Peristiwa sejarah yang traumatis, seperti perang atau bencana alam, seringkali menjadi inspirasi bagi cerita horor. Misalnya, film-film horor tentang perang dunia seringkali menampilkan monster yang merepresentasikan trauma dan kekejaman perang.
Nilai-nilai sosial dan budaya yang berlaku dalam suatu masyarakat juga mempengaruhi cara monstrositas digambarkan. Misalnya, dalam budaya patriarki, perempuan seringkali digambarkan sebagai sosok yang jahat atau mengancam jika mereka melampaui peran gender yang diharapkan.
Film horor yang dibuat pada zaman yang berbeda akan memiliki representasi monstrositas yang berbeda pula. Misalnya, film horor pada era Victoria seringkali menggambarkan monstrositas sebagai simbol dari penindasan seksual, sementara film horor modern mungkin lebih fokus pada ketakutan terhadap teknologi atau perubahan iklim.
Budaya memainkan peran yang sangat penting dalam membentuk representasi monstrositas dalam film horor. Dengan memahami konteks budaya di mana film tersebut dibuat, kita dapat lebih memahami makna yang terkandung di balik monster-monster yang ditampilkan. Selain itu, dengan membandingkan representasi monstrositas dari berbagai budaya, kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang ketakutan-ketakutan universal yang dimiliki.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H