Mohon tunggu...
Pendidikan

Tanggung Jawab Kaum Intelektual dan Wajah Organisasi Farmasi

31 Desember 2018   13:07 Diperbarui: 31 Desember 2018   13:24 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Ada pepatah yang mengatakan tak kenal maka tak sayang, tak sayang maka tak cinta. maka dari itu untuk memperluas pertemana perkenalkan nama Saya Siti Fatimah AnggraenI Bahar dari Fakultas Farmasi-Universitas Hasanuddin Makassar

Pada artikel ini, saya membahas tentang Tanggung Jawab kaum Intelektual dan Wajah OrganisasI Farmasi. Pertama saya akan membahas terlebih dahulu tentang Tanggung Jawab Kaum Intelektual.

Apasih itu kaum inteletual? apakah inteltual itu? Bisakah kaum intelektual bersikap netral? Tidak bisa. George Orwell, novelis Inggris yang terkenal itu, malah mengaku bahwa titik awalnya ketika menulis selalu pada keberpihakan. Orwell sendiri dikategorikan sebagai novelis yang teguh menentang segala bentuk ketidakadilan dan otoritarianisme.

Bahkan, kata Orwell, pendapat bahwa pengetahuan harus bebas dari politik adalah sebuah sikap politik. Artinya, tidak ada produk pengetahuan, termasuk buku-buku maupun setumpuk artikel di internet, yang benar-benar murni dan bebas dari sebuah keberpihakan politik.

Intelektual tidak lahir dari ruang bebas. Sastrawan terkemuka Indonesia, Pramoedya Ananta Toer, pernah bilang, "semua yang terjadi di bawah kolong langit ini adalah urusan setiap orang yang berfikir." Dengan demikian, adalah absurd untuk memagari ilmu pengetahuan dari berbagai persoalan kehidupan.

Indonesia, salah satu negeri di bawah kolong langit ini, punya begitu banyak persoalan yang melilit kehidupan rakyatnya. Hampir setiap hari kita bisa menyaksikan berbagai ketidakadilan di negeri ini. Anda tidak butuh waktu lama duduk manis di depan TV bila hanya untuk menyimak berbagai kejadian yang menyayat rasa keadilan dan kemanusiaan.

Semua kejadian itu menohok rasa kemanusiaan kita. Pram pernah bilang, "kalau kemanusiaan tersinggung, semua orang yang berperasaan dan berfikiran waras ikut tersinggung, kecuali orang gila dan orang yang berjiwa kriminal, biarpun dia sarjana."  Artinya, Pram mengingatkan, tugas seorang intelektual adalah membela kemanusiaan.

Apa yang kita tuntut dari kaum intelektual? Menjawab hal itu, Noam Chomsky dalam The Responsibility of Intellectuals mengatakan, seorang intelektual dengan status istimewanya berkewajiban memajukan kebebasan, keadilan, kemanusiaan, dan perdamaian. Kata Chomsky, kaum intelektual tidak sekedar bertugas menyingkap kebohongan penguasa, tetapi juga menjelaskan sejauh apa kita terlibat dalam kejahatan itu dan bagaimana menghentikannya.

Di Indonesia, kaum intelektual sulit menjalankan fungsi ini. Maklum, sebagian besar kaum intelektual Indonesia adalah keluaran Universitas. Sementara hampir semua Universitas di Indonesia telah kehilangan daya kritisnya sejak orde baru hingga sekarang ini. Ide-ide yang dikembangkan di Universitas hanyalah ide-ide yang sejalan dengan kepentingan penguasa

Selama puluhan tahun, seperti dikatakan Daniel Dhakidae dalam "Cendekiawan Dan Kekuasaan Dalam Negara Orde Baru", sebagian besar intelektual menjadi pendukung propaganda dan kebohongan orde baru. Mereka turut menutup rapat kejahatan orde baru sejak 1965 hingga 1998. Kita tahu, kebijakan pembangunan rezim orde baru dirancang oleh segerombolan teknokrat didikan barat. Mereka sering disebut "mafia barkeley".

Mafia Barkeley memaksakan keyakinan mereka: kebebasan pasar dan peran minimum negara. Namun, baik dalam sejarah perekonomian dunia maupun perekonomian Indonesia, teori itu terbukti gagal. Berbagai krisis besar dunia, seperti depresi besar 1930-an.

Lantas, intelektual yang bagaimana yang diharapkan?

Mengutip Lenin, Althusser bilang, intelektual memang bisa mengambil posisi revolusioner dan berani. Namun, sebagai massa, mereka tetap saja sebagai borjuis kecil dalam ideologi. Maxim Gorky, sastrawan yang dikagumi Lenin itu, masih dianggap borjuis kecil revolusioner. Kata Althusser, untuk menjadi ideologis klas pekerja, atau intelektual organik klas pekerja (Gramsci), kaum intelektual harus melakukan revolusi radikal dalam ide-ide mereka. Dan itu memerlukan proses reedukasi, panjang, dan menyakitkan.

Pram pernah bilang, "sesederhana-sederhana cerita yang ditulis, dia mewakili pribadi individu atau malahan bisa juga bangsanya." Kan begitu kawan-kawan? dan yang kedua, Saya akan membahas tentang Wajah Organisasi Farmasi

Wajah organisasi farmasi? Apa saja organisasi farmasi?

Banyak orang diluar sana yang mengganggap bahwa Organisasi itu hanya buang buang waktu, Orang orang yang ikut dalam Organisasi itu Akademiknya bakalan hancur. Tapi itu hanya pemikiran atau anggapan orang orang yang mengutamakan nilai dibandingan skill yang da miliki. terdapat perbedaan yang sangat mendasar antara orang yang berorganisasi dan tidak berorganisasi:

1. Organisasi dapat melatih soft skill, yang sangat di butuhkan saat kita sudah memasuki dunia kerja

2. Organisasi dapat menambah jaringan sehingga mudah mendapatkan pekerjaan

3. Organisasi dapat menambah pengalaman yang tidak akan kita dapat dalam PBM

Jadi, jangan selalu berfikir bahwa masuk di sebuah organisasi membuat kita menjadi sulit, sebelum mencobanya buktikan terlebih dahulu bahwa terdapat banyak keuntungan di dalamnya. Organisasi farmasi, KEMAFAR UH. KEMAFAR UH atau Keluarga Mahasiswa Farmasi Univesitas Hasanuddin, berdiri sejak tanggal 17 Agustus 1963 di Makassar. Yang merupakan organisasi mahasiswa intra-universitas yang berkedudukan di Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin dan mempunyai tujuan membentuk mahasiswa menjadi insan yang beriman dan bertakwa, berwawasan, mandiri, dan berjiwa sosial.

KEMAFAR-UH mempunyai kekuasaan tertinggi di tangan anggota yang dilaksanakan melalui KONGRES maupun KONGRES LUAR BIASA. Secara struktural KEMAFAR-UH terdiri dari Badan Eksekutif Mahasiswa sebagai pelaksana harian organisasi KEMAFAR-UH selama satu periode kepengurusan yang di dalamnya terdapat UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) sebagai wadah anggota keluarga untuk menyalurkan minat dan bakatnya masing-masing di berbagai macam bidang, misalnya bidang kemanusiaan, olahraga, seni, jurnalistik, keilmiahan, serta bidang-bidang lain yang dianggap perlu yang bersifat semi-otonom yang bertanggung jawab langsung pada Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) KEMAFAR-UH. 

1. kongres = pemilihan yang dilakukan secara biasa

2. kongres luar biasa = pemilihan yang dilakukan untuk memilih pemimpin jika terdapat suatu hal

3. KPU = bagian yang mengurus pemilihan

Dari ketiga di atas, terdapat 3 bagian yaitu BEM, MAPERWA dan ANGGOTA

1. BEM adalah Badan Eksekutif Mahasiswa dan sebagai pelaksana eksekutif, dimana didalam BEM terdapat beberapa UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa ) yang berfungi untuk mengembangkan minat dan bakat dari anggota KEMAFAR UH, adapun UKM nya yaitu :

- PRC = yang bergerak di bidang kemanusiaan

- PHARCO = yang bergerak di bidang kesenian

- PSC = yang bergerak di bidang olahraga

- LEGE ARTIS = yang bergerak di bidang jurnalistik

- CRITIS = yang bergerak di bidang keilmuan

2. MAPERWA adalah bagian yang melaksanakan legislatif dan yudikatif, dimana MAPERWA bertugas untuk melakukan pengawasan pada BEM

3. ANGGOTA, terdapat 2 jenis anggota yaitu anggota biasa dan anggota luar biasa. anggota biasa adalah anggota yang masih berada pada pendidikan strata 1 dan anggota luar biasa adalah anggota yang sudah menjadi alumni Universitas Hasanuddin

Pada tahun 2007, farmasi pun menjadi fakultas sendiri sehingga HMF disini berubah menjadi BEM. adapun presiden BEM yang pernah menjabat yaitu :

-1985, Yagkin Padjalangi

-1991. Muhammad Kasim

-1992, Alvian

-1993, Burhanuddin

-1995, Ambo Intang

-1996, Anshar Saud

-1997, Sukri

-1998, Suhardiman

-1999, Haedir

-2000, Nur salam hamzah

-2001, Agus - Aiminullah

-2002, Islamuddin Ahmad

-2003, Cakrawardi

-2005, Surya Sumantri

-2006, Kaso

-2007, Muhammad Syaiful

-2008, Zulfikar Syamsi

-2010, Rudiarfiansyah

-2011, Irfan Ahmad

-2012, Budiman Yasir

-2013, Boby Sugara

-2014, Khaldun.

Demikianlah Artikel saya kali ini , Semoga bermanfaaat bagi para pembaca. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun