Jujurly...Pernah Gak Ikut Bullying?
Apa Perasaan Kamu Setelah Ikutan Nge-bully?
Cuek Dan Bodo Amat, Merasa Bersalah Atau Puas?
Saya....Pernah
Tapi gak sadar itu namanya nge-bully, saat itu memang sedang kesal sama seseorang dan ternyata  ada yang senasib kesal juga. Orang yang senasib tersebut ternyata orang yang populer dan banyak penggemar.
So......ketika dia tahu saya juga mengalami masalah yang sama, dia seperti dapat angin segar untuk menggalang image bahwa orang yang saya hadapi itu layak di "Jauhkan". Orang yang senasib tersebut nempel  terus seperti perangko supaya kita terpengaruh.
Jujur perasaan pada waktu itu sangat tidak nyaman ya... karena sadar sepertinya hanya "dimanfaatkan" untuk kepentingannya saja.Â
Apalagi pada saat semua berkumpul tiba-tiba salah seorang teman datang memberitahu dengan berbisik, "tuuuuh liat tuuuh mbaa, ngapain coba dia begitu?...songong kan?"
Emosi dipanas-panasin, tapi saya tipikal tidak bisa mempermalukan orang ya di depan umum. Mungkin maksud teman tadi supaya saya memarahinya di depan umum.
No, I am not doing that!.
Saya masih melihat dan menghitung seberapa kesalnya saya dulu terhadap orang ini. Tapi teman-teman lainnya ternyata berbuat di luar dugaan dan melakukan bullying verbal ketika yang bersangkutan lewat dengan bahasa sindiran, "awas ada yang sok tahu lewat!". Sungguh saya gak ngeh dengan apa yang terjadi, tiba-tiba semua tertawa terbahak-bahak..., lalu teman yang di bully tersebut lari meninggalkan ruangan. Dan teman yang membully menyampaikan pada saya, betapa lucunya mereka melihat mimik muka teman yang di bully tersebut.
Terus terang memang  bingung bersikap menghadapi situasi "serba salah" tersebut, disatu sisi  teman kompakan,  di sisi lain "empati". Yang jelas, walaupun saya ada di kelompok pembully, saya tidak ikut tertawa meng-olok-olok. Saya menyadari  dan merasa hanya dimanfaatkan, nanti pun mungkin  akan diperlakukan sama.
Terhadap yang di bully, saya tetap menegur dengan baik setiap berpapasan. Namun mungkin karena dianggapnya saya termasuk bagian di kelompok tersebut sehingga sikapnya nge-block. Karena secara tidak sadar sudah ikut mem bully, ada perasaan bersalah. Walaupun kesal atas kesalahan terhadap orang tersebut, karena empati saya masih membelanya melalui pendekatan personal ke beberapa orang yang kira-kira masih bisa  dinasehati. Â
Berada di kelompok bullying memang saya mengambil  posisi  diam supaya "aman", tapi tidak pembiaran begitu saja. Saya menunggu saat yang tepat untuk dapat menyampaikan bahwa apa yang dilakukan tersebut salah,  karena dengan identitas "berhijab" merasa malu sendiri  memiliki akhlak yang tidak baik, jadi saya berbuat semampunya kondisi pada waktu itu.
Bullying ternyata menjadi top ratting viral pemberitaan di media sosial di luar negeri khususnya, karena meningkatnya kasus dialami pada anak-anak di sekolah.Â
Di Indonesia saja ternyata kasus bullying selain terjadi di sekolah, dunia perkuliahan dan dunia kerja bahkan dunia maya. Maka banyak korban  bully, males ke sekolah atau kuliah, menghapus akun media sosialnya, dan resign bekerja, bahkan  ada yang bunuh diri karena mengalami mental illness.
Central Against Bullying menjelaskan defnisi bullying adalah is an ongoing and deliberate misuse of power in relationships through repeated verbal, physical and/or social behaviour that intends to cause physical, social and/or psychological harm. It can involve an individual or a group misusing their power, or perceived power, over one or more persons who feel unable to stop it from happening.
Jika diterjemahkan : bullying adalah penyalahgunaan kekuasaan yang berkelanjutan dan disengaja dalam hubungan melalui perilaku verbal, fisik dan/atau sosial berulang yang bermaksud untuk menyebabkan kerusakan fisik, sosial dan/atau psikologis.
Bullying dapat melibatkan individu atau kelompok yang menyalahgunakan kekuasaan mereka, atau kekuasaan yang dirasakan, atas satu atau lebih orang yang merasa tidak dapat menghentikannya terjadi.
Mungkin kita tidak sadar dan merasa sudah melakukan bullying terhadap seseorang yang bisa saja terjadi di lingkungan keluarga, di lingkungan rumah, dan di lingkungan kerja dengan teman kantor. Hal ini disebabkan karena adanya kepentigan-kepentingan tertentu dalam mengamankan "hegemoninya".Â
Kita bisa menangkap sinyal gelagat bullying, ketika ada satu orang berusaha  mempengaruhi kita tentang keburukan orang lain dan kemudian membicarakannya beramai-ramai. Mirip seperti menggosip, tapi perbedaannya meng-gosip dilakukan ketika orangnya tidak ada tapi bullying sudah pada perlakuan dan dilakukan di depan orangnya.
Beragam cara dan contoh bullying menurut Coloroso (2006) bisa membuat kita sadar, bahwa kita sudah ikutan bullying, seperti berikut :
- Verbal : bullying paling sering dan mudah, dilakukan melalui julukan nama, celaan, fitnah, kritikan kejam, penghinaan, pernyataan-pernyataan pelecehan seksual, teror, surat-surat yang mengintimidasi, tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji dan keliru, gosip dan sebagainya.
- Fisik : bullying ini paling tampak dan mudah untuk diidentifikasi, dilakukan melalui memukuli, menendang, menampar, mencekik, menggigit, mencakar, meludahi, dan merusak serta menghancurkan barang-barang milik anak yang tertindas, dan lain-lain.
- Relasional : bullying dengan memutuskan relasi-hubungan sosial seseorang dengan tujuan pelemahan harga diri korban secara sistematis melalui pengabaian, pengucilan atau penghindaran. Contohnya :pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan nafas, cibiran, tawa mengejek dan bahasa tubuh yang mengejek. Bullying dalam bentuk ini paling sulit dideteksi dari luar.
- Elektronik : bullying yang dilakukan pelakunya melalui sarana elektronik seperti komputer, handphone, internet, website, chatting room, e-mail, SMS dan sebagainya. menggunakan tulisan, animasi, gambar dan rekaman video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti atau menyudutkan.
Jika melihat contoh bullying diatas,  bullying yang sulit terdeteksi adalah Bullying Relasional, jenis bullying inilah yang sering terjadi dan banyak dijumpai di keseharian. Dan kita tidak menyadari sedang dimanfaatkan oleh individu atau sekelompok orang yang memiliki kesamaan dalam kepentingan. Karena selain sulitnya terdeteksi, tidak bisa dibuktikan juga.....bisa-bisa malah kita yang dianggap ber-dusta dan mengada-ngada.Â
Individu atau kelompok bullying tersebut sangat lihai, licik dan licin melakukan playing victim, maka sebaiknya yang menjadi korban pindah atau menjauh agar tidak menggangu kesehatan mentalnya. Bullying seperti ini bisa terjadi baik  dilingkungkan di sekolah, kantor, rumah, bahkan di tengah-tengah lingkungan keluarga.Â
Sebagai refleksi,  apakah kita menyadari kapan pernah melakukan bullying ? Bagaimana rasanya ketika tahu secara tidak sadar melakukannya? merasa bersalahkah  (just keep it for your secret).Â
Relakah jika diri sendiri dan keluarga akan diperlakukan dengan hal yang sama ?.
Kasus Bullying juga sudah menjadi isu global, biasanya dilakukan oleh mereka yang merasa menjadi mayoritas atau merasa benar tega menekan seseorang atau sekelompok orang sehingga mereka tidak bisa melakukan apa-apa. Individu yang kuat dalam kasus bully mungkin tidak akan mengalami gangguan baik psikis maupun fisik. Tapi mereka yang lemah bisa saja mengalami gangguan pada dirinya.Â
Mereka bisa jadi depresi akut sehingga enggan kelar rumah, enggan bersosialisasi, hingga yang terparah, enggan hidup lagi (Adi Nugroho melalui bombastis).
Ayo... kuat yang merasa di bully, God created you for a reason...
Terus...bagaimana kita harus bersikap jika berada diantara para predator bullying?
- Utamakan Iman dan Taqwa (INTAQ) daripada kelompok.
- Upayakan bisa membela yang di bully, minimal bersikaplah netral dan tidak berpihak.Â
- Beri nasehat kepada pembully
- Cegah dengan mengalihkan proses pembullyan di tengah-tengan obrolan.
- Menghindari orang sudah teridentifikasi (pembully).
- Tanamkan rasa malu pada diri, instrospeksi pada diri sendiri dulu sebelum ke orang yang akan di bully.
- Tanamkan malu dengan usia (bagi yang sudah dewasa).
- Tetap menegur dan empati terhadap orang yang di bully, jangan ikut mendiamkan. Ingat, utamakan INTAQ dari pada kepentingan kelompok.
- Jangan mau dimanfaatkan, ingat para bullying hanya memanfaatkan kedekatan dan punya satu misi untuk kepentingannya saja.
- Posisi kan kita ada di posisi orang yang di bully, tentunya tidak mau dong kita mengalami hal yang sama.
Semoga kita selalu menjadi pribadi Jujurly...
Jangan takut berkata apa adanya dan menjadi diri sendiri
Bukankah Indonesia beraneka ragam suku, bangsa, dan agama?.
Jangan takut membela, kalau tidak bisa terang-terangan lakukan dengan cara sembunyi. Karena dengan demikian, kita tercatat satu kebaikan sekalipun tidak dibalas dengan baik
Sama bukan berarti serupa loh...kompak bukan berarti mengalahkan INTAQ, karena INTAQ adalah identitas keyakinan dan tingkatan keimanan kita.
Kembar identik saja berbeda, jadi perbedaan itu pasti! karena isi kepala berbeda.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H