Mohon tunggu...
siti latifatul wahidiyah
siti latifatul wahidiyah Mohon Tunggu... Lainnya - karyawan swasta

mempelajari sesuatu yang baru terasa menarik buat saya . karena saya suka dengan hal2 yang baru dalam hidup saya

Selanjutnya

Tutup

Parenting

Dampak pada anak divorse

3 Agustus 2024   07:19 Diperbarui: 4 Agustus 2024   11:35 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


 Pendahuluan

Keluarga merupakan fondasi utama bagi perkembangan emosional dan psikologis anak. Namun, tidak semua keluarga dapat mempertahankan keutuhan dan stabilitasnya. Broken home, atau rumah tangga yang pecah akibat perceraian atau konflik berkepanjangan, memiliki dampak yang signifikan pada anak-anak. Artikel ini bertujuan untuk mengatasi dampak buruk yang terjadi akibat broken home dan mendorong kita untuk belajar memahami perasaan anak-anak kita.

 Dampak Broken Home pada Anak-Anak

Anak-anak yang berasal dari keluarga broken home sering kali menghadapi berbagai masalah emosional, psikologis, dan sosial. Beberapa dampak umum yang bisa terjadi antara lain:

1. Masalah Emosional
   - Ketidakstabilan Emosi: Anak-anak mungkin merasa bingung, marah, atau sedih akibat perubahan besar dalam dinamika keluarga mereka.
   - Depresi dan Kecemasan: Rasa kehilangan dan ketidakpastian dapat memicu depresi dan kecemasan pada anak-anak.

2. Masalah Akademis
   - Penurunan Prestasi Akademis: Anak-anak dari broken home sering mengalami kesulitan berkonsentrasi di sekolah, yang berdampak pada prestasi akademis mereka.
   - Absensi Tinggi: Perubahan dalam lingkungan rumah dapat menyebabkan absensi tinggi dan kurangnya motivasi untuk belajar.

3. Masalah Sosial
   - Kesulitan Berinteraksi dengan Teman: Anak-anak mungkin merasa sulit untuk berinteraksi dengan teman sebaya mereka akibat kurangnya rasa percaya diri dan rasa malu.
   - Perilaku Agresif: Beberapa anak mungkin menunjukkan perilaku agresif sebagai cara untuk mengekspresikan rasa frustasi dan kemarahan mereka.

 Mengatasi Dampak Buruk Broken Home

Mengatasi dampak buruk broken home pada anak-anak memerlukan pendekatan yang holistik dan penuh kasih sayang. Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diambil:

1. Komunikasi Terbuka
   - Bicarakan Perasaan: Penting untuk memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengekspresikan perasaan mereka. Dengarkan tanpa menghakimi dan berikan dukungan emosional yang mereka butuhkan.
   - Jelaskan Situasi dengan Jujur: Anak-anak perlu memahami apa yang terjadi dalam keluarga mereka. Jelaskan situasinya dengan cara yang sesuai dengan usia mereka, dan pastikan mereka tahu bahwa mereka tidak bertanggung jawab atas perceraian atau konflik orang tua.

2. Konsistensi dan Rutinitas
   - Buat Rutinitas yang Stabil: Rutinitas yang konsisten dapat memberikan rasa aman bagi anak-anak. Pastikan mereka memiliki jadwal harian yang teratur, termasuk waktu tidur, makan, dan belajar.
   - Libatkan dalam Kegiatan Positif: Ajak anak-anak untuk terlibat dalam kegiatan positif seperti olahraga, seni, atau hobi lainnya. Ini dapat membantu mengalihkan perhatian mereka dari masalah keluarga dan memberikan rasa pencapaian.

3. Dukungan Profesional
   - Konseling: Pertimbangkan untuk mendapatkan bantuan dari konselor atau psikolog anak. Terapi dapat membantu anak-anak mengatasi perasaan mereka dan memberikan strategi untuk menghadapi situasi sulit.
   - Grup Dukungan: Bergabung dengan grup dukungan bagi anak-anak dari broken home dapat memberikan mereka kesempatan untuk berbicara dengan orang lain yang mengalami hal serupa.

Contoh Kasus Nyata

Sebuah studi yang diterbitkan di Jurnal Psikologi Anak menemukan bahwa anak-anak yang mengalami perceraian orang tua menunjukkan peningkatan tingkat kecemasan dan depresi. Misalnya, seorang anak bernama Aisha, yang berusia 10 tahun, mengalami kesulitan tidur dan sering merasa cemas setelah orang tuanya bercerai. Dengan dukungan dari konselor sekolah dan rutinitas harian yang stabil, Aisha perlahan mulai merasa lebih tenang dan mampu berprestasi lebih baik di sekolah.

Perspektif dan Sudut Pandang

Sebagai penulis, penting untuk melihat masalah broken home dari sudut pandang anak-anak. Mereka adalah korban yang tidak bersalah dalam situasi ini, dan perasaan mereka perlu diakui dan dihargai. Orang tua dan masyarakat harus berusaha memahami dampak emosional yang dirasakan oleh anak-anak dan memberikan dukungan yang mereka butuhkan.

 Pesan Moral

Broken home bisa menjadi situasi yang sangat menantang bagi anak-anak, namun dengan pendekatan yang tepat, dampak buruknya dapat diminimalkan. Penting bagi kita sebagai orang dewasa untuk selalu mendengarkan dan memahami perasaan anak-anak, memberikan mereka cinta dan dukungan yang tak terbatas. Anak-anak adalah masa depan kita, dan menjaga kesehatan emosional dan psikologis mereka adalah tanggung jawab kita bersama.

Dengan perhatian dan kasih sayang yang tepat, anak-anak dari broken home dapat tumbuh menjadi individu yang kuat, resilien, dan penuh harapan. Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung dan penuh kasih bagi anak-anak kita, apapun situasi keluarga mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun