Dalam konteks sosiologi, media sosial digunakan sebagai sarana membentuk identitas sosial. Melalui platform seperti instagram, tiktok, facebook dan lain sebagainya yang memungkinkan penggunanya berbagi gambar serta video singkat. Dari sini lah terbentuk sebuah ekspetasi yang tidak realistis akan gambaran 'tubuh yang sempurna'.Â
Namun, landasan konstruksi tersebut tidak sepenuhnya benar. Di era digitalisasi ini sudah sangat mudah untuk memanipulasi gambar, dengan mengedit bentuk tubuh ataupun menggunakan filter. Kemajuan teknologi juga berperan dalam kemajuan industri kecantikan, dimana segala prosedur mengubah tubuh seseorang dari ujung rambut hingga ujung kaki sudah tersedia. Karenanya gambaran 'tubuh yang sempurna' tersebut tidaklah selalu 'natural'. Para remaja hingga dewasa awal dengan frekuensi mereka yang lebih sering menggunakan media sosial-lah yang terdampak oleh standar tersebut.
Dengan paparan yang terus-menerus membuat individu terdorong untuk memenuhi ekspetasi yang tidak realistis tersebut. Banyak orang cenderung berusaha memperlihatkan bagian terbaik dari diri mereka, termasuk penampilan fisik yang dianggap memenuhi standar sosia melalui postingan foto atau video untuk mendapatkan pengakuan dan validasi dari komunitas online. Secara aktif menciptakan narasi tentang dirinya, oleh sebab itu validasi orang lain menjadi penting untuk memverifikasi narasi yang mereka ciptakan.
Media sosial yang bersifat maya, memungkinkan seseorang memalsukan atau menyembunyikan identitasnya membuat seseorang bersifat anonim. Anonimitas ini membuat seseorang lebih berani untuk meyuarakan opininya karena mereka merasa identitasnya aman. Kesempatan ini sering kali disalah gunakan untuk berkomentar negatif di media sosial.
Komentar negatif ini diarahkan pada postingan seseorang yang dianggap tidak sesuai standar sosial, terutama soal kecantikan. Standar kecantikan di Indonesia sendiri adalah perempuan yang berkulit putih, mulus tanpa luka, memiliki tubuh kurus dan berambut hitam legam yang lurus dan panjang. Serta wajah tirus tanpa bekas jerawat, bibir tipis dan hidung kecil yang mancung. Perilaku tersebut biasa dikenal dengan body shaming, perilaku dimana terjadinya penghinaan atau pengejekan atas tubuh seseorang. Body shaming bertarget yang dilakukan banyak orang di sosial media dapat disebut sebagai tindakan cyberbullying.
Seseorang yang sudah 'haus' akan validasi sosial tentu saja akan berdampak oleh komentar negatif tersebut. Para remaja yang identitas dirinya masih belum padat akan membiarkan komentar negatif itu memasuki benaknya, mempengaruhi narasi dikepalanya menyatakan bahwa dirinya tidak cukup 'cantik' atau 'menarik'.Â
Upaya pengejaran abadi untuk penampilan tubuh yang diinginkan, sering kali mendorong remaja mengambil langkah yang lebih intens, seperti diet ekstrem (hanya minum air putih atau hanya makan satu buah-buahan dalam sehari) atau bahkan melakukan operasi kecantikan. Hal tersebut dilakukan semerta-merta untuk validasi sosial yang tidak pernah terpuaskan, memicu kuatnya kebencian diri dan perasaan terisolasi.
Dari paparan kritisan terus-menerus akan menimbulkan kerusakan psikologis pada remaja, terutama remaja yang sudah memiliki rasa percaya diri yang rendah maka akan rentan mengalami body dysmorphia. Kritikan tentang tubuh dan  penampilan menimbulkan jengah yang mendalam terhadap harga diri dan integrasi sosial para remaja tersebut.Â
Gangguan mental ini tidak bisa dianggap sepele, rasa cemas terhadap antensi dari orang lain, stress berlebih dan depresi berat adalah kodisi yang akan muncul dan dapat mengarah pada gangguan mental lain seperti anorexia, eating disorder, OCD, social anxienty, hingga self harm. Titik tertinggi dari body dysmorphia ketika para remaja tersebut jatuh dalam egoistic suicide. Tindakan yang diambil oleh seseorang ketika mereka merasa putus asa atau terisolasi dari lingkungan sosial mereka.
Kasus nyata pernah dialami oleh seorang aktris china, Zhao Qing. Dia adalah salah satu pemeran dalam drama "Scent Of Time" yang mendapat kritikan negatif dari netizen media sosial, khususnya weibo.
Dilansir dari video yang diposting oleh pengguna Tiktok @candiselin98, seseorang yang sering berbagi cerita menarik yang sedang viral di China melalui lamannya. Pada salah satu video (01/27/2024), dia menceritakan tentang aktris berusia 23 tahun tersebut. Bagaimana komentar netizen di media sosial memberikan kritikan negatif tentang bentuk wajahnya yang terlihat 'tembam', dimana hal ini dianggap tidak sesuai dengan standar kecantikan di China.Â