Mohon tunggu...
Siti Amalia
Siti Amalia Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta dan Air Mata

1 Juni 2016   15:13 Diperbarui: 1 Juni 2016   15:23 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“begini ustadz “,kata mutya” beberapa bulan terakhir ini,saya berfikir,merenung,mendalami, tentang pernikahan. Dalam islam kita dilarang untuk bergaul secara berlebihan dengan lawan jenis yang tidak muhrimnya,dalam arti kata kita tidak boleh berpacaran. Islam hanya memperbolehkan kita berta’aruf.”

Ustadz abu bakar hanya mengangguk sambil tersenyum mendengar penuturan mutya.

“tapi kalau saya renungkan,dalam pernikahan dibutuhkan kematangan,baik itu kematangan pemikiran,perekonomian,kesehatan,mental,dan banyak perencanaan lainnya.sementara itu,ada seseorang yang belum memiliki kematangan,tetapi telah meiliki  keinginan yang kuat untuk menikah. Lalu,dimana letak kebenaran ayat” jika seorang wanita sudah siap untuk menjadi istri dan menjadi ibu yang baik untuk anak-anaknya kelak hendaklah ia segera menikah dan menerima pinangan pemuda tersebut. Karena sesungguhnya rezeki telah dijamin oleh Allah.

Sekali lagi ustadz abu bakar tersenyum pada mutya,ia menarik nafasnya perlahan,lalu kembali tersenyum.

***

Desir angin berhembus membisikkan kata-kata tasbih. Dingin nya menusuk tulung yang membuathati menjadi ciut dan makin tunduk kepada illahi. Bagaimana mungkin manusia mampu durhaka kepada tuhannya jika melawan rasa dingin sahaja ia tak sanggup.

Makin malam,makin dingin tidak biasanya kota kairo sedingin ini. Mungkin ini angin kiriman dari benua lain yang sedang diterpa musim dingin hebat. Dinginnya berembus kelaut sumatera sehingga mengakibatkan daerah sekitar laut menjadi sangat dingin.

Anak-anak wisma raihan segera menutup pintu dan jendela kamara mereka karena tidak tahan pada cuaca dingin itu,mereka segera menutupi tubuh dengan selimut berlapis-lapis. Diantara mereka ada yang berbaring sambil menikmati secangkir teh hangat.

Aneh meman,sementara anak-anak lain bersembunyi dibalik selimut mereka dsidalam kamar yang tertutup rapat. Mutya malah duduk diruang tengah tanpa dibaluti seelimut dan tidak merasa kedinginan. Sambil termenung sendirian,mutya kembali mengingat kata ustadz bakar tadi “ jika seorang yakin doanya akan terkabulkan, Allah akan mengabulkannya.

Didalam hati mutya berbisik,oh duhai Allah yangmaha menguasaihati, yang maha merajai hati., engkau membolak-balikkan hati dengan semauanmu tanpa ada yang mampu menghalanginya. Engkaulah yang meniupkan rasa-rasa kedalam hati manusia sehingga membuat hati itu makin hidup. dinginnya malam terasa hangat karena rasa itu,pahitnya hidup terasa manis. Juga karena rasa itu,rasa itu kini bernama cinta. Membuat aku terbuai jauh ke angan-angan hingga ke surge firdaus,surganya para nabi dan rasul. Rasa cintalah yang membakar hatiku karena ingin taat kepada-Mu, cinta itu adalahrahmat dari-Mu. Berkahilah cintaku ini agar aku dapat bertemu dengan-Mu karena cinta dihati ini. Cinta dari-Mu kepadanya. Sang penghafal Al-Quran,cahaya dari-Mu yang akan menyinari hatiku dengan cintanya dari cinta-Mu yang agung.

Jika ada yang bertanya” apa intisari rangkaian cerita ini? Jawabannya adalah cinta. Sama seperti tujuan seluruh makhluk yang hadir dari muka bumi ini, yaitu untuk membuktikan cintra mereka kepada Allah yang maha bijaksana lagi maha perkara. Untuk membuktikan apakah banyak mereka dicintai dan mendapatkan cinta-Nya. Sesungguhnya intisari dari seluruh apa yang ada dipermukaan bumi ini adalah cinta. Manusia mau berpayah-payah di malam hari bertahajud hingga waktu sahur tiba adalah karena cinta. Berzikir hingga ribuan kali adalah karena cinta. Ibadah shalat itu sendiri intisarinya adalah cinta. Takkan rela kiranya sahabat Bilal mednerima penyiksaan tuannya jika bukan karena cinta. Takkan pernah kita rasanya mendengar sebuah kisah heroic dari seorang  sahabat yang bernama Mushab bin Umair jika bukan karena cinta. Para penyair sampai berlarut-larut dalam merangkai kata yang bernama cinta. Lalu,mengapa cinta senantiasa bertabur air mata ?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun