Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Adakah Konfabulasi di Tempat Kerja?

3 Januari 2025   11:19 Diperbarui: 3 Januari 2025   11:19 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagai contoh, dalam kasus seorang karyawan yang sering membual tentang pencapaiannya, sulit untuk menentukan apakah itu murni konfabulasi atau upaya untuk meningkatkan citra diri. Jika karyawan tersebut menunjukkan tanda-tanda kecemasan atau ketidakamanan, kemungkinan besar ia sedang berkonfabulasi untuk mengatasi perasaan tidak mampu. Namun, jika ia terlihat sangat percaya diri dan bahkan mendapatkan keuntungan dari kebohongannya, maka kemungkinan besar itu adalah kebohongan yang disengaja. Penting untuk diingat bahwa konfabulasi dan kebohongan yang disengaja seringkali saling tumpang tindih. Dalam beberapa kasus, seseorang mungkin memulai dengan konfabulasi yang kemudian berkembang menjadi kebohongan yang disengaja seiring berjalannya waktu. Oleh karena itu, dalam menghadapi situasi seperti ini, diperlukan penilaian yang hati-hati dan komprehensif.

Ada beberapa kasus yang dapat menjadi refleksi kita bersama. Kasus-Kasus Konfabulasi 

  • Seorang programmer muda di sebuah startup teknologi terkenal sering kali membual tentang proyek-proyek besar yang telah ia kerjakan di perusahaan sebelumnya, meskipun tidak ada bukti yang mendukung klaimnya. Ia juga sering kali mengklaim telah menemukan solusi inovatif untuk masalah-masalah kompleks dalam waktu yang sangat singkat. Namun, ketika diminta untuk menjelaskan secara detail atau menunjukkan hasil kerjanya, ia selalu mengelak dengan alasan kerahasiaan proyek. Karyawan ini mendapatkan kepercayaan yang berlebihan dari atasannya, sehingga ia diberikan tanggung jawab yang lebih besar. Namun, ketika proyek-proyek yang ia tangani mengalami kendala, baru terungkap bahwa ia tidak memiliki kemampuan yang diklaimnya. Hal ini menyebabkan kerugian finansial dan reputasi bagi perusahaan.

  • Seorang trader di sebuah perusahaan investasi besar selalu berhasil mencapai target penjualan dan mendapatkan bonus yang besar. Namun, setelah beberapa waktu, rekan kerjanya mulai curiga karena ia sering kali membuat keputusan investasi yang berisiko tinggi tanpa melakukan analisis yang mendalam. Setelah dilakukan audit internal, terungkap bahwa trader tersebut telah memanipulasi data untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik. Perusahaan mengalami kerugian finansial yang besar akibat keputusan investasi yang salah. Selain itu, reputasi perusahaan di mata investor juga tercoreng.

  • Seorang peneliti di sebuah perusahaan farmasi terkenal mengklaim telah menemukan obat baru yang sangat efektif untuk menyembuhkan penyakit langka. Ia mempresentasikan hasil penelitiannya dalam konferensi internasional dan menarik perhatian banyak pihak. Namun, ketika penelitiannya diaudit oleh peer review, ditemukan banyak ketidaksesuaian dan manipulasi data. Perusahaan harus menarik kembali klaimnya dan menghadapi tuntutan hukum dari pasien yang berharap pada obat tersebut. Selain itu, reputasi perusahaan sebagai pemimpin dalam bidang farmasi juga tercoreng.

  • Seorang pejabat pemerintah sering kali membual tentang keberhasilan program-program yang ia pimpin, meskipun data yang tersedia menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Ia juga sering kali menunda-nunda penyelesaian tugas dengan alasan birokrasi yang rumit. Pelayanan publik menjadi terhambat, kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menurun, dan anggaran negara terbuang sia-sia.

  • Seorang petugas kesehatan di sebuah puskesmas kecil melaporkan angka vaksinasi yang jauh di atas target. Namun, ketika dilakukan audit mendadak, ditemukan banyak kartu vaksin yang kosong atau diisi dengan data yang tidak valid. Petugas tersebut mengaku terpaksa memalsukan data karena takut akan sanksi jika target vaksinasi tidak tercapai. Program imunisasi nasional menjadi tidak efektif, risiko penyakit menular meningkat, dan kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi menurun.

  • Seorang dosen di sebuah perguruan tinggi tinggi mengajukan proposal penelitian dengan janji akan menghasilkan temuan yang inovatif. Namun, setelah beberapa tahun, ia tidak dapat menunjukkan hasil penelitian yang signifikan. Terungkap bahwa dosen tersebut telah memalsukan data dan hasil penelitian untuk mendapatkan dana penelitian. Reputasi perguruan tinggi tercoreng, kepercayaan terhadap hasil penelitian menurun, dan sumber daya yang seharusnya digunakan untuk penelitian yang bermanfaat justru terbuang sia-sia.

  • Seorang pejabat pemerintah melaporkan bahwa proyek pembangunan infrastruktur telah selesai tepat waktu dan sesuai anggaran. Namun, ketika dilakukan pemeriksaan di lapangan, ditemukan bahwa proyek tersebut belum selesai dan banyak item yang tidak sesuai spesifikasi. Pejabat tersebut mengaku memalsukan laporan untuk mendapatkan promosi jabatan. Uang negara terbuang sia-sia, pembangunan infrastruktur terhambat, dan masyarakat dirugikan.

  • Seorang polisi memberikan kesaksian palsu dalam sebuah persidangan untuk memenangkan suatu kasus. Ia mengaku telah melihat tersangka melakukan tindakan kriminal, padahal hal tersebut tidak benar. Orang yang tidak bersalah dapat dihukum, kepercayaan masyarakat terhadap penegak hukum menurun, dan keadilan tidak terwujud.

  • Seorang karyawan pemasaran membuat laporan keberhasilan kampanye yang sangat mengesankan, dengan angka-angka penjualan yang jauh melampaui target. Namun, ketika tim audit memeriksa data mentah, ditemukan ketidaksesuaian yang signifikan. Karyawan tersebut kemudian mengaku telah "membumbui" sedikit data untuk membuat laporan terlihat lebih menarik. Kepercayaan klien dan manajemen terhadap tim pemasaran bisa terkikis. Selain itu, keputusan bisnis penting mungkin diambil berdasarkan data yang tidak akurat.

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    6. 6
    7. 7
    8. 8
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Worklife Selengkapnya
    Lihat Worklife Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun