Mohon tunggu...
Siti Afifiyah
Siti Afifiyah Mohon Tunggu... Journalist -

Look deep into nature and then you will understand everything better https://www.tagar.id

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Pesan di Balik Posko 02 di Solo

16 Januari 2019   07:27 Diperbarui: 16 Januari 2019   07:38 220
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketua 212 Surakarta, R Djayendra Dewa mengatakan acara tablig akbar di Solo merupakan miniatur 212 di Monas. Mereka datang ke Solo untuk membagun spirit. 

Spirit apa yang ingin dibangun?

212 lahir karena Ahok. Setelah Ahok dipenjara, harusnya selesai. Tapi, angka itu justru dipatenkan, ingin terus eksis di pusaran politik nasional. Menjadi brand alias merek dagang. 

Menurut dia, aksi 212 bukan agenda politik, dapat dilihat yang hadir tidak ada atribut partai. Semua hanya menggunakan bendera tauhid dan baju putih.

"Kami melarang peserta menggunakan atribut partai. Kami juga melarang bicara soal kampanye," katanya.

Masih ada yang percaya 212 bukan untuk politik?

Tiga pesan bisa dibaca di balik pendirian posko BPN di Solo. Pertama, untuk memecah suara masyarakat Solo, walau ini meragukan akan berhasil. Solo dikenal sebagai basis PDI Perjuangan. Nyaris semua masyarakat Solo mendukung Jokowi.

Kedua, untuk mengganggu konsentrasi politik secara psikologis. Ini hasilnya juga tergantung pihak lawan, apakah akan bersikap santai atau menganggapnya sesuatu yang serius. Kalau santai, aman. Kalau terlalu serius bisa timbul gesekan.

Bisa gesekan antarpendukung atau gesekan dengan aparat keamanan. Dan, bisa jadi gesekan tersebut yang diharapkan untuk menyempurnakan narasi selalu dizalimi.

Ketiga, ingin membangkitkan kekuatan Islam konservatif di Kota Solo karena di kota ini juga ada kelompok-kelompok muslim bergejolak.

Apa agenda sebenarnya di balik pendirian posko BPN di Solo, apakah skenario terburuk untuk memicu huru-hara kalau jagoannya kalah? Untuk mengatakan pemerintah tidak kompeten menjaga keamanan? Setelah narasi demikian deras dihantamkan pada KPU yang dinilai berat sebelah? Hanya mereka yang tahu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun