengan bantuan 40 santrinya yang memiliki berbagai keahlian. Salah satu upayanya adalah membangun bendungan di Kali Gung untuk irigasi. Ki Gede Sebayu dikenal luas sebagai pendiri Kota Tegal, sebuah kota yang kini menjadi salah satu pusat ekonomi dan budaya di Jawa Tengah. Setiap harinya, makam ini dikunjungi oleh sekitar 25 hingga 50 orang, yang datang untuk berdoa dan mengenang jasa-jasanya. Kunjungan ini biasanya meningkat pada malam Jumat, ketika orang-orang datang untuk mencari berkah dan ketenangan spiritual. Selain itu, pada hari Rabu Pungkasan, sebuah tradisi keluarga Ki Gede Sebayu yang masih dilestarikan hingga kini.

saya melihat bahwa makam Ki Gede Sebayu bukan hanya tempat peristirahatan terakhir seorang tokoh, tetapi juga menjadi pusat spiritual dan budaya yang menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Maka dengan keberadaan makam ini desa Danawarih memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai destinasi wisata religi dan budaya yang tidak hanya akan menarik wisatawan, tetapi juga memberikan dampak positif bagi perekonomian dan kesejahteraan masyarakat setempat.

halaman makam Ki Gede Sebayu
halaman makam Ki Gede Sebayu

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun