Menjelajahi Desa Rendu, Nagekeo: Sebuah PetualanganÂ
Minggu lalu, aku berkesempatan untuk mengunjungi Desa Rendu, sebuah desa kecil yang terletak di Kabupaten Nagekeo, Nusa Tenggara Timur. Perjalanan ini merupakan pengalaman yang tak terlupakan, di mana aku dapat merasakan langsung lanskap alam dan keramahan penduduk di desa ini.
Perjalanan Menuju Nagekeo
Mentari pagi menyinari wajahku, teriknya terasa berbeda dengan udara Jakarta yang selalu lembab. Aku berdiri di bandara kecil di Ende, Flores, menanti mobil yang akan mengantarku ke Nagekeo. Ini adalah perjalanan pertamaku ke pulau ini.
Untuk ke Nagekeo, aku menaiki pesawat yang tidak besar. Aku naik sebuah pesawat kecil dengan baling-baling dan badan pesawat berwarna putih sedang terparkir di sebuah gerbang di bandara kecil dengan bangunan kecil dari kayu dan papan nama bergaya vintage, diambil dengan depth of field yang dangkal untuk memberikan kesan sinematik.
Sebelum kunaiki, pesawat kecil itu nampak tenang di gerbang, baling-balingnya diam tak bergerak di udara yang tenang. Bandara itu kecil, hanya ada beberapa pesawat lain yang terlihat di landasan pacu. Langit mendung, dan hujan gerimis turun.
Aku melihat beberapa orang berkeliaran di bandara, menunggu penerbangan mereka. Seorang wanita muda dengan ransel berdiri di dekat jendela, memandang
keluar ke hujan. Seorang pria berjas berjalan mondar-mandir dengan gugup, memeriksa arlojinya. Pesawat kecil itu dijadwalkan berangkat dalam beberapa menit. Pilot sedang mempersiapkan pesawat untuk lepas landas, sementara kru darat sedang memuat bagasi.
Begitu kaki melangkah keluar dari pesawat, sambutan hangat Kota Kupang langsung terasa. Bandar Udara El Tari, dengan desain modernnya yang menawan, menjadi pintu gerbang utama bagi para wisatawan yang ingin menjelajahi keindahan Nusa Tenggara Timur.
Bangunan terminal yang megah dengan sentuhan khas lokal menyambut setiap pengunjung. Jalan-jalan yang tertata rapi dan bersih mengantar kita menuju area kedatangan. Tak perlu khawatir kepanasan, karena atap yang membentang luas melindungi kita dari terik matahari.
Semilir angin sejuk membawa aroma khas daerah ini, menggugah selera untuk segera menjelajahi berbagai destinasi wisata yang memukau. Mulai dari pantai-pantai eksotis dengan pasir putihnya yang lembut, hingga perbukitan hijau yang menjulang tinggi, semuanya dapat dengan mudah dijangkau dari Kupang.
Menuju Rendu, Nagekeo
Perjalanan menuju Desa Rendu memakan waktu sekitar 3 jam dari kota Ende. Sepanjang perjalanan, aku disuguhi pemandangan alam yang menakjubkan. Perbukitan hijau yang terhampar luas, pemandangan laut dan udara segar yang menyegarkan.Â
Nagekeo, sebuah kabupaten di Flores, terkenal dengan keindahan alamnya . Gunung-gunung menjulang tinggi dan hamparan sawah hijau yang membentang luas. Aku ingin merasakan sendiri pesona alamnya, menelusuri jalan setapak yang terjal, dan bercengkrama dengan penduduk lokal yang ramah.
Mobil melaju meninggalkan Ende, menyusuri jalan berkelok-kelok yang diapit oleh pegunungan. Semakin jauh kami melaju, semakin terasa suasana pedesaan yang tenang. Rumah-rumah sederhana dengan dinding bambu dan atap seng berjajar rapi di pinggir jalan. Anak-anak kecil berlarian dengan riang, menyapa kami dengan senyum yang tulus.
Sesampainya di Nagekeo, aku disambut oleh udara yang sejuk dan pemandangan yang menakjubkan. Di Nagekeo ini aku berkesempatan makan di warung yang menyediakan. Untuk pagi hari ada nasi kuning, untuk makan siang ada masakan Padang, dan untuk malam hari banyak penjual dengan masakan berbahan ikan segar.Â
Setibanya di Desa Rendu, aku disambut dengan hangat oleh penduduk setempat. Mereka ramah dan penuh keramahan, membuat aku merasa seperti di rumah sendiri. Desa ini memiliki suasana yang tenang dan damai, jauh dari hiruk pikuk perkotaan.
Aku melihat pembangunan waduk Mbay-Lambo, melihat beberapa petugas sedang mengukur tanah bersama masyarakat dan melihat proses pembangunan waduknya.Â
Aku juga berkesempatan untuk berinteraksi dengan penduduk lokal. Mereka sangat ramah dan hangat. Mereka mengajakku makan bersama, mencicipi makanan khas Nagekeo, seperti ubi rebus. Mereka juga bercerita tentang kehidupan mereka, tentang budaya dan tradisi mereka.
Perjalanan pertamaku ke Nagekeo sungguh tak terlupakan. Pengalaman aku di Desa Rendu sungguh tak terlupakan. aku merasakan keindahan alam dan keramahan penduduk. Aku merasakan keindahan alamnya yang masih perawan, keramahan penduduk lokal, dan kekayaan budaya yang terjaga. Aku pulang dengan hati yang penuh dengan kenangan indah dan rasa syukur.Â
Tips untuk mengunjungi Desa Rendu:
Perjalanan menuju Desa Rendu membutuhkan waktu yang cukup lama, jadi pastikan Anda memiliki waktu yang cukup.
 Siapkan pakaian yang nyaman dan sepatu yang kuat untuk menjelajahi alam.
 Bawalah perlengkapan mandi dan pakaian ganti jika Anda ingin berenang di air terjun.
 Hormati adat istiadat dan budaya penduduk setempat.
 Jangan lupa untuk membawa kamera untuk mengabadikan momen indah di Desa Rendu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H