Mohon tunggu...
Siti Afifatus solikah
Siti Afifatus solikah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Haloo, selamat datang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Meningkatnya Angka Kelahiran akibat Covid-19

6 Juni 2022   17:09 Diperbarui: 6 Juni 2022   17:12 521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Angka kelahiran meningkat dimasa pandemic covid-19

Pandemi covid-19 telah memakan banyak korban jiwa, sehingga berbagai upaya dilakukan dalam rangka mengantisipasi dan mengurangi jumlah penderita covid-19. 

Di beberapa daerah telah memberlakukan kebijakan yang menganjurkan aktifitas baik dari jenjang pendidikan,sosial,ataupun pekerjaan, umtuk dilakukan dirumah. Istilah work from home (WFH) tentu tidak asing lagi di telinga, dengan WFH segala aktifitas yang dulunya dikerjakan diluar rumah di alihkan menjadi aktifitas yang di lakukan di dalam rumah, serperti aktifitas belajar mengajar pada jenjang pendidikan, pekerjaan dan juga beribdah pun di lakukan dirumah. 

Kebijakan WFH kembali didukung oleh pemerintah, dengan keluarnya Kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) per tanggal 1 april 2020. Kebijakan ini di harapkan mampu mengurangi penyebaran covid-19. 

Kebijakan WFH, PSBB telah membuat aktifitas pasangan suami istri lebih banyak dilakukan dirumah, sehingga ikut berdampak pada peningkatan intensitas berhubungan dan mengakibatkan peningkatan kehamilan. 

Peningkatam jumlah kehamilan di masa pandemi ini juga dio sebabkan oleh penurunan penggunaan alat kontrasepsi. Terjadi penurunan penggunaan alat kontrasepsi dimulai dari februari hingga maret 2020 sebesar 40%.

Penurunan angka penggunaan alat kontrasepsi diantaranya: implan turun dari 81.062 menjadi 51.536, suntik KB dari 524.989 menjadi 341.109, pil KB dari 251.619 menjadi 146.767, kondom dari 31.502 menjadi 19.583.

Adapun faktor lain yang menyebabkan peningkatan angka kelahiran ialah karna sulitnya akses ke layanan Kesehatan untuk emperoleh alat kontrasepsi. 

Akses layanan Kesehatan yang sulit djangkau di masa pandemi serta kekhawatiran tertular merupakan alasan paling dominan yang menyebabkan para pengguna alat kontrasepsi tidak mendapatkan alat kontrasepsi. 

Tekanan psikologis akibat covid-19 mengakibatkan para pasangan suami istri takut tertular dan memilih untuk tidak mengunjungi tempat pelayanan Kesehatan. Penurunan kunjungan KB akan berdampak pada peningkatan jumlah psitif hamil. 

Peningkatan jumlah positif hamil yang signifikan akan terjadi lonjakan angka kelahiran pada beberapa bulan yang akan datang. Tentunya peningkatan angka kelahiran yang tinggi merupakan satu dampak tidak langsung dengan adanya covid-19 yang memerlukan perhatian khusus untuk pemerintah. 

Pertumbuhan jumlah penduduk yang tinggi dengan tidak di imbangi oleh peningkatan ekonomi akan menyebabkan tingkat kesejahteraan masyarakat yang rendah. Dampak lainnya adalah meningkatkan pengangguran, kriminalitas, dan memburuknya kondisi social.

Penurunan kunjungan KB yang dipengaruhi oleh kebijakan PSBB telah berdampak pada pembatasan jumlah kunjungan dan jam pelayanan di fasilitas Kesehatan salah satunya di klinik KB, selain itu banyak juga fasilitas Kesehatan yang dipaksa ditutup karna keterbatasan fasilitas pencegahan covid-19 diantanya penyediaan alat pelindung diri(APD) seperti baju,masker, sarung tangan,sabun cuci taqngan dan perlengkapan lainnya. 

Ketersediaan APD yang terbatas terutama di fasilitas Kesehatan non pemerintah karna dana penyediaan bersumber dari klinik tersebut, yang harganya cukup tinggi dan jumlah yang terbatas. 

Dengan kondisi ini akhirnya klinik/fasilitas Kesehatan penyedia layanan KB lebvih baik tutup daripada beresiko tertular covid-19. Di sisi lain terjadinya ketimpangan didalam rumah tangga, dimana penggunaan KB lebih banyak bergantung pada perempuan. Pada kondisi pandemi ini telah mempengaruhi perempuan dalam mengakses layanan Kesehatan reproduksi, para perempuan terancam  dari segi Kesehatan reprodukisi, hal ini disebabkan karna perubahan prioritas layanan Kesehatan di masa pandemi ini. 

Pelayanan Kesehatan telah memberikan perhatian yang besar terhadap penanganan kasus covid-19 serta pada upaya pemutusan mata rantai penyebarannya. 

Selama masa physical distancing, perempuan yang membutuhkan pelayanan kontrasepsi harus melakukan janji temu  untuk mendapatkan layanan KB. 

Para perempuan tidak mendapatkan layanan KB dengan mudah seperti sebelum masa pandemi ini. Akibat layanan yang tidak mudah ini banyak terjadi kebobolan dan kehamilan yang tidak direncanakanpun terjadi. Peningkatan jumlah kehamilan ini akan memberi dampak pada peningkatan angka kelahiran yang diprediksikan akan mengalami baby booms pada tahun 2021.

Sumber: 

Begley, S. 2020. Which Groups Are Most at Risk from the coronavirus? Scientific

American Journal. https://dio.org/10.1101/2020.02.17.20024166V3.FULL.PDF

Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID 19. 2020. Peta sebaran.

https://covid19.go.id/peta-sebaran

Trombetta, H. (2016). Human coronavirus and severe acute respiratory infection in

Southern Brazil. Journal Taylor Vol 110 (113-118)

Weeks, J. R. 2008. Population: an Introduction to Concepts and Issues Tenth Edition.

Thomson Wadsworth:Belmont.

Widayati, D. 2020. Fenomena Baby Boom dan Pengangguran di Masa Pandemi Covid19

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun