Mohon tunggu...
Nona Kumala
Nona Kumala Mohon Tunggu... Guru - Guru - Penulis

Berharap pada manusia adalah patah hati secara sengaja.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sakit

5 Desember 2022   18:33 Diperbarui: 5 Desember 2022   18:36 134
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kini rumah seperti tidak berpenghuni, tak ada kebersihan maupun kerapian. Semua berantakan bagai kapal pecah, aku sama sekali tidak berniat membereskan. Pekerjaanku hanya merenung dan tidur.

"Fira!"

Seruan itu mengusik, tetapi tidak membuatku bangkit dari balutan selimut tebal. Itu suara Ibu, ia pasti datang hanya untuk menceramahiku habis-habisan. Aku sudah hafal itu.

Namun, kali ini berbeda. Tak ada teriakan histeris atau pun omelannya. Hal itu memicu keingintahuanku, sedang apa Ibu? Dengan malas aku beranjak, bergegas mencari keberadaan Ibu. Terlihat, beliau sedang menata beberapa makanan di atas meja.

"Masih hidup kau?"

Aku berdecak, Ibu meledek lagi. "Apaan, sih, Bu? Kalo masih di sini berarti masih hiduplah," balasku.

"Hidup emang, tapi nyawa melayang-layang!" 

Aku menghela napas berat, menaruh nasi dan lauk di piring dan mulai menyantap.

"Kapan kau nikah lagi?"

Aku tersedak, buru-buru mengambil minum. Aku menatap Ibu tak percaya, melupakan Bang Freddy saja kau belum bisa, malah ditanya kapan nikah lagi.

"Apaan, sih, Bu? Aku belum siap untuk menjalin hubungan dengan orang baru, Bu," balasku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun