Mohon tunggu...
Siti JanatunAniah
Siti JanatunAniah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Mercu Buana Jakarta

NIM: 55521120068 - Magister Akuntansi - Fakultas Ekonomi dan Bisnis - Universitas Mercu Buana - Dosen: Prof. Dr, Apollo, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Model Pemeriksaan Penagihan Pajak Trans Substansi Pemikiran Aristotle

22 Desember 2024   05:55 Diperbarui: 22 Desember 2024   05:55 22
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

WHAT

Konsep pemikiran aristotle


Aristoteles, seorang filsuf Yunani Kuno yang hidup pada abad ke-4 SM, sering dianggap sebagai salah satu pemikir paling berpengaruh dalam sejarah. Pemikirannya mencakup berbagai bidang, mulai dari logika, metafisika, etika, hingga politik.
Konsep-konsep utama dalam pemikiran Aristoteles meliputi:
- Substansi dan Atribut: Aristoteles membedakan antara substansi (benda yang ada secara mandiri) dan atribut (sifat yang melekat pada substansi). Konsep ini menjadi dasar bagi pemahamannya tentang dunia fisik dan metafisik.
 - Empat Sebab: Aristoteles berpendapat bahwa segala sesuatu yang ada memiliki empat sebab: material (bahan pembentuk), formal (bentuk atau esensi), efisien (penyebab langsung), dan final (tujuan akhir).
 - Potensi dan Aktualitas: Segala sesuatu memiliki potensi untuk menjadi sesuatu yang lain. Misalnya, sebuah biji memiliki potensi untuk menjadi pohon. Aktualitas adalah realisasi dari potensi tersebut.
 - Etika Kebajikan: Etika Aristoteles berfokus pada pengembangan karakter atau kebajikan. Ia mengidentifikasi empat kebajikan utama, yaitu kebijaksanaan, keadilan, keberanian, dan pengendalian diri.
 - Politik: Bagi Aristoteles, manusia adalah makhluk sosial yang secara alami cenderung hidup berkelompok. Negara merupakan bentuk tertinggi dari kehidupan bermasyarakat, dan tujuan utama negara adalah mencapai kebahagiaan bersama bagi warganya.
Beberapa konsep penting lainnya dalam pemikiran Aristoteles:
 - Logika: Aristoteles mengembangkan sistem logika formal yang menjadi dasar bagi logika modern.
 - Metafisika: Ia menyelidiki sifat dasar realitas, termasuk pertanyaan tentang keberadaan Tuhan dan jiwa.
 - Biologi: Aristoteles melakukan pengamatan yang ekstensif terhadap dunia alam dan membuat kontribusi signifikan bagi perkembangan biologi.
Mengapa Pemikiran Aristoteles Penting?
 - Filsafat Barat: Pemikiran Aristoteles sangat berpengaruh pada perkembangan filsafat Barat. Banyak filsuf setelahnya, seperti Thomas Aquinas, membangun sistem filsafat mereka berdasarkan pemikiran Aristoteles.
 - Ilmu Pengetahuan: Konsep-konsep Aristoteles tentang sebab-sebab dan potensi-aktualitas masih relevan dalam ilmu pengetahuan modern.
 - Etika: Etika kebajikan Aristoteles terus menjadi topik yang relevan dalam diskusi tentang etika dan moralitas.
 - Politik: Pemikiran Aristoteles tentang politik masih relevan dalam membahas pertanyaan tentang bentuk pemerintahan yang ideal dan tujuan negara.

Apakah model pemeriksaan penagihan pajak?

Model Pemeriksaan Penagihan Pajak adalah suatu kerangka kerja atau pendekatan sistematis yang digunakan oleh otoritas pajak dalam melakukan pemeriksaan terhadap kewajiban pajak wajib pajak dan menagih pajak yang terutang. Model ini dirancang untuk memastikan bahwa setiap wajib pajak membayar pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sehingga penerimaan negara dari sektor pajak dapat optimal.
Tujuan utama dari model pemeriksaan penagihan pajak adalah:
 - Mencegah dan menindak praktik penghindaran pajak: Dengan melakukan pemeriksaan secara berkala dan mendalam, otoritas pajak dapat mengidentifikasi dan mencegah tindakan-tindakan yang bertujuan untuk mengurangi atau menghindari kewajiban pajak.
 - Meningkatkan kepatuhan wajib pajak: Melalui pemeriksaan, wajib pajak diharapkan menjadi lebih patuh terhadap peraturan perpajakan dan melaporkan serta membayar pajak secara benar.
 - Menjaga keadilan: Setiap wajib pajak harus diperlakukan sama di hadapan hukum pajak. Model pemeriksaan yang baik akan memastikan bahwa tidak ada diskriminasi dalam penerapan ketentuan perpajakan.
 - Meningkatkan efisiensi: Model pemeriksaan yang efisien akan meminimalkan waktu dan biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu pemeriksaan.
Komponen Utama Model Pemeriksaan Penagihan Pajak:
 - Perencanaan Pemeriksaan: Tahap awal yang melibatkan pengumpulan informasi tentang wajib pajak, identifikasi risiko, dan penentuan fokus pemeriksaan.
 - Pelaksanaan Pemeriksaan: Tahap pelaksanaan pemeriksaan di lapangan, termasuk pengumpulan bukti, wawancara dengan wajib pajak, dan analisis data.
 - Penilaian: Tahap evaluasi atas hasil pemeriksaan, identifikasi ketidaksesuaian, dan perhitungan pajak yang terutang.
 - Penyelesaian: Tahap penyelesaian pemeriksaan, termasuk penerbitan surat ketetapan pajak (SKP) dan tindak lanjut terhadap keberatan atau banding.
 - Penagihan: Proses penagihan pajak yang terutang, baik secara sukarela maupun paksa.
Berbagai Model Pemeriksaan Penagihan Pajak:
Terdapat berbagai model pemeriksaan penagihan pajak yang dapat diterapkan, antara lain:
 - Model berbasis risiko: Pemeriksaan difokuskan pada wajib pajak dengan risiko tinggi melakukan tindak pidana pajak.
 - Model berbasis sektor: Pemeriksaan dilakukan secara khusus pada sektor-sektor tertentu yang dianggap memiliki risiko tinggi.
 - Model berbasis compliance: Pemeriksaan dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak secara keseluruhan.
Pentingnya Model Pemeriksaan Penagihan Pajak:
Model pemeriksaan penagihan pajak yang baik sangat penting bagi keberhasilan administrasi perpajakan. Model yang efektif akan meningkatkan penerimaan negara, meningkatkan kepatuhan wajib pajak, dan menjaga keadilan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Model:
 - Tujuan pemeriksaan: Setiap model memiliki tujuan yang berbeda, sehingga pemilihan model harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai.
 - Sumber daya: Ketersediaan sumber daya manusia dan teknologi akan mempengaruhi pemilihan model.
 - Karakteristik wajib pajak: Karakteristik wajib pajak, seperti ukuran, sektor usaha, dan sejarah kepatuhan, juga perlu dipertimbangkan.
 - Perkembangan teknologi: Penggunaan teknologi informasi dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pemeriksaan pajak.

WHY

Mengapa memerlukan model pemeriksaan penagihan pajak?

Mengapa Memerlukan Model Pemeriksaan Penagihan Pajak?
Model pemeriksaan penagihan pajak adalah suatu kerangka kerja yang sangat penting dalam sistem perpajakan suatu negara. Keberadaannya sangat diperlukan karena beberapa alasan utama:
1.  Menjamin Keadilan dan Kesetaraan:
   - Perlakuan yang Sama: Model ini memastikan bahwa semua wajib pajak, baik individu maupun perusahaan, diperlakukan secara adil dan setara dalam proses pemeriksaan dan penagihan pajak. Tidak ada pihak yang diistimewakan atau dirugikan.
   - Transparansi: Proses pemeriksaan yang terstruktur dan transparan akan meminimalkan terjadinya tindakan diskriminasi atau favoritisme.
 2.  Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak:
   - Efek Jera: Adanya model pemeriksaan yang jelas dan konsisten akan memberikan efek jera bagi wajib pajak yang ingin menghindari kewajiban pajaknya. Mereka akan lebih terdorong untuk patuh karena menyadari risiko yang akan dihadapi jika melakukan pelanggaran.
   - Pendidikan Pajak: Melalui proses pemeriksaan, wajib pajak akan lebih memahami peraturan perpajakan dan kewajibannya. Hal ini akan meningkatkan kesadaran dan kepatuhan mereka dalam jangka panjang.
 3. Optimalkan Penerimaan Negara:
   - Mencegah Penghindaran Pajak: Model pemeriksaan yang efektif dapat mengidentifikasi dan mencegah praktik penghindaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak.
   - Menagih Tunggakan Pajak: Dengan adanya model ini, tunggakan pajak dapat ditagih secara lebih efektif, sehingga penerimaan negara dapat meningkat.
 4.  Efisiensi dan Efektivitas:
   - Standarisasi Prosedur: Model pemeriksaan yang terstandarisasi akan membuat proses pemeriksaan menjadi lebih efisien dan efektif.
   - Penggunaan Teknologi: Dengan memanfaatkan teknologi informasi, proses pemeriksaan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan akurat.
 5. Akuntabilitas:
   - Transparansi: Model pemeriksaan yang baik akan menciptakan transparansi dalam proses pemeriksaan, sehingga dapat dipertanggungjawabkan secara publik.
   - Evaluasi Kinerja: Model ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengevaluasi kinerja petugas pajak dan melakukan perbaikan jika diperlukan.
Singkatnya, model pemeriksaan penagihan pajak diperlukan untuk:
 - Menjaga keadilan dan kesetaraan dalam perpajakan.
 - Meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
 - Mengoptimalkan penerimaan negara.
 - Meningkatkan efisiensi dan efektivitas administrasi perpajakan.
 - Menjamin akuntabilitas dalam pelaksanaan tugas perpajakan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model pemeriksaan penagihan pajak adalah fondasi yang kuat bagi sistem perpajakan yang sehat dan berkelanjutan.

HOW

Model Pemeriksaan Penagihan Pajak Trans-substansi Pemikiran Aristoteles:

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Sumber: Dokpri
Sumber: Dokpri

Konsep Dasar
Model pemeriksaan penagihan pajak trans-substansi ini merupakan sebuah pendekatan yang mengintegrasikan filsafat Aristoteles, khususnya konsep substansi dan aksiden, ke dalam praktik pemeriksaan dan penagihan pajak. Tujuannya adalah untuk menciptakan sistem perpajakan yang lebih mendalam, adil, dan efektif.
Konsep Substansi dalam Pajak
 - Substansi Pajak: Dalam konteks pajak, substansi dapat diartikan sebagai inti dari kewajiban perpajakan. Ini mencakup aspek-aspek seperti jenis pajak, dasar pengenaan pajak, tarif pajak, dan masa pajak. Substansi ini bersifat tetap dan menjadi landasan dari perhitungan pajak.
 - Aksiden Pajak: Aksiden adalah sifat-sifat yang melekat pada substansi pajak. Contohnya adalah jumlah pajak yang terutang, metode pembayaran, atau objek pajak yang spesifik. Aksiden dapat berubah-ubah tergantung pada kondisi dan situasi yang ada.
Penerapan Konsep Aristoteles dalam Pemeriksaan Pajak
 - Analisis Substansi: Pemeriksaan pajak dimulai dengan menganalisis substansi dari kewajiban pajak wajib pajak. Hal ini melibatkan identifikasi jenis pajak yang dikenakan, dasar pengenaan pajak, dan peraturan perpajakan yang relevan.
 - Evaluasi Aksiden: Setelah substansi dipahami, langkah selanjutnya adalah mengevaluasi aksiden-aksiden yang terkait. Misalnya, apakah jumlah pajak yang dilaporkan sudah sesuai dengan dasar pengenaan pajak dan tarif yang berlaku? Apakah metode pembayaran yang digunakan sudah sesuai dengan ketentuan?
 - Pencarian Penyimpangan: Jika terdapat perbedaan antara substansi dan aksiden yang dilaporkan dengan ketentuan yang berlaku, maka dapat disimpulkan adanya penyimpangan atau ketidaksesuaian.
 - Penentuan Tindakan Korektif: Berdasarkan hasil analisis, petugas pajak dapat mengambil tindakan korektif yang sesuai, seperti melakukan penyesuaian terhadap jumlah pajak yang terutang atau memberikan sanksi administratif.
Keunggulan Model Trans-substansi
 - Analisis Mendalam: Model ini mendorong petugas pajak untuk melakukan analisis yang lebih mendalam terhadap setiap kasus pajak, tidak hanya sekedar memeriksa angka-angka.
 - Keadilan: Dengan fokus pada substansi dan aksiden, model ini membantu memastikan bahwa setiap wajib pajak dikenakan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak ada diskriminasi.
 - Efisiensi: Model ini dapat meningkatkan efisiensi pemeriksaan karena petugas pajak dapat langsung mengidentifikasi akar permasalahan.
 - Transparansi: Proses pemeriksaan menjadi lebih transparan karena setiap langkah analisis dapat dijelaskan secara logis.
Contoh Penerapan
Misalnya, dalam memeriksa pajak penghasilan perusahaan, petugas pajak akan menganalisis substansi dari jenis usaha yang dilakukan perusahaan, dasar pengenaan pajak yang berlaku, dan tarif pajak yang diterapkan. Kemudian, petugas pajak akan mengevaluasi aksiden seperti jumlah pendapatan, biaya-biaya yang dapat dikurangkan, dan metode perhitungan depresiasi. Jika ditemukan perbedaan antara substansi dan aksiden yang dilaporkan, maka petugas pajak dapat melakukan penyesuaian terhadap penghasilan kena pajak dan jumlah pajak yang terutang.
Kesimpulan
Model pemeriksaan penagihan pajak trans-substansi menawarkan pendekatan yang lebih filosofis dan mendalam dalam pelaksanaan tugas perpajakan. Dengan mengadopsi konsep substansi dan aksiden dari Aristoteles, petugas pajak dapat melakukan analisis yang lebih komprehensif dan akurat, sehingga menghasilkan keputusan yang lebih adil dan obyektif.
Penting untuk diingat bahwa model ini bukanlah satu-satunya model yang dapat diterapkan dalam pemeriksaan pajak. Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, dan pemilihan model yang tepat akan tergantung pada kondisi dan kebutuhan spesifik dari masing-masing negara atau wilayah.

Sumber
1.⁠ ⁠Aristotle. (1985). "Nicomachean Ethics".
2.⁠ ⁠COSO (Committee of Sponsoring Organizations). (2004). "Enterprise Risk Management".
3.⁠ ⁠ISO 31000. "Risk Management".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun