Bukan hanya berbeda dalam pandangan politik, ia pun mengaku hubungan pribadinya dengan Megawati berlangsung hambar. Sangat jarang bertemu. Ia mengaku terakhir ketemu Megawati ketika suami kakaknya itu, Taufik Kiemas, meninggal dunia.Â
Megawati tidak sepatah kata pun menanggapi sikap adiknya itu. Megawati hanya diam, menyimpan sendiri pendapatnya, sebagaimana ia mendiamkan SBY selama sepuluh tahun.Â
Taufik Kiemas saja yang pernah menanggapi Rachmawati, itu pun ia mengatakan agar tidak mencampuri dapur orang lain, kira-kira seperti itu.Â
Ketika Rachmawati ditangkap polisi karena dugaan makar pun, keluarga besar Bung Karno seperti tidak ambil pusing.Â
Seperti Rachmawati, Sukmawati juga kemudian berpolitik dengan menghidupkan PNI Marhaenisme. Ia kadang mengkritik Megawati di depan umum, namun tidak sefrontal Rachmawati.Â
Rachmawati bukan hanya tidak cocok dengan Megawati, ia juga tidak cocok dengan Sukmawati.Â
Hal ini terlihat ketika puisi Sukmawati dilaporkan ke polisi oleh pihak tertentu karena dianggap melecehkan ajaran Islam. Rachmawati bukannya memberikan komentar yang meringankan, justru mengatakan puisi Sukmawati itu lebih serius dari kasus Ahok. Rachmawati meminta Bareskrim Polri mengusutnya dengan serius.Â
Megawati tidak bersuara mengenai puisi Sukmawati tersebut.Â
Guntur anak sulung Bung Karno angkat bicara, meminta Sukmawati meluruskan maksud puisinya tersebut.
"Sebagai anak tertua, saya saksi hidup, bahwa seluruh anak Soekarno dididik oleh Bung Karno dan Ibu Fatmawati Soekarno sesuai ajaran Islam," kata Guntur.
"Kami diajarkan syariat Islam dan Bung Karno pun menjalankan semua rukun Islam termasuk menunaikan ibadah haji," lanjutnya.