Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai peserta didik. Namun, menulis bukanlah suatu kegiatan yang mudah dilakukan karena menuntut kemampuan berpikir kritis. Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara aktif, efektif dan logis, dapat berkembang, memiliki kepekaan terhadap sekitar, dan memberikan penilaian terhadap suatu hal dengan objektif (Sari, 2019: 51). Kemampuan tersebut perlu ditingkatkan agar peserta didik dapat menghadapi tantangan zaman. Salah satunya dengan mengonstruksi teks ceramah.Â
Teks  ceramah  merupakan  sebuah  teks  yang  berguna  untuk  meyampaikan sebuah  informasi  mengenai  suatu  pengetahuan  atau  nasihat  yang  diungkapkan  kepada penerima informasi (Sari dkk via Putri, 2022: 2). Informasi yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh pendengar apabila isinya sistematis dan logis. Berdasarkan hal itu, peserta didik dapat dilatih mengonstruksi teks ceramah sehingga tujuan dari ceramahnya dapat tercapai.
Kenyataannya, melatih peserta didik mengonstruksi teks ceramah tidaklah mudah karena banyak peserta didik yang mengalami kesulitan dalam menentukan ide, menuangkan ide ke dalam tulisan, hingga mengembangkan ide menjadi teks ceramah. Kesulitan itu harus diatasi oleh pendidik agar peserta didik dapat menciptakan karya yang kreatif dan inovatif. Upaya menciptakannya, tidak lepas dari tugas pendidik. Pendidik harus memfasilitasi pembelajaran yang merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dan kreatif. Rangsangan dapat dilakukan pendidik dengan menggunakan model pembelajaran inovatif. Selain itu, metode pembelajaran pun harus variatif.
Model pembelajaran yang dapat digunakan pendidik dalam mengonstruksi teks ceramah yakni model PjBL. Model PjBL (Project Based Learning) adalah sebuah model pembelajaran yang membimbing peserta didik untuk menghasilkan produk (Pohan via Agintayani, 2022: 472). Model  ini  efektif dan ideal karena dapat memenuhi tujuan pendidikan abad-21 yakni  melibatkan  prinsip  4C,  yaitu  berpikir kritis (Critical thinking), komunikasi (Communication), kolaborasi (Collaboration), dan kreativitas (Creativivity). Penerapan model PjBL, diawali dengan peserta didik diberi pertanyaan mendasar terkait proyek yang harus diselesaikan.Â
Kemudian, peserta didik membentuk kelompok belajar diikuti dengan pembagian kerja tim dan penyusunan jadwal penyelesain proyek. Selanjutnya, peserta didik diskusi dan mencari informasi terkait misi penyelesaian proyek. Berikutnya, peserta didik mempresentasikan hasil pengerjaan proyek untuk dievaluasi pengalaman belajarnya.
Model PjBL tercapai apabila dibarengi dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat. Salah satu metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk kegiatan mengonstruksi teks ceramah yaitu metode Tumbaske. Metode Tumbaske merupakan akronim dari TUjuan, Masalah, Beragumentasi, Akhiri dengan Simpulan dan atau Saran, dan KEmbangkan. Adapun cara penerapan metode Tumbaske sebagai berikut.
1.Tujuan
Sebelum membuat teks ceramah, tentukan tujuan teks ceramah yang dapat berupa informatif, persuasif, atau rekreatif.
2.Masalah
Tahap ini, tentukan masalah yang akan dibahas. Pilihlah masalah yang menarik dan pastikan paham dengan masalah yang dibahas. Jangan lupa, pilih masalah yang aktual.
3.Berargumentasi