Mendengar perkataan Rasulullah, mereka pun mengurungkan niatnya untuk menangkap Abul Ash. Lalu Rasulullah menemui Zainab dan Abul Ash. Zainab pun berkata kepada ayahnya itu. "Wahai ayahku, sesungguhnya jika Abul Ash masih di anggap keluarga dekat, ia masih putra paman. Jika di anggap jauh, ia adalah ayah dari anakku dan karena itu aku melindunginya."
Rasulullah pun berpesan kepada Zainab. "Wahai putriku, muliakanlah tempatnya dan jangan sampai dia menyentuhmu karena engkau tidak halal baginya selama dia masih musyrik."
Meski begitu, Rasulullah melihat raut wajah putrinya itu begitu bahagia dan masih tergambar jelas kesetiaannya kepada laki-laki yang pernah ia tinggalkan karena memeluk agama islam. Abul Ash dan Zainab pun menceritakan kepada Rasulullah tentang maksud tujuannya ke tempat kaum muslimin. Rasulullah pun akhirnya memerintahkan kaum muslimin untuk mengembalikan harta milik Abul Ash yang telah mereka rampas tempo hari. Salah satu dari kaum muslimin itu pun berkata kepada Abul Ash. "Wahai Abul Ash, maukah kau masuk islam dan mengambil harta benda ini? Karena ini semua milik orang-orang musyrik."
Abul Ash pun membalas ucapan kaum muslimin itu. "Sungguh buruk awal islamku jika aku menghianati harta yang di percayakan kepadaku."
Abul Ash menolak tawaran itu dan ia akan tetap kembali ke Mekkah karena ia harus mengembalikan harta milik sebagian orang musyrik yang berada di Makkah dan ia akan tetap berpegang pada amanahnya. Jika ia memutuskan untuk masuk islam, ia tidak mau dengan cara yang seperti itu.
Abul Ash segera pergi membawa hartanya kembali dan langsung menuju ke kota Makkah. Sesampainya di sana, Abul Ash langsung mengembalikan harta itu kepada pemiliknya. Ia pun berseru kepada orang-orang Quraisy. "Wahai orang-orang Quraisy, apakah ada harta kalian yang masih berada padaku?"
Mereka pun menjawab. "Tidak ada, wahai Abul Ash. Kami menerima semua harta kami dengan utuh dan kami telah mendapati kamu seseorang yang jujur dan mulia."
Setelah di pastikan seluruh harta sudah ada di pemiliknya masing-masing, dengan lantang Abul Ash berseru kepada mereka. "Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah Rasul-Nya. Demi Allah tak ada yang menghalangi aku masuk islam setelah aku menyelesaikan urusanku dengan kalian."
Di akhir kisah, setelah berpisah selama kurang lebih enam tahun lamanya, Zainab dan Abul Ash akhirnya kembali bersatu sebagai sepasang suami istri yang saling mencintai dan kembali bersama dengan satu iman yang sama. Sayangnya, kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Setahun kemudian, Allah SWT takdirkan Zainab berpulang mendahului suaminya. Zainab wafat pada tahun delapan Hijriyah. Abul Ash serta Rasulullah merasa sangat terpukul atas kepergian Zainab hingga Rasulullah turun langsung ke liang lahat untuk menyemayamkan putrinya itu.
Zainab wafat dengan meninggalkan kisah cinta dan kenangan terbaik. Zainab merupakan tokoh wanita yang menjadi simbol kesetiaan seorang istri terhadap suaminya. Abul Ash berusaha untuk mengikhlaskan kepergian istrinya itu. Abul Ash pun berkata. "Wahai putra Al-Amin, semoga Allah SWT membalas segala kebaikannya."
Rasulullah juga pernah bersabda mengenai Zainab. "Sesungguhnya dia adalah sebaik-baiknya anakku dalam menerima musibah."