Mei, seorang karyawati berusia 25 tahun menceritakan perjuangan seperempat abad dalam hidupnya. Ia menceritakan bagaimana melewati masa overthingking, banyak kekhawatiran, mulai banyak ikut seminar, ke psikolog, lama-lama bisa menerima keadaan. Mei merasa beruntung sekarang ketemu komunitas baru, lalu berhasil menulis buku. Perbedaanya setelah menulis adalah lebih menguasai pengendalian emosi, karena pada masa-masa menuju 25 tahun ini mengajarkan diri tentang kedewasaan. Menulis juga membuat Mei memiliki ruang muhasabah menyiapkan diri ketika tambah usia lagi.
Dokter Iwan Suwarsa menulis kisah dengan judul "Akhirnya Saya Bertemu dengan Maestro Buku". Di sini dokter Iwan bercerita kalau setelah bertemu Indari Mastuti semangat menuilis kembali menyala dan berhasil menulis buku antologi.
Kisah inspiratif juga diceritakan oleh penulis lain seperti ibu Leni dari direktorat anak di kantor Kementerian Sosial, ibu Daumi seorang ibu dengan anak autis, dan pak Umar seorang guru di sekolah alam.
Cara Dahsyat Mendapatkan Cuan dari Menulis
Indari Mastuti, selaku founder dari Indscript Creative mengajak peserta zoom kali ini untuk semangat menulis dan menjual bukunya sendiri. Alasan terkuat adalah bahwa keuntungan royalti sebesar 10% sedangkan keuntungannya dari menjual buku sampai 30%.
Indari Mastuti yang sering di sapa Teh Indari ini juga mengajak untuk menerbitkan buku melalui indie publishing seperti Indscript. Paket komplit dari sebuah kelas menulis, mulai dari pembimbingan, pendampingan, penerbitan dan penjualan dengan lebih mudah.
Begitulah jika sebuah pekerjaan dilakukan bersama maka akan lebih banyak mendatangkan manfaat seperti membuat buku antologi ini.
Launching Buku Antologi ditutup dengan foto bersama semua peserta zoom meeting. Senyum mengembang penuh semangat untuk kembali menulis buku bersama dan meraih sukses bersama pula.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H