Hanya tetanggaku... Doni, si tukang ngebuntut.Â
"Oi!" aku memberinya salam dengan yah... Hanya mengangkat tanganku yang malas ini. Aku melanjutkan jalanku, setelah jarakku bisa ia susul.
"Masih sendiri aja kamu ya, hehe," dia menyembunyikan tangan kirinya di belakang kepalanya, sambil malu-malu, "apa ayahmu masih ga ngasih pacaran, La?"
"Ga," aku menyembunyikan wajahku, karena aku selalu merasa aneh, ketika dia tanya begitu. "Ini pertanyaan yang sering banget kamu tanyaain deh ke aku." Aku melihat ke wajahnya. Datar, akhirnya. "Memang ini buruk, ya, kalau aku belum punya? Lagian, aku kan pernah bilang, kalau aku itu ga mau pacaran! Lagi-lagi kamu tanya gitu. Bosen tau!"
"Di usiamu yang setua ini masih ga mau pacaran?"
"Yoi. Memang kenapa?"
"Aneh aja..."
"Udah deh... Kalau kamu naksir aku langsung aja bilang. Kamu ini pasti kalau nanyain yang beginian terus pasti ada maunya, ya kan?" Aku tertawa lepas, dan sedikit melihat ke arahnya, "Udah-udah! Ga usah dipikirin! Lagian ya, aku itu nanti malah bikin napasmu semakin buruk."
Setiap hari aku kembali sendiri, dan dia tidak berubah. Dia tidak menemuiku dari saat itu... Namun, tetap saja dia seakan selalu mengawasiku... Tersenyum...Â
***
"Hai," dia berbisik di telingaku.