Sotopo memilih hadir untuk masyarakat Indonesia dengan informasi akurat dari BNPB untuk membantu lebih banyak orang lagi. Kini namanya abadi dalam hati setiap orang Indonesia, sebagai seorang filantropis sejati.
Novel yang saya resensi ini, sebenarnya mengangkat tema kemanusiaan. Tentang relawan konsen pada kegiatan amal seperti pertolongan pada korban bencana alam, kegiatan sekolah gratis, dan penggalangan dana kemanusiaan. Menyoroti kehidupan pribadi para pekerja sosial atau relawan, pada kisah asmara yang bukan sekadar romansa.Â
Jiwa filantropis yang demikian mendarah daging pada tokoh-tokoh dalam novel ini membuat semua pertimbangan dalam tiap kehidupannya tidak sekadar bagaimana ia bahagia, tetapi apakah ia sudah membahagiakan orang lain.
Seputar Isi Buku
Bercerita tentang cinta segitiga antar Laras, Vino dan Adjie. Laras dan Adjie adalah teman sesama relawan yang aktif dalam beberapa kegiatan kemanusiaan. Sedangkan Vino adalah laki-laki bengal yang dijodohkan dengan Laras demi alasan penyelamatan masa depan keluarga besar Laras.Â
Vino adalah anak dari pengusaha kaya, yang bersedia menyuntikkan dana besar supaya perusahaan yang dirintis almarhum ayah Laras tidak bangkrut. Syaratnya adalah Laras menerima perjodohan dengan Vino.
Cinta segitiga tersebut kemudian dibalut dengan konflik yang dialami masing-masing tokoh di dalam novel ini. Laras ternyata diketahui mengidap kanker leher rahim stadium akhir. Vino yang awalnya hanya bersedia menikah demi status ternyata kemudian benar-benar jatuh cinta pada Laras, disisi lain, mantan pacar Vino yang tidak terima berusaha membunuh Laras yang sedang terbaring lemah di rumah sakit. Sedangkan Adjie dipusingkan dengan desakan ibunya yang sudah renta untuk segera menikah, bahkan berusaha menjodohkan Adjie dengan gadis pilihan ibunya.
Seperti judulnya, buku ini memang bukan melulu mengumbar cerita romansa. Filantropis digambarkan dalam banyak kejadian yang menyentuh pembaca. Pengorbanan demi membahagiakan sesama dan perjuangan membantu daerah yang terkena bencana. Â Menyoroti juga bagaimana seseorang yang dulunya berlumur dosa, kemudian mendapat hidayah dan berusaha berubah menjadi baik dan sangat peduli dengan orang lain.
Mengangkat tema humanis menjadi kekuatan terbesar dari novel ini. Pembaca akan mendapat energi positif dari cerita kemanusiaan yang banyak diugkap, bahwa kebahagiaan sebenarnya bukan terletak apa yang kita dapat, tetapi lebih pada apa yang mampu kita berikan pada orang lain, itulah kebahagiaan yang hakiki.
Kritik dan Saran untuk Penulis
Sayangnya konflik yang dibangun cukup pelik, sedangkan penyelesaiannya sangat sederhana dan terkesan terburu-buru. Kasus kanker dengan stadium IV digambarkan selesai dalam beberapa bulan setelah operasi pengangkatan rahim, padahal diceritakan bahwa kanker itu sudah mengalami metastasis atau merambat pada organ lain.Â