Mohon tunggu...
Siti Aisah
Siti Aisah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Generasi 2045: Generasi Emas ataukah Cemas?

6 Juni 2024   14:37 Diperbarui: 12 Juni 2024   02:05 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: Unsplash

Generasi emas merupakan harapan dalam mewujudkan generasi muda yang berkualitas, berkompeten, dan berdaya saing tinggi. Generasi muda menjadi harapan untuk mencapai kejayaan Indonesia di berbagai bidang, termasuk ekonomi, politik, budaya, dan olahraga. Generasi muda diharapkan juga dapat memajukan negara ke arah kemakmuran, keadilan, dan keberlanjutan. 

Ir. Soekarno pernah berkata, "Beri aku sepuluh pemuda maka akan ku guncangkan dunia." yang mana menegaskan betapa pentingnya peran generasi muda dalam kemajuan bangsa dan negara. Hal ini dibuktikan dengan adanya Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Dimana para pemuda dari seluruh nusantara dengan segala perbedaan bahasa, suku, dan budaya, berkumpul menyatukan suara dalam satu ikrar, yaitu Sumpah Pemuda.

Generasi muda merupakan penerus bangsa dan negara, karenanya generasi muda harus memiliki karakter yang kuat untuk membangun bangsa. Karakter merupakan pendukung utama dalam pembangunan bangsa, kata Ir. Soekarno. Beliau (Soedarsono, 2009:46) mengatakan, "Bangsa ini harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter karena pembangunan karakter inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa yang besar, maju dan jaya, serta bermartabat. Jika pendidikan karakter tidak dilakukan maka bangsa Indonesia akan menjadi bangsa kuli". 

Generasi 2045 berhadapan dengan tantangan yang sangat kompleks. Globalisasi dengan dukungan teknologi informasi yang pesat membuat kehidupan semakin kompleks sehingga sulit dipahami dan diprediksi. Tentu saja hal ini memiliki dampak pada segala sektor, salah satunya pengaruh dalam perkembangan pendidikan Indonesia. 

Globalisasi memberi kemudahan generasi muda dalam mengakses materi belajar, seperti video maupun website yang menyediakan informasi mengenai pembelajaran. Walaupun begitu, dapat dilihat masih banyak generasi muda yang kurang serius akan pentingnya pendidikan. 

Sebagai contoh terdapat mahasiswa, yang notabenya harus sudah paham mengenai pembelajaran dasar, bingung diantara 0,1 dan 0,5 manakah yang lebih besar. Tidak usah repot-repot mahasiswa, bahkan siswa SMA masa sekarang ada yang tidak dapat membedakan kuadrat dengan perkalian dua. Hal ini merupakan contoh nyata betapa memprihatinkan kondisi pendidikan di Indonesia saat ini. 

Generasi muda merupakan generasi masa depan sebagai sumber daya manusia yang perlu perhatian khusus untuk mewujudkan Generasi Emas 2045. Modal dasar untuk mencapai ini dengan meningkatkan mutu generasi muda. Peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui jalur pendidikan mulai dari pendidikan dasar, menengah, atas, hingga ke perguruan tinggi adalah kunci untuk pembangunan nasional. 

Pendidikan berperan sangat penting sebagai sarana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam menjamin keberlangsungan pembangunan suatu bangsa. Namun, beberapa waktu terakhir terdapat isu bahwa akan terjadi kenaikan biaya pendidikan, khususnya perguruan tinggi negeri. Hal ini membuat generasi muda yang berkeinginan melanjutkan pendidikan harus memikirkan kembali keinginannya. 

"Kebijakan PTN-BH ini menjadikan kampus sebagai lahan bisnis. Jadi, harus dihentikan. Apalagi, bisnis yang dilakukan kampus ini dengan mencekik mahasiswa lewat kenaikan biaya UKT yang tidak masuk akal, kenaikannya berkali-kali lipat," kata Ubaid (13/5/2024). 

Memang pemerintah memberikan bantuan operasional kepada perguruan tinggi negeri, tetapi faktanya pemerintah belum mampu memberikan subsidi secara penuh terhadap biaya kuliah mahasiswa. 

Pemerintah hanya memberikan bantuan operasional yang hanya menutup 30 persen dari biaya operasional kampus. Kenaikan biaya kuliah yang signifikan ini akan membuat generasi muda berpikir ulang untuk lanjut tidaknya menempuh pendidikan. Tentu saja hal ini dapat memengaruhi kualitas Generasi Emas 2045 kelak. 

Pada tahun 2045 Indonesia akan memasuki usia 100 tahun atau satu abad kemerdekaan Indonesia dan menjadi momentum emas bagi Indonesia untuk mewujudkan Visi Indonesia 2045. Pemerintah memiliki empat pilar utama, yakni pembangunan manusia dan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, pemerataan pembangunan, serta pemantapan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan.

Jika dilihat pada 20 tahun mendatang maka generasi emas yang digadang-gadang akan membawa negara Indonesia ke puncak merupakan generasi Z, yang mana lahir pada tahun 1997 hingga 2012. Akan tetapi, jika ditinjau dari keputusan kebijakan pemerintah sekarang justru akan merugikan generasi yang akan datang.

Tapera atau Tabungan Perumahan Rakyat adalah penyimpanan yang dilakukan oleh peserta secara periodik dalam jangka waktu tertentu yang hanya dapat dimanfaatkan untuk pembiayaan perumahan dan/atau dikembalikan berikut hasil pemupukannya setelah kepesertaan berakhir. (Pasal 1 PP No. 25/2020)

Kebijakan pemerintah terbaru mengatakan bahwa semua pekerja wajib memiliki simpanan Tapera, termasuk dengan pekerja yang sudah memiliki hunian atau rumah tetap wajib. Pemerintah siap memberikan sanksi bagi pekerja yang tak kooperatif bayar Tapera. Adapun para pekerja, seperti ASN, pegawai BUMN, BUMD, Swasta, dan lainnya, iuran akan dibayarkan oleh pemberi kerja dengan memotong gaji pekerja 2,5% dan dibantu oleh pemberi pekerja 0,5%.

Kebijakan mengenai Tapera mungkin merupakan salah satu strategi untuk membangun ekonomi yang berkelanjutan. Tujuannya untuk mengatasi kesenjangan daya beli rumah di tengah masyarakat. Sutamihardja (2004) menyatakan, sasaran pembangunan berkelanjutan mencakup pada upaya untuk mewujudkannya. Salah satunya adalah mempertahankan kesejahteraan rakyat (masyarakat) yang berkelanjutan baik masa kini maupun masa yang mendatang (inter temporal).

Jika Generasi Emas 2045 adalah generasi Z masa sekarang maka kebijakan Tapera ini tidak menyejahterakan rakyat, hal ini justru mempersulit rakyat. Pasalnya gaji pekerja sudah dipotong berbagai tagihan, seperti BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan serta pajak penghasilan. Pemotongan gaji untuk simpanan Tapera yang bersifat wajib tidak seperti konsep simpanan pada umumnya. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun