Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kajian Antropologis tentang Eksotisme

8 Oktober 2024   09:33 Diperbarui: 8 Oktober 2024   09:39 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wisatawan seringkali mencari pengalaman yang "autentik", namun definisi autentik ini seringkali subjektif dan dapat berubah-ubah sesuai dengan keinginan pasar.

Dalam upaya memenuhi permintaan wisatawan, masyarakat lokal dapat dieksploitasi, baik secara ekonomi maupun budaya.

Wearing, bersama dengan banyak antropolog lainnya, mengkritik pariwisata massal karena cenderung homogenisasi budaya dan mengabaikan keberagaman. Ia mendorong pengembangan bentuk pariwisata yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab, seperti ekowisata atau wisata komunitas.

Aspek-aspek penting dalam kajian antropologis tentang eksotisme?

Dari beberapa referensi di atas kita dapat melihat beberapa aspek penting di antaranya: 

  • Eksotisme bukanlah sifat inheren dari budaya lain, melainkan konstruksi sosial yang dibentuk oleh perspektif dan pengalaman individu. Faktor-faktor seperti kolonialisme, perdagangan, dan media massa berperan dalam membentuk persepsi tentang "keasingan" dan "keunikan" budaya lain.
  • Eksotisme seringkali dikaitkan dengan representasi dan stereotip yang memperkuat perbedaan budaya dan menciptakan hierarki. Misalnya, representasi "primitif" atau "eksotis" tentang budaya non-Barat seringkali digunakan untuk melegitimasi dominasi kolonial.
  • Eksotisme dapat dikomoditasikan dan dikonsumsi dalam berbagai bentuk, seperti seni, musik, fashion, dan pariwisata. Komodifikasi eksotisme dapat menghasilkan keuntungan ekonomi, tetapi juga dapat memperkuat eksploitasi dan objektifikasi budaya lain.
  • Eksotisme dapat digunakan untuk mendefinisikan identitas dan perbedaan budaya. Misalnya, kelompok minoritas mungkin menggunakan eksotisme untuk menegaskan identitas mereka dan melawan dominasi budaya mayoritas.
  • Antropologi kritis berusaha untuk mendekonstruksi eksotisme dan mengungkap bagaimana konstruksi sosial ini dapat memperkuat ketidaksetaraan dan eksploitasi.

Prinsipnya, kajian antropologis tentang eksotisme memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang bagaimana budaya dikonstruksi, diwakili, dan dikonsumsi. Dengan memahami konstruksi sosial eksotisme, kita dapat mengkritik representasi yang merugikan dan mempromosikan pemahaman dan penghargaan yang lebih baik terhadap keragaman budaya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun