"Kalau Doni, bagaimana?"
"Doni, Yah?"
"Pacarmu?"
Hah? Pacar?
"Yah, udah deh!" Ayah tertawa sangat riang. Sulit untuk membendung air mata ini. "Yah, memang kenapa si Don? Kenapa Ayah sampai mikir kami pacaran?"
"Tadi Doni datang ke rumah. Katanya, dia mau nyampein sesuatu yang dia sempet lupa ngasih tau ke kamu."
Aku ga bisa menahan tawa membayangkan bagaimana sekiranya Doni berkata seperti itu kepada Ayah. "Dia bener-bener ga punya malu ya, Yah..."
"Itu bagus namanya. Kamu juga perlu tau rasanya pacaran itu seperti apa. Kamu bahkan bisa ketawa lebih keras lagi. Ga cuma ngebayangin terus diketawain."
"Ayah ada-ada aja..."
***
Rerumputan hijau... Aku berbaring di atasnya. Angin menyapu rambutku halus. Suara riak sungai di tepi jurang kali kecil, dan desiran suara rel kereta api yang bergesek dengan pasir-pasir tambang... Jauh di sana...Â