Mohon tunggu...
Siti Khoirnafiya
Siti Khoirnafiya Mohon Tunggu... Lainnya - Pamong budaya

Antropolog, menyukai kajian tentang bidang kebudayaan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Apa Itu Burnout di Tempat Kerja? Tips?

22 Agustus 2024   22:00 Diperbarui: 22 Agustus 2024   23:42 42
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: dokumentasi penulis

Kata "burnout" dalam bahasa Inggris secara literal berarti "terbakar habis". Istilah ini awalnya digunakan dalam konteks mesin atau peralatan yang terlalu panas dan rusak akibat digunakan secara berlebihan.

Baru kemudian, istilah ini diadopsi untuk menggambarkan kondisi psikologis seseorang yang kelelahan secara fisik, emosional, dan mental akibat tekanan yang berkepanjangan. Herdberg adalah salah satu psikolog pertama yang menggunakan istilah ini dalam konteks pekerjaan pada tahun 1970-an. Ia mengamati bahwa banyak pekerja mengalami kelelahan ekstrem dan kehilangan motivasi akibat tuntutan pekerjaan yang berlebihan.

Burnout adalah istilah menarik karena:

  • Penggunaan kata "burnout" menciptakan gambaran yang kuat tentang bagaimana stres dapat "membakar habis" energi dan semangat seseorang.

  • Masalah burnout tidak hanya dialami oleh pekerja kantoran, tetapi juga oleh atlet, seniman, dan siapa saja yang merasa terbebani oleh tuntutan kehidupan.

  • Penggunaan istilah ini membantu meningkatkan kesadaran akan masalah kesehatan mental yang serius ini.

Meskipun asal usul kata "burnout" berasal dari dunia mesin, namun maknanya telah berevolusi dan menjadi sangat relevan dalam konteks kehidupan manusia modern. Istilah ini telah membantu kita memahami lebih baik tentang dampak negatif dari stres kronis dan mendorong kita untuk mencari solusi untuk mencegah dan mengatasi burnout.

Burnout: Lebih dari Sekadar Lelah

Burnout adalah kondisi kelelahan ekstrem, baik fisik maupun mental, yang sering kali dipicu oleh stres berkepanjangan di tempat kerja atau kehidupan pribadi. Gejalanya bisa bermacam-macam, mulai dari sulit fokus, mudah marah, hingga merasa tidak berharga.

Meskipun kata "burnout" sering digunakan untuk menggambarkan rasa lelah yang ekstrem, para ahli telah memberikan definisi yang lebih spesifik dan komprehensif. Definisi menurut Para Ahli, seperti: 

  • Christina Maslach: Salah satu ahli paling berpengaruh dalam bidang burnout, Maslach mendefinisikan burnout sebagai sebuah sindrom yang terdiri dari tiga komponen utama:

  • Kelelahan emosional: Merasa kosong, lelah secara emosional, dan kehilangan empati.

  • Depersonalisasi: Merasa sinis, bersikap dingin, dan bersikap negatif terhadap orang lain.

  • Pencapaian pribadi yang rendah: Merasa tidak kompeten dan tidak produktif.

  • Pines dan Aronson: Mereka memandang burnout sebagai bentuk ketegangan atau tekanan psikis yang kronis, ditandai dengan kelelahan fisik, mental, dan emosional.

  • Freudenberger: Freudenberger, salah satu pelopor dalam penelitian burnout, melihat burnout sebagai proses bertahap yang dimulai dengan antusiasme yang tinggi, kemudian diikuti oleh tahap stagnasi dan akhirnya kelelahan total.

Dari definisi diatas, intinya  burnout bukan hanya sekadar kelelahan fisik atau mental, tetapi merupakan kondisi yang kompleks yang melibatkan aspek emosional, sikap, dan penilaian diri. Burnout adalah respons terhadap stres kronis yang dapat berdampak negatif pada kehidupan pribadi dan profesional seseorang.

 Burnout dalam Perspektif Budaya

Meskipun kata "burnout" sendiri berasal dari bahasa Inggris, konsep kelelahan akibat tekanan yang berlebihan ini sangat universal dan dapat ditemukan dalam berbagai budaya. Namun, cara setiap budaya memahami, mengalami, dan mengekspresikan burnout bisa sangat berbeda. Artinya, makna kata "burnout" dapat bervariasi tergantung pada konteks sosial dan budaya di mana kata tersebut digunakan.

Konteks budaya ini mengacu pada perbedaan dalam pengalaman, di antaranya: 

  • Beberapa budaya lebih terbuka dalam mengekspresikan emosi seperti kelelahan atau frustrasi, sementara budaya lain cenderung menekan emosi negatif.

  • Konsep diri yang berbeda-beda antar budaya juga mempengaruhi cara seseorang memandang burnout. Misalnya, dalam beberapa budaya, kesuksesan diukur dari seberapa banyak seseorang bekerja, sehingga burnout mungkin dianggap sebagai tanda kegagalan.

  • Tingkat dukungan sosial yang tersedia dalam suatu budaya dapat memengaruhi cara seseorang mengatasi burnout.

Contoh Penggunaan dalam Berbagai Budaya, di antaranya 

  • Budaya Individualistik: Di budaya individualistik, burnout sering dikaitkan dengan tuntutan karier yang tinggi dan tekanan untuk mencapai kesuksesan pribadi.

  • Budaya Kolektivistik: Dalam budaya kolektivistik, burnout mungkin lebih dikaitkan dengan konflik peran keluarga atau komunitas, dan rasa bersalah karena tidak dapat memenuhi harapan orang lain.

Mengapa Penting Memahami Perbedaan Budaya?

  • Intervensi yang Efektif: Memahami bagaimana budaya mempengaruhi pengalaman burnout dapat membantu mengembangkan intervensi yang lebih efektif.

  • Komunikasi Antar Budaya: Penting untuk memahami perbedaan budaya dalam membahas masalah burnout, terutama dalam lingkungan kerja yang multikultural.

  • Mencegah Stigma: Memahami bahwa burnout adalah masalah universal dapat membantu mengurangi stigma yang terkait dengan kesehatan mental.

Meskipun kata "burnout" mungkin berasal dari bahasa Inggris, konsep ini sangat relevan di seluruh dunia. Memahami bagaimana budaya mempengaruhi pengalaman burnout dapat membantu kita mengembangkan strategi yang lebih efektif untuk mencegah dan mengatasi masalah ini.

Penyebab dan tips menghadapi burnout?

Ada beberapa faktor yang menyebabkan burnout, diantaranya: 

  • Terlalu banyak tugas dan tenggat waktu yang ketat.

  • Merasa tidak memiliki kendali atas pekerjaan atau situasi.

  • Tidak merasa dihargai atas pekerjaan yang telah dilakukan.

  • Kurangnya dukungan sosial misalnya dari rekan kerja atau keluarga.

  • Hubungan yang buruk dengan atasan atau rekan kerja sehingga terjadi konflik.

Nah faktor penyebab tersebut jika tidak dapat diatasi akan membuat beberapa dampak, di antaranya: 

  • Kesehatan fisik: Masalah tidur, sakit kepala, gangguan pencernaan.

  • Kesehatan mental: Depresi, kecemasan, gangguan tidur.

  • Kinerja kerja: Penurunan produktivitas, absensi yang sering, dan kesulitan berkonsentrasi.

  • Hubungan interpersonal: Masalah dalam hubungan dengan keluarga, teman, dan rekan kerja.

Lalu bagaimana mencegah burnout? 

Mencegah burnout jauh lebih baik daripada mengobatinya. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:

  • Kenali tanda-tandanya: Semakin cepat Anda menyadari tanda-tanda burnout, semakin cepat pula Anda bisa mengatasinya.

  • Kelola stres dengan teknik relaksasi, olahraga, atau hobi.

  • Jaga keseimbangan hidup dengan membagi waktu antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Jaga keseimbangan hidup dapat dilakukan dengan meluangkan waktu untuk diri sendiri dan keluarga.

  • Belajar mengatakan tidak atau jangan takut untuk menolak tugas tambahan jika sudah merasa terlalu banyak beban.

  • Bangun hubungan sosial yang kuat dengan cara mendapatkan dukungan dari orang-orang terdekat.

  • Cari dukungan: Bicarakan perasaan Anda dengan orang-orang yang Anda percaya.

  • Cari bantuan profesional jika diperlukan, berkonsultasi dengan psikolog atau konselor.

Burnout adalah masalah serius yang dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup seseorang. Dengan memahami definisi dan penyebab burnout, kita dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mencegah dan mengatasi masalah ini.

Namun, ketika Anda berada pada kondisi yang Anda identifikasi sebagai burnout. Mungkin Anda dapat mengatasinya dengan beberapa cara berikut: 

  • Istirahat yang cukup: Tidur yang berkualitas sangat penting untuk memulihkan energi.

  • Kelola stres: Lakukan aktivitas yang dapat membantu mengurangi stres, seperti yoga, meditasi, atau hobi.

  • Jalin hubungan sosial: Habiskan waktu bersama orang-orang yang Anda sayangi.

  • Atur waktu kerja: Batasi waktu kerja dan jangan membawa pekerjaan ke rumah.

  • Cari bantuan profesional: Jika burnout sudah parah, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan psikolog.

Semoga bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun