Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Apa itu Monstrositas?

17 Januari 2025   10:42 Diperbarui: 17 Januari 2025   10:43 16
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Monstrositas adalah konsep yang kompleks dan multidimensi, yang telah menjadi subjek kajian mendalam dalam berbagai disiplin ilmu. Konsep ini tidak hanya merujuk pada makhluk fisik yang mengerikan, melainkan juga pada kondisi sosial ataupun tindakan yang dianggap mengerikan atau mengerikan.

Monstrositas, Analisis dalam Disiplin Ilmu

Konsep monstrositas telah menjadi subjek kajian mendalam bagi berbagai disiplin ilmu. Filsuf seperti Sartre, Foucault, dan Arendt telah menganalisis dimensi moral dan politik dari kejahatan yang seringkali dikaitkan dengan monstrositas. Sejarawan mencatat peristiwa-peristiwa sejarah kelam yang melibatkan kejahatan massal sebagai manifestasi konkret dari konsep ini. Sosiolog menggali proses sosial yang memungkinkan terjadinya tindakan kejam, sementara psikolog mendalami faktor-faktor psikologis yang mendorong individu untuk melakukan perbuatan keji. Freud dan Kristeva, masing-masing dari perspektif psikoanalisis dan filsafat, mengaitkan monstrositas dengan dorongan-dorongan primitif, ketakutan, dan ancaman terhadap identitas. Creed, dengan fokus pada gender, menyoroti bagaimana konstruksi sosial tentang feminitas seringkali dikonstruksi sebagai "monstrous" ketika perempuan melampaui norma-norma yang telah ditetapkan.

Konsep monstrositas telah menjadi subjek kajian mendalam bagi berbagai disiplin ilmu, dari filsafat hingga psikologi. Para ahli telah menggali akar-akar ketakutan manusia yang mendalam, mencari tahu mengapa kita begitu terpesona dan sekaligus ngeri dengan hal-hal yang dianggap mengerikan. Dalam dunia sinema, khususnya film horor, monstrositas menjadi alat yang ampuh untuk merangsang emosi penonton. Monster-monster yang menghantui layar lebar seringkali menjadi cerminan dari kegelisahan dan kekhawatiran yang kita rasakan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui lensa film horor, kita dapat melihat bagaimana konsep monstrositas yang abstrak diwujudkan dalam bentuk visual yang konkret, sekaligus menjadi katalisator bagi eksplorasi psikologis yang lebih dalam.

Konsep monstrositas, yang telah lama pusat perhatian berbagai disiplin ilmu, telah menemukan wujud yang paling konkret dan mencolok dalam dunia sinema, khususnya film horor. Dari ruang-ruang kuliah hingga layar lebar, para ahli dan pembuat film telah berkolaborasi dalam mengeksplorasi kedalaman dan kompleksitas ketakutan manusia. Monster-monster yang menghantui layar lebar bukan sekadar hasil imajinasi semata, melainkan representasi visual yang hidup dari konsep-konsep abstrak yang telah dikaji oleh para filsuf, psikolog, dan sosiolog. Melalui film horor, kita dapat melihat bagaimana teori dan praktik saling melengkapi, di mana konsep-konsep teoritis mengenai monstrositas diwujudkan dalam bentuk visual yang memukau sekaligus mengusik.

Namun, persepsi individu terhadap monstrositas bukanlah hal yang statis, melainkan dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks. Pengalaman pribadi, latar belakang budaya, konteks sosial, bahkan faktor biologis turut membentuk bagaimana seseorang merespons dan mendefinisikan apa yang dianggap mengerikan. Dengan demikian, pengalaman menonton film horor menjadi sebuah peristiwa yang sangat personal, di mana setiap penonton membawa serta bagasi pengalaman dan perspektif yang unik.

Pengalaman menonton film horor memicu berbagai respons psikologis yang kompleks, melampaui sekadar rasa takut dan ketegangan. Di balik sensasi mengerikan, film horor juga dapat menjadi katalis bagi eksplorasi emosi yang lebih dalam, memungkinkan penonton untuk menghadapi dan memproses ketakutan, kecemasan, dan bahkan trauma yang mungkin terpendam. Selain itu, film horor seringkali berfungsi sebagai cerminan dari realitas sosial, menyajikan alegori tentang bahaya-bahaya yang mengintai di dunia nyata. Dengan demikian, film horor tidak hanya menghibur, tetapi juga merangsang pemikiran kritis dan empati pada penonton.

Pengaruh Budaya terhadap Representasi Monstrositas dalam Film Horor

Budaya memiliki peran yang sangat signifikan dalam membentuk persepsi kita terhadap apa yang dianggap mengerikan atau menakutkan. Hal ini juga berlaku dalam konteks film horor, di mana representasi monstrositas seringkali mencerminkan nilai-nilai, kepercayaan, dan ketakutan kolektif suatu budaya.

Berikut adalah beberapa cara budaya mempengaruhi representasi monstrositas dalam film horor , di antaranya sebagai berikut. 

Setiap budaya memiliki mite dan legenda tentang makhluk halus, roh jahat, atau monster yang dianggap mengancam. Makhluk-makhluk ini seringkali menjadi inspirasi bagi penciptaan monster dalam film horor. Contohnya, di Indonesia, kita mengenal pocong, kuntilanak, dan tuyul, sedangkan di Barat, ada vampir, werewolf, dan hantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun